Oleh: Illa Kartila – Redaktur Senior Miraj Islamic News Agency (MINA)
Kekerasan di wilayah-wilayah konflik di dunia tidak mereda, sekalipun pada Hari Raya Idul Fitri – hari yang dianggap kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan penuh memerangi hawa nafsu dan angkara murka.
Di utara Bangdad, Irak, 30 orang tewas di makam Sayyid Mohammed akibat serangan sekelompok orang di sebuah makam kaum Syiah, Kamis, hari kedua Idul Fitri. Menurut saksi mata, seorang pria melakukan aksi bom bunuh diri di area pasar, samping makam.
Aksi itu kemudian disusul dengan serbuan senjata api oleh sekelompok orang terhadap kaum Syiah yang sedang ziarah ke makam. Juru bicara Operasi Gabungan di Irak menyatakan serangan juga mengakibatkan 50 orang terluka.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Serangan di Balad ini terjadi beberapa hari setelah serangan bom di daerah Karrada, yang menewaskan 292 orang. Sejauh ini, kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) mengaku sebagai pelaku serangan.
Aksi kelompok ISIS di Baghdad akhir pekan itu adalah serangan tunggal paling mematikan sejak invasi Irak oleh pasukan pimpinan Amerika Serikat 13 tahun lalu. Lebih dari 200 lainnya mengalami luka-luka dalam serangan di satu ruas jalan yang ramai oleh pedagang dan pembeli di Karrada, di pusat kota Baghdad.
Pelaku meledakkan kendaraan yang membawa bom pada hari Ahad (3/7). Serangan ini membuat masyarakat marah dan menuduh pemerintah tak berupaya maksimal melindungi mereka. Insiden ini juga sangat berpengaruh terhadap perayaan Idul Fitri di Baghdad, yang biasanya berlangsung semarak dan gembira.
Di Aden, Yaman, dua bom mobil meledak dan menewaskan 7 orang. Ledakan terjadi di pangkalan militer menjelang perayaan Idul Fitri. Para penyerang yang memakai seragam militer pertama -tama meledakkan bom mobil di pintu gerbang pangkalan militer. Kemudian, mereka bisa menerobos masuk dan meledakkan bom mobil kedua.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
“Para penyerang adalah jihadis,” tulis laporan sebuah kantor berita.
Pangkalan militer tersebut bersebelahan dengan Bandara Internasional Aden. Serangan ini terjadi di tengah perayaan Idul Fitri di negara yang mayoritas warganya Muslim. Saat ini, pangkalan militer Aden tersebut masih diduduki oleh para jihadis. Pasukan keamanan sudah didatangkan untuk merebut kembali pangkalan militer itu.
Pasukan keamanan masih mengepung 15-20 penyerang yang diyakini bersembunyi. “Belum ada kabar dari petugas yang berada di dalam gedung pada saat serangan,” kata sumber tersebut.
Kota Aden saat ini ada di bawah kendali pasukan pemerintah setelah direbut oleh Huthi. Al Qaeda dan ISIS sebelumnya memanfaatkan kekosongan kekuasaan yang tercipta akibat konflik pemerintah dan pemberontak.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Di Palestina sulit bersilaturahim
Di Bangladesh Utara, Kelompok militan menyerang polisi yang tengah bertugas mengamankan perayaan hari raya Idul Fitri. Sumber-sumber kepolisian menyebutkan empat orang tewas, termasuk dua anggota polisi, seorang warga sipil, dan tersangka pelaku serangan.
Lebih dari 250.000 orang tengah bersiap melaksanakan salat Idul Fitri di Kishoreganj, di utara ibu kota Dhaka, ketika beberapa orang melancarkan serangan dengan menggunakan bom, senjata api, dan senjata tajam.
Menteri Informasi Bangladesh, Hasanul Haq, menyatakan serangan-serangan tersebut dilancarkan untuk menggulingkan pemerintahan sekuler di negara itu.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Serangan ini terjadi kurang dari seminggu setelah pengepungan dan serangan mematikan di sebuah kafe di Dhaka, yang menewaskan lebih dari 20 orang. Banyak di antara para korban serangan Dhaka adalah warga asing.
Di wilayah Hebron, Palestina, warga harus merayakan Idul Fitri dibawah tekanan rasa takut akibat penjagaan Israel, Rabu (6/7/2016). Pasalnya, sejumlah jalan ditutup dan diblokir oleh tentara Israel.
Warga harus melewati sejumlah penjagaan tentara Israel untuk bepergian ke beberapa tempat. Salah satu warga asal Desa Nahalin mengaku kesulitan untuk pergi bersilaturahim dengan kerabatnya.
Padahal menurut warga, biasanya ketika Idul Fitri tiba semuanya berjalan mudah. Namun, tahun ini berbeda.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Pasukan zionis Israel juga menahan sedikitnya tujuh warga Palestina selama serangan di Tepi Barat yang diduduki pada Selasa (5/7) malam, saat Muslim Palestina menyambut perayaan Idul Fitri yang menandai akhir bulan suci Ramadhan.
Penduduk setempat mengatakan kepada Ma’an bahwa tiga warga Palestina ditahan di rumah mereka di selatan kota Hebron, Tepi Barat. Ketiganya diidentifikasi sebagai Alaa Raed Al-Zghayyar (23), Ramzi Dandis, dan Anas Qafisha.
Qafisha adalah putra dari Hatem Qafisha, seorang anggota parlemen Palestina yang berafiliasi dengan Hamas yang baru saja dibebaskan dari penjara Israel pada hari Ahad, setelah menghabiskan enam bulan di penahanan administratif – interniran tanpa tuduhan yang jelas ataupun pengadilan.
Ia dilaporkan jatuh sakit setelah serangan dan penahanan anaknya, dan harus dirawat oleh Bulan Sabit Merah Palestina.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Seorang juru bicara militer Israel tidak memberikan informasi kepada media itu mengenai penahanan di wilayah Hebron, yang telah berada di bawah pengepungan militer Israel. Namun, dia mengatakan bahwa tiga warga Palestina itu telah ditahan di tenggara Ramallah, serta selatan Ramallah.
Bom dekat Nabawi
Empat orang, termasuk dua penjaga keamanan, dinyatakan tewas dalam sebuah ledakan di luar Masjid Nabawi di Kota Madinah, Arab Saudi, yang juga kota suci kedua umat Islam. Demikian sumber Aljazeeera menyebutkan pada Selasa (5/7/2016).
Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan asap mengepul dari luar masjid di mana Nabi Muhammad SAW dimakamkan. Televisi Arab Saudi menayangkan gambar-gambar kebakaran yang terjadi di lapangan parkir dan tampak setidaknya dua petugas keamanan tergeletak di lokasi kejadian.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Qari Ziyaad Patel (36), dari Afrika Selatan, berada di Masjid Nabawi ketika ia mendengar ledakan seperti suara panggilan tradisional sebagai tanda berakhirnya puasa pada Senin waktu setempat.
Dia pada awalnya berpikir itu tanda tradisional untuk mulai berbuka, seperti tembakan meriam perayaan, tapi kemudian ia merasa tanah bergetar.
“Getaran yang sangat kuat,” katanya kepada kantor berita AP. “Ini seperti bangunan meledak.”
Dalam waktu hampir bersamaan, dua ledakan juga dikabarkan mengguncang kawasan dekat sebuah masjid di timur Kota Qatip, Arab Saudi.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Sejumlah saksi mata mengatakan seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya di luar sebuah masjid Syiah pada Senin malam. Mereka juga melaporkan melihat bagian tubuh yang tergeletak di tanah di kawasan yang merupakan kawasan bisnis di kota itu.
“Itu pasti bom bunuh diri. Saya bisa melihat tubuh yang hancur berkeping-keping,” ujar seorang penduduk seperti dikutip dari Aljazeera.
Genjatan Senjata di Suriah
Kabar agak menggembirakan datang dari Suriah. Militer Suriah memberlakukan gencatan senjata selama 72 jam menyusul pengumuman perayaan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Rabu (6/7/2016).
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
“Gencatan senjata diberlakukan di seluruh wilayah Republik Arab Suriah selama 72 jam mulai pukul 01.00 pada 6 Juli hingga tengah malam pada 8 Juli,” kata militer dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan media pemerintah.
Dilansir Antara dari AFP, Kamis (7/7/2016), pernyataan tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut apakah gencatan senjata diperpanjang untuk menumpas jihadis seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau afiliasi Al Qaeda, Front Al Nusra.
Pemberlakuan gencatan senjata antara pasukan rezim dan kelompok pemberontak nonjihad diumumkan oleh Rusia dan Amerika Serikat pada akhir Februari 2016 lalu, namun sebagian besar upaya itu gagal menyusul pelanggaran yang dilakukan berkali-kali.
Di wilayah-wilayah konflik perdamaian tampaknya masih sangat jauh dari jangkauan. Kepentingan kelompok, perebutan kekuasaan, hagemoni yang kerap tidak ada sangkut pautnya dengan rakyat, mengakibatkan penduduk yang tak berdosa menjadi korban yang sia-sia.
(R01/P2)
Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)