Kekuatan Umat (Oleh: Majelis Dakwah Pusat, Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Nur Abdillah)

Khutbah Pertama:

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا  وَ مِنْ سَـيِّـَئاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ,

اَللَّهُمَّ صَلِّ وّسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ  وَ التـَّابِعِيْنَ  وَاتَّـابِعُ التـَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِ حْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدً* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

اَمَّا بَعْد فَـإِنّ  أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ , وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِىالنَّارِ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Pada khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib, untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan sebenar-benar taqwa, dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Kini kita sudah memasuki bulan Sya’ban gerbang menuju sebuah madrasah tempat bagi kita semua untuk menempa diri, yaitu bulan Suci Ramadhan. Madrasah Ramadhan kian dekat dengan kita, tapi musibah demi musibah belum juga beranjak dari kita. Semakin hari semakin banyak orang yang terinfeksi virus corona. Semakin banyak orang yang meninggal karena terpapar virus ini. Data sampai Rabu (1/3), menurut laporan pemerintah, jumlah yang terinfeksi 1677 orang, 103 dinyatakan pulih, sedangkan yang meninggal berjumlah 157 orang.

Sebelum kita memasuki bulan Suci Ramadhan yang di berkahi, marilah kita menjadikan musibah mewabahnya virus corona ini sebagai pelajaran bagi kita semua. Semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah azza wa jalla serta semakin mempererat ukhuwah, saling tolong menolong dan kasih sayang di antara umat Islam khususnya.

Kita yakin bahwa dalam setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Setiap kejadian pasti ada maknanya. Setiap musibah pasti ada pelajaran yang bisa dipetik darinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (ءال عمران: ١٩١)

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imran : 191)

Dan bagi orang yang beriman, tidak ada pilihan kecuali senantiasa bersabar dan bersyukur dalam menghadapi segala kondisi terberat sekalipun. Bersabar ketika ditimpa musibah, bersyukur apabila terhindar dari musibah. Rasulullah shalallahu a’laihi wasalam bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ (رواه مسلم)

Artinya: “Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya, dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mukmin. Jika diberi sesuatu yang menggembirakan, ia bersyukur, maka hal itu merupakan kebaikan baginya, dan apabila ia ditimpa suatu musibah ia bersabar, maka hal itu juga baik baginya” (HR Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam juga bersabda:

وَمَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَمْشِيَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ لَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ (رواه أحمدُ وغيرُه)

Artinya: “Bala’ akan terus menimpa seorang hamba sehingga ia berjalan di atas muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa sama sekali” (HR Ahmad dan lainnya).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Firman Allah

. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (ال عمران : ١٠٢- ١٠٣)

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya. Janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. Ali Imran: 102-103).

Sayid Quthb dalam tafsirnya, Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan bahwa kedua ayat ini merupakan kunci tegaknya kaum muslimin di muka bumi. Dengan dua pilar ini kaum muslimin dapat menunaikan perannya yang berat dan besar. Apabila salah satunya roboh maka di sana sudah tidak ada kaum muslimin, hingga peranannya tidak dapat ditunaikan.

Pertama, pilar iman dan taqwa hingga wafat menghadap Allah yang Mahaluhur. Taqwa yang kekal dan sadar, yang tak pernah terlupakan dan tak pernah loyo sedikit pun selama hidup hingga ajal menimpa.

Bertaqwa kepada Allah karena memang sudah menjadi hak-Nya agar manusia bertaqwa kepada-Nya. Taqwa tidak terbatas waktu dan tempat, sehingga menimbulkan keinginan untuk menggapai ketaqwaan tersebut satiap saat selama nafasnya masih menempel dalam diri. Apabila hati sudah memasuki jalan taqwa, maka ketenangan hidup akan diraih, segala persoalan hidup akan di serahkan kepada Allah, musibah yang menimpa dihadapi dengan tenang dan penuh harap. Karena ia yakin segala yang menimpa tidak lepas dari kehendak Allah, dan menyadari bahwa cobaan hidup adalah sunatullah yang harus di hadapi orang hidup dan beriman untuk mengukur tingkat keimanan hamba kepada Sang Khalik.

الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (4)

Artinya: “Alif Lam Mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu.” (QS Al-Ankabut : 1-4).

Adapun kematian adalah urusan ghaib yang manusia tidak mengetahui kapan dan di mana akan terjadi padanya. Barangsiapa yang ingin mati sebagai seorang muslim, maka jalannya ialah sejak awal ia harus menjadi muslim, dan setiap saat haruslah sebagai muslim.

