KEKUATAN TAUHID MEMPERBAIKI AMAL DAN MENGHAPUS DOSA

ust-nurohim1Oleh : Nurokhim, M.S.I

 

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.(QS. An-Nisa [4]: 36)

Mengapa memiliki kekuatan dahsyat yang mampu memperbaiki amal perbuatan dan bisa menghapus seseorang? Ibarat bangunan, tauhid adalah pondasi yang akan menyangga bangunan di atasnya. Jika konstruksi pondasi bangunan dirancang dengan baik dan sistemik, seberapapun besar dan tingginya bangunan maka akan berdiri kokoh. Kuatnya tauhid seseorang, akan mampu merespon dan menyangga beban yang Allah amanahkan baik berupa perintah maupun larangan. Bahkan, seberapapun dosa yang dilakukan seseorang maka akan diampuni oleh Allah sepanjang tidak mempersekutukan-Nya (syirik) sedikitpun.

A. Macam-macam Tauhid

Tauhid dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Tauhid Ma’rifah dan Isbat (المعرفة والاثبا ت)

Tauhid dalam pengenalan (ma’rifah) dan penetapan (isbat) adalah menetapkan hakikat Dzat Ar-Rabb Ta’ala, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, nama-nama-Nya. Demikian pula, Allah menetapkan segala keputusan, takdir beserta hikmahnya. Dalam tauhid macam ini, Al-Qur’an telah banyak menginformasikannya dalam beberapa ayat.[1]

2. Tauhid dalam tujuan dan kehendak ( الطلب والقصد )

Adalah bertauhid dalam keilahiyyahan-Nya dan ibadah kepada-Nya, yakni menjadikan hanya Allah sebagai sesembahannya meniadakan sesembahan yang lain.[2]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa tauhid yang dibawa oleh para rasul mengandung penetapan keilahiyahan-Nya semata agar bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah. Kalimat syahadat yang diucapkan seseorang sebagai kalimat tauhid itu mengindikasikan lima konsekuensi, yaitu:

  1. Tiada yang disembah kecuali Dia ( لايعبد الااياه )
  2. Tidak ada tempat bertawakal kecuali kepadanya ( لايتوكل الاعليه )
  3. Tidak ada tempat berloyal kepada siapapun kecuali karena-Nya  (  لايوالي الاله )
  4. Tidaklah memusuhi siapapun kecuali dalam rangka mencari ridha-Nya ( لايعادي الافيه)
  5. Tidak beramal kecuali karena-Nya ( لايعمل الالأجله )

B. Keistimewaan bagi Ahlu Tauhid

Sebenarnya apa rahasia dan kekuatan yang terkandung dalam tauhid ? Manfaat atau hikmah yang diperoleh bagi pengamal tauhid sungguh sangat banyak dan mendasar, antara lain:

1. Memperbaiki amal seseorang

Syahadat yang berisi kalimat tauhid itu sangat mendasar karena akan mampu menangkap semua pesan Allah baik perintah maupun larangan-Nya. Kalimat syahadat yang diucapkan tidak syah kecuali dengan pemahaman, keyakinan, keikhlasan dan kejujuran. Ibnu al-Qayyim berkata,  Tuhan /  الاله adalah yang semua hati bergantung kepadanya dengan mencintainya, mengagungkan-Nya, kembali kepada-Nya, memuliakan-Nya, menyatakan kemahabesaran-Nya, tunduk, merendahkan diri, takut, berharap dan bertawakal kepada-Nya.(Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh: 1979, hal. 43)

2. Tidak akan mendapat siksa Allah

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu[3] menuturkan, aku pernah dibonceng Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam di atas seekor keledai lalu beliau bertanya kepadaku,”Wahai Mu’adz tahukah kamu apa hal Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah supaya mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya.”… (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menghapus seluruh dosa

Rasulullah saw bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: … dan barang siapa menjumpai-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Aku, maka Aku akan menjumpainya dengan ampunan yang sepenuh bumi pula.” (HR. Muslim)

4. Penghuni surga

Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, Isa adalah hamba dan utusan-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya, surga adal benar adanya dan nerakapun benar adanya maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagai seorang muslim yang mengamalkan tauhid maka akan tumbuh dalam dirinya rasa takut akan berbuat syirik kepada Allah. Syirik merupakan dosa yang paling besar, bahkan Allah tidak akan mengampuni bagi pelakunya. Perhatikan firman Allah,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan akan mengampuni dosa selainya bagi yang Allah kehendaki, barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa besar”.(QS. An-Nisa’ [4]: 48)

Ibnu Katsier menjelaskan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa hamba-Nya saat berjumpa dengan-Nya dalam keadaan musyrik dan akan mengampuni dosa selain syirik dari dosa-dosanya kepada yang Allah kehendaki dari hamba-Nya. Wajib bagi kita untuk sangat takut dari perbuatan mempersekutukan Allah Subhana Wa Ta’ala.  Syirik merupakan keburukan yang paling buruk dan kezhaliman yang pali zhalim serta pelecehan terhadap Allah.

Syirik merupakan bentuk tasybih/penyerupaan Makhluk dengan Khalik dalam hal-hal yang merupakan sifat khusus Ilahy, yang berupa kemahakuasaan Allah. Sesungguhnya semua urusan dikendalikan oleh Allah, apa yang dikehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya maka tidak akan terjadi.  Tidak ada yang menahan apa yang Dia berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Dia tahan. Dialah Dzat yang jika membuka rahmat bagi manusia, tidak ada siapapun yang dapat menahnnya dan apa yang Dia tahan tidak ada yang dapat melepaskannya selain Allah. Allahu a’lam bi al-Shawab.(P004/R11)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

[1] Awal surah al-Hadid, Thaha, As-Sajdah, Ali Imran, akhir surah Al-Hasyr, Al-Ikhlas, dll.

[2] Surah Al-Kafirun, Ali Imran: 64, awal surah Al-Mukmin; pertengahan dan akhir, awal dan akhir surah Al-A’raf, dll.

[3] Mu’adz bin Jabal adalah ibnu Amru bin Aus al-Anshari al-Khazraji  Abu Abdirrahman, seorang sahabat mashur

Wartawan: Admin

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0