New York, 27 Rajab 1436/16 Mei 2015 (MINA) – Adanya perahu migran Rohingya yang terdampar, membuat pemerintah Myanmar menjadi sorotan dunia internasional, kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Azasi Manusia (HAM).
Dalam pernyataannya hari Jumat (15/5) Zeid Ra’ad Al Hussein mengatakan, Myanmar perlu memecahkan masalah tersebut.
“Pemerintah Myanmar memberlakukan diskriminasi institusional terhadap kelompok Rohingya, termasuk akses yang sama terhadap kewarganegaraan, sehingga migrasi perahu akan terus berlanjut”.
Al Hussein menegaslan “pentingnya menangani situasi HAM di Myanmar,” demikian laporan Anadolu Agency seperyi dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Sekitar 6.000 migran Rohingya dan Bangladesh masih terdampar di lautan di kawasan Asia Tenggara setelah Thailand berupaya untuk menekan penyelundupan penjualan manusia. Al Hussein menuduh Thailand, Indonesia dan Malaysia secara aktif menerapkan “kebijakan mendorong perahu kembali ke laut”.
Zeid mendesak pemerintah-pemerintah di wilayah tersebut, untuk mengambil langkah guna melindungi para migran, “yang akan menyebabkan banyak kematian dapat dihindarkan”.
Kebanyakan migran Rohingya yang menjadi korban para penyelundup penjualan manusia adalah dari negara bagian Rakhine di Myanmar Barat.
Setelah bentrokan pada musim panas 2012 dengan Buddha Rakhine, mereka mulai melarikan diri secara massal untuk mencari keselamatan dan bekerja di Malaysia.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Pada awalnya, mereka naik perahu reyot yang dikendalikan oleh penyelundup manusia. Kadang-kadang perahu tenggelam selama perjalanan melintasi Laut Andaman. Namun, tahun lalu mereka mulai bepergian dengan kapal yang berukuran lebih besar.
Orang Bangladesh juga semakin banyak menggunakan jasa penyelundup manusia untuk pergi ke Malaysia – negara yang dianggap menjanjikan di bidang ekonomi. Namun beberapa dari mereka bersama dengan warga Rohingya diculik dan dipaksa untuk naik kapal.
PBB memperkirakan sekitar 920 migran terutama Rohingya diketahui telah tewas di Teluk Bengal selama September 2014 dan Maret tahun ini.
Hari Jumat, Organisasi Internasional untuk Migran (IOM) mengumumkan akan merilis 1 juta dolar AS guna membantu “sekira 6.000 orang yang terdampar di laut.”
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
“Kita tidak bisa tinggal diam melihat laki-laki, perempuan dan anak-anak meninggal karena kehausan, hanya beberapa kilometer dari area keselamatan,” kata Direktur Jenderal IOM, William Lacy dalam pernyataannya. (T/P002/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon