KEKUATAN MEDIA MASSA UNTUK PEMBEBASAN AL-AQSHA

Oleh : Ali Farkhan Tsani

Pengantar

Pemberitaan masih saja tenggelam oleh konten-konten pemberitaan yang cenderung bebas, lebih mem-blow up  medan konflik , tidak mengindahkan nilai-nilai kebenaran, sekuler dan cenderung memojokkan dan menindas dunia Islam.

Informasi dunia hingga saat ini masih dikuasi konten yang tidak adil dan tidak berimbang. Sementara informasi nilai-nilai, nasib, dan perjuangan dunia Islam yang rahmatan lil alamin belum tersebar merata di media massa. Apalagi, informasi seputar perjuangan Palestina, negeri tertindas, dan satu-satunya negara di dunia yang masih terjajah,  dan kondisi negeri-negeri berpenduduk muslim belum diberitakan secara adil, berimbang dan lengkap. Dunia Islam malah lebih banyak dikaitkan dengan medan konflik dan citra negatif yang memecah belah umat Islam.

Fakta

Ketika masyarakat muslim di daerah Moro, Filipina, memperjuangkan hak-haknya sebagai warga muslim. Itu disebut sebagai pemberontak (Muslim rebels).

Begitupun tatkala kelompok perjuangan muslim Ikhwanul Muslimin dicap sebagai group teroris, serta-merta media-media massa Barat menyebarluaskan berita memojokkan tersebut. Mereka menyebutnya dengan “Terrorist Label on Muslim Brotherhood” atau “Muslim Brotherhood Terror Group”.

Sementara perlawanan dari umat Islam sendiri masih dianggap belum terlalu berarti. Terbukti, berita-berita yang mencerahkan, bernilai Islami, bermuatan rahmatan lil ‘alamin, belum banyak menghiasi media massa, yang dikelola oleh mayoritas muslim atau dibaca oleh mayoritas muslim.

Apalagi bila berbicara tentang nasib sebuah bangsa terjajah, satu-satunya negara di dunia yang masih terjajah pada abad modern saat ini, yaitu Palestina. 

Justru media tersebut secara maksimal digunakan oleh Zionis Internasional untuk melancarkan programnya mengadu domba, memperburuk citra dan menghancurkan Islam dan umat Islam.

Pada Protokol Zionis 1897 butir ke-12 disebutkan, bahwa media massa atau pers memegang peranan penting untuk mencapai tujuan.

Berita-berita dibuat dusta, tidak jelas dan tidak adil, mengingat masyarakat banyak yang tidak tahu berita sesungguhnya.Untuk itu, media harus benar-benar dikendalikan, disensor dan diawasi dengan ketat dalam pemberitaannya.

Perusahaan pendukung media, seperti penerbitan, percetakan, perpustakaan juga harus dikuasai. Sehingga keuntungan yang diperoleh dapat diambil alih.

Sementara perlawanan dari umat Islam sendiri masih dianggap belum terlalu berarti. Terbukti, berita-berita yang mencerahkan, bernilai Islami, bermuatan rahmatan lil ‘alamin, belum banyak menghiasi media massa, yang dikelola oleh mayoritas muslim atau dibaca oleh mayoritas muslim.

Media-media massa, ternyata lebih memilih berita-berita pertarungan politik, gaya hidup selebritis, kasus kriminalitas dan kecelakaan, dunia ekonomi dan keuangan serta tak ketinggalan liputan sepakbola sejagat.

Dalam diskusi blogger di dunia maya, terdapat isu-isu yang paling banyak diminati pembaca internet antara lain tentang investasi, kehidupan artis, jagat sepakbola, tips kesehatan  dan tempat wisata,

Sementara itu, ironisnya sejumlah media lebih suka menyoroti sisi-sisi negatif umat Islam ketimbang sisi positifnya, sehingga berita yang tersaji pun menjadi tidak berimbang. Pemberitaan yang tidak berimbang itu ikut berperan membangun citra negatif terhadap agama Islam itu sendiri. Sehingga banyak kalangan Islam kecewa dengan kurangnya pemihakan media massa mainstream nasional terhadap umat Islam. 

