Tepi Barat, MINA – Menyusul seruan baru-baru ini dari komunitas Kristen Taybeh di Tepi Barat yang diduduki, para pemimpin gereja telah mengintensifkan upaya mereka untuk menekan otoritas Israel agar mengakhiri kekerasan pemukim yang sedang berlangsung, Anadolu melaporkan.
Sebuah berkas “sangat rinci” yang mendokumentasikan serangan-serangan terbaru oleh para pemukim Israel akan diserahkan ke Vatikan untuk diperiksa oleh Sekretariat Negara, dan kemudian oleh Paus Leo XIV sendiri, harian Italia il Fatto Quotidiano melaporkan.
Pada Senin (14/7), sebuah delegasi yang terdiri dari perwakilan Takhta Suci dan para patriark dari berbagai gereja melakukan kunjungan solidaritas ke Taybeh, tempat ratusan pemukim Israel dilaporkan terlibat dalam penjarahan, pembakaran, dan perampasan tanah.
Di antara para pemimpin yang berkunjung adalah Patriark Latin Yerusalem, Kardinal Pierbattista Pizzaballa, dan Vikaris Kustodi Tanah Suci, Pastor Ibrahim Faltas.
Baca Juga: PBB Kutuk Serangan Israel terhadap Gereja di Gaza
Pizzaballa menyebut situasi terkini di Tepi Barat “tanpa hukum”.
“Di seluruh Tepi Barat, dan bukan hanya di sini, satu-satunya hukum yang berlaku saat ini adalah hukum kekuasaan, hukum mereka yang berkuasa dan bukan hukum yang berhak. Kita harus berupaya memastikan hukum kembali berlaku di sini juga, di bagian negara ini,” ujarnya.
Taybeh, desa terakhir yang sepenuhnya Kristen di Tepi Barat, dengan populasi sekitar 1.500 jiwa, telah menjadi sasaran selama beberapa pekan oleh ratusan pemukim ilegal Israel yang berusaha merebut tanah dan rumah.
“Telah terjadi kematian di daerah tersebut. Banyak yang terluka. Orang-orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Bangunan-bangunan dihancurkan. Ladang-ladang dibakar. Ini adalah serangan pengecut terhadap warga sipil tak bersenjata,” tulis Faltas di Vatican News pada Selasa (15/7).
Baca Juga: Euro Med: Kematian Perempuan Jarang Dihitung sebagai Korban Genosida di Gaza
Para pemimpin agama menyerukan langkah-langkah mendesak untuk melindungi warga sipil dan memastikan perdamaian, menekankan bahwa serangan tersebut tidak boleh dipandang sebagai konflik agama tetapi krisis kemanusiaan yang berdampak pada orang-orang tak berdosa.
Sejak dimulainya perang genosida Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023, setidaknya 998 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 7.000 lainnya terluka di Tepi Barat oleh pasukan Israel dan pemukim ilegal, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Dalam putusan penting Juli lalu, Mahkamah Internasional menyatakan pendudukan Israel atas wilayah Palestina ilegal dan menyerukan evakuasi semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Serang Satu-satunya Gereja Katolik di Gaza, Dua Perempuan Tewas