
Myanmar
untuk menyambut kedaatangan Kerajaan Norwegia" width="300" height="209" /> Seorang Rohingya bersama anaknya berada di gubuk yang dihancurkan otoritas Myanmar untuk menyambut kedaatangan Kerajaan NorwegiaNaypyidaw, 14 Shafar 1436/7 Desember 2014 (MINA) – Kementerian Luar Negeri Norwegia telah mengirim surat kepada pemerintah Myanmar terkait kekecewaan mereka setelah kunjungan Raja Harald V dan Ratu Sonja ke Mandalay pada Jum’at (5/12) .
“Hal ini sangat disayangkan. Myanmar tidak memperhatikan nasib warga Muslim sehingga mereka hidup dalam kondisi memprihatinkan. RNA melaporkan seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin.
Para pejabat kementerian luar negeri Norwegia juga mengkritik bahwa mestinya yang dilakukan pemerintah Mynamar adalah menyelesaikan masalah kemiskinan yang dihadapi warganya melalui pengembangan, bukan malah menyembunyikannya.
“itulah sebabnya Norwegia terlibat langsung di Myanmar,” katanya.
Baca Juga: Mahkamah Konstitusi Thailand Bekukan Kekuasaan PM Paetongtarn Shinawatra
Raja menyesal Muslim Rohingya diusir
Para bangsawan telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Myanmar pekan lalu yang berakhir di Mandalay. Kapal mereka berlabuh di tempat kumuh yang baru saja dihancurkan dan mengusir warga yang tinggal di sekitar pantai untuk menghilangkan jejak.
“Saya menyesal mendengar, pihak berwewenang Myanmar telah menggusur paksa keluarga miskin di Mandalay,” katanya seperti yang ditulis dalam situs Newsinenglish.
Raja dan ratu Norwegia telah banyak berkontribusi untuk Myanmar dengan menyumbangkan sejumlah besar bantuan selama bertahun-tahun untuk membantu memerangi kemiskinan di negara ini. Namun Raja Harald selama lima hari perjalanan ke Myanmar di Mandalay mereka tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan untuk bertatap muka dengan warga miskin di sana, karena telah diusir.
Baca Juga: Mantan Diplomat Iran: Migran Afghanistan Tidak Terkait ‘Mata-Mata Musuh’
Sekarang mereka, terutama orang tua dan anak-anak berstatus tunawisma, menghadapi penyakit dan tidak ada penanganan lebih lanjut. Mereka dipaksa untuk mencari tempat lain untuk bekerja.
Sementara itu pihak berwenang Myanmar tidak tersedia untuk komentar.(T/P004/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menhan Iran Datang ke Cina di Tengah Gencatan Senjata