Imam Al-Ghazali mengatakan kematian itu pasti, sedangkan yang lain tak ada yang pasti.
Kematian (al-maut) menyerang siapa saja dan sering kali tiba-tiba. Maut merenggut nyawa orang tua, anak-anak, orang sehat atau sakit, orang biasa, orang hebat, dan siapa saja.

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan“. (QS Al-Jum`ah: 8).

Inilah pilar pertama yang harus dimiliki setiap muslim, ia menyadari bahwa hidup dan kehidupan adalah perkara ghaib yang tidak di ketahui, yang pasti setiap perbuatan manusia akan Allah balas dengan setimpal. Untuk itu iman dan taqwa harus menjadi pakaian yang senantiasa digunakan manusia sampai ajal menjemput, husnul khotimah.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Pilar kedua: adalah ukhuwah (persaudaraan) karena Allah, menurut manhaj Allah dan untuk merealisasikan manhaj-Nya.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. Ali Imran: 103).

Ukhuwah atau persaudaraan antar umat Islam ini lahir dari iman dan taqwa kepada Allah yang menjadi pilar pertama tegaknya umat Islam. Asasnya adalah berpegang teguh kepada tali (agama) Allah dengan berjamaah, buka semata-mata berkumpul atas ide yang lain atau untuk tujuan lain selain ridho Allah, apalagi mengunakan manhaj-manhaj yang menyalahi aturan Allah dan Rasul-Nya, tali-tali jahiliyah.

Ukhuwah secara berjama’ah dengan seorang Imam merupakan nikmat besar yang Allah berikan. Nikmat yang dikaruniakan kepada kaum muslimin angkatan pertama dahulu. Nikmat kasih sayang yang diberikan Allah kepada orang-orang yang dicintai-Nya di antara hamba-hamba-Nya.

عَنِ النُّعْمَانِ بْن بَشِيْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ: الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ (رواه أحمد،بدراجة حسن)

Dari Nu’man bin Basyir  berkata, Rasulullah  bersabda: “Al-Jama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (H.R. Ahmad, dengan derajat Hasan)

Adapun tentang pengertian Al-Jama’ah, menurut Rasulullah ﷺ adalah:

مَا اَنَا عَلَيْهِ وَاَصْحَابِي

Orang yang mengikuti aku dan para shahabatku.”(H.R. Tirmidzi, hadits Hasan)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Melalui ayat ini Allah mengingatkan manusia akan nikmat-Nya. Diingatkan-Nya mereka bagaimana ketika mereka pada zaman jahiliah dahulu saling bermusuhan, padahal tidak ada yang lebih sengit permusuhannya daripada dua suku Aus dan Khazraj di Madinah. Mereka adalah dua suku Arab di Yatsrib, yang hidup berdampingan dengan orang-orang Yahudi yang senantiasa menghembus, memprovokasi dan menyalakan api permusuhan sehingga memakan hubungan harmonis di antara dua golongan tersebut. Karena itulah Yahudi tidak boleh hidup di sana.

Tetapi, kemudian Allah mempersatukan hati kedua suku tersebut agar kembali kepada Islam. “Apakah kalian hendak menonjolkan semboyan-semboyan jahiliyah, padahal aku masih ada di antara kalian?” sabda Nabi Muhamaad shalallahu a’alihi wasalam. Maka menyesallah mereka atas perselisihan diantara mereka. Kemudian kembali rukun dan saling berkasih sayang, berjama’ah tidak berselisih kembali yang mengakibatkan hilang kekuatan umat. Dendam sejarah menjadi kecil, sentimen kesukuan menjadi hina, dan ambisi pribadi dan panji-panji golongan menjadi rendah, ini tidak lain berkat ‘persaudaraan karena Allah’.

Diingatkan pula kepada mereka nikmat yang telah menyelamatkan mereka dari jurang api neraka. Mereka diselamatkan Allah dengan bimbingan-Nya untuk berpegang teguh kepada tali Allah (pilar pertama) dan dengan mempersatukan hati mereka menjadi saling bersaudaraan, hidup berjama’ah, dan menebar kasih sayang (pilar kedua).

Dengan hidup berjama’ah tidak saling berselisih berbagai persoalan dan permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan bersama-sama, tidak saling sikut dan menjatuhkan, atau sekedar mencari populeritas golongan. Melainkan kekuatan yang ada disinergikan menjadi satu kekuatan bersama dalam menghadapi permasalah yang tengah dihadapi, termasuk upaya pencegahan wabah corona yang tengan dihadapi negara Indonesia yang kita cintai. Insya Allah dengan bekerja sama, bersatu