Oleh Mukhi Ashobi Al-Kholik, Mahasiswa STAI Al-Fatah Semester V
Dalam ajaran Islam, kesabaran dipandang sebagai sifat mulia yang sangat ditekankan. Al-Qur’an, khususnya dalam Surah Al-Baqarah ayat 155, memberikan gambaran tentang bagaimana Allah menguji hamba-Nya,
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ 155
“Sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Kehidupan penuh dengan tantangan yang tak terduga. Hari ini kita mungkin berada dalam kenyamanan, namun esok bisa saja kita dihadapkan pada kesulitan yang tak terbayangkan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa ujian adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia.
Baca Juga: BSP 2024, Solidaritas dan Penghormatan Bagi Pahlawan di Tengah Genosida
Ujian dapat datang dalam berbagai bentuk – ketakutan, kelaparan, kehilangan harta, kehilangan orang tercinta, atau kegagalan dalam usaha. Namun, di balik setiap cobaan, terdapat janji Allah yang menguatkan hati orang-orang yang sabar.
Dalam konteks Islam, sabar bukan sekadar menahan emosi. Ini tentang keteguhan iman dan tidak putus asa dari rahmat Allah. Seperti kata pepatah, “Tidak semua yang dibakar akan menjadi abu. Batu bata dibakar justru untuk menjadi lebih kuat. Begitu pula ujian hidup, bukan untuk menghancurkan, tapi untuk menjadikan kita lebih tangguh.”
Ujian adalah sunnatullah – ketetapan Allah. Tanpa ujian, kita mungkin tidak akan belajar menjadi lebih kuat, bijaksana, dan bersyukur. Allah menguji hamba-Nya agar mereka menyadari kelemahan mereka dan betapa mereka membutuhkan-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 156 mengajarkan respons yang tepat saat menghadapi musibah,
Baca Juga: Catatan 107 Tahun Balfour dan Setahun Perjuangan Thufanul Aqsa
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۭ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).”
Ucapan ini menegaskan bahwa segala sesuatu – harta, keluarga, jabatan, bahkan diri kita sendiri – adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Sikap ini menumbuhkan ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi ujian.
Seperti payung yang tidak menghentikan hujan tapi melindungi kita, kesabaran mungkin tidak menghilangkan masalah, tapi memberi kita kekuatan untuk menghadapinya.
Imam Al-Ghazali menyebut sabar sebagai salah satu akhlak termulia dalam Islam. Kesabaran mengajarkan kita untuk terus berusaha dan berdoa meski situasi tampak sulit. Ini juga berarti menerima takdir Allah dengan lapang dada, yakin bahwa di balik setiap ujian ada hikmah tersembunyi.
Baca Juga: Memaknai Iqra
Sabar dalam menghadapi ujian adalah kemenangan batin. Ketika kita berhasil melewati ujian dengan sabar, kita menang atas emosi negatif seperti kemarahan, keputusasaan, atau keraguan terhadap ketetapan Allah. Proses ini menjadikan kita lebih kuat, bijaksana, dan dekat kepada-Nya.
Allah menjanjikan bahwa setiap orang akan diuji sesuai kapasitasnya, dan kesabaran adalah kunci untuk mendapatkan ridha-Nya. Janji Allah bagi orang-orang yang sabar adalah ketenangan jiwa, pahala besar, dan kedekatan yang lebih erat dengan-Nya.
Pada akhirnya, ujian adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Melalui ujian, Allah ingin kita tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik. Dengan kesabaran, kita tidak hanya menemukan kekuatan dalam diri, tetapi juga mendapatkan kedamaian batin yang sejati.
Ingatlah, Allah tidak akan memberi ujian di luar kemampuan hamba-Nya, dan Dia selalu bersama mereka yang sabar. Mari kita jadikan kesabaran sebagai teman setia dalam setiap langkah perjalanan hidup kita.[]
Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Mengembangkan Sumber Pangan Lokal Berbasis Komunitas