Pada satu sisi, opini subyektif kalangan Islam tersebut tentu saja belum tentu benar. Pada sisi lainnya, media massa mainstream pun sudah tentu menolak tudingan seperti itu. Media tentu berargumen bahwa sebagai tugas pemberitaan tugas mereka hanyalah mengungkapkan fakta belaka. Tak ada maksud di balik itu untuk menyudutkan umat Islam dan Islam itu sendiri. 

Di sinilah dunia memerlukan keseimbangan pemberitaan, agar tidak terjadi jarak menganga antara Timur dan Barat, antara sang adidaya dengan dunia ketiga, serta antara konten hiburan semata dengan informasi yang mencerahkan. Dan keseimbangan berita itu didapat dari lumbung berita, bernama Kantor Berita Islam.

Kantor Berita Islam

Menghadapi tantangan global era informasi, Kantor Berita Islam merupakan kekuatan tersendiri dalam membentuk opini public. Ini karena, Islam sebagai landasannya merupakan agama yang membawa nilai-nilai rahmatan lil alamin, yang diperlukan manusia pada umumnya. 

 

Sehingga kantor berita Islam ini menjadi milik kaum muslimin secara keseluruhan, dari berbagai bangsa, suku, ras dan antargolongan. Media tempat berukhuwah Islamiyyah, saling berbagi kebaikan dan tempat memperkokoh persatuan kesatuan umat Islam.

Visi Kantor Berita Islam adalah melanjutkan risalah kenabian dalam menyampaikan dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin melalui media massa untuk mengajak manusia menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Visi besar lainnya adalah sebagai media portal berita online internasional yang menyuarakan informasi dunia Islam, serta mengubah opini dunia untuk mendukung perjuangan Masjid dan kemerdekaan Palestina pada khususnya serta mengangkat perjuangan dunia Islam dan Muslimin pada umumnya secara terpimpin berdasarkan prinsip-prinsip Al-Quran dan As-Sunnah.

Misi sebuah kantor berita paling tidak adalah  membela kepentingan Islam dan Muslimin melalui dakwah media online. Misi berikutnya, memperjuangkan pembebasan Masjid Al-Aqsha dan Kemedekaan Palestina melaui persatuan dan kesatuan umat Islam.

Membuat berita secara jujur, adil, berimbang, akurat tentang informasi dunia pada umumnya dan Islam pada khususnya, juga merupakan visi kantor berita Islam. 

Saran

Pada bagian penutup ini, berdasarkan fakta yang ada dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kami mengusulkan beberapa hal berkaitan dengan pembelaan kita terhadap Al-Aqsha dan nasib umat tertindas di Palestina.

1)   Perlu terus diupayakan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam upaya pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina, didukung rekonsiliasi yang lebih kuat antarseluruh kekuatan perjuangan Palestina dan seluruh lembaga swadaya masyarakat di dunia. sesuai dengan tuntunan Allah di dalam Surat Ali Imran 103, yang artinya, “Dan berpagang teguhlah pada tali agama Allah seraya berjamaah dan janganlah bercera-berai”.

2)   Perlu terus dilanjutkan lebih intensif kegiatan sejenis ini, konferensi internasional Al-Aqsha, baik di Malaysia, Indonesia, kawasan Asia lainnya dan negeri lainnya di dunia.

3)   Perlu dijalin dan dibentuk jaringan informasi Al-Aqsha Palestina dan dunia Islam, dimulai dari seluruh peserta konferensi Internasional ini, dan terus dikembangkan secara lebih luas lagi di masing-masing tempat kita berdomisili. 

4)   Khusus dalam pemberitaan tentang Al-Aqsha dan Palestina, kami mengusulkan diadakan Konferensi Internasional Media Islam untuk Pembebasan Al-Aqsha dan Kemerdekaan Palestina.

Demikian semoga bermanfaat untuk kejayaan Islam dan Muslimin. Aamiin ya robbal ‘alamin. (R1/IR) 

Ali Farkhan Tsani (Foto : Syakir/MINA)

* Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds. Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor. Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauly Shana’a Yaman, Redaktur Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency-MINA). Penceramah Tausiyah Islam Radio Silaturahim (RASIL) 720 AM dan Radio DAKTA 107 FM. HP : 089698194599. BB: 25BF4CA3. Email: [email protected] 

Mi’raj Islamc News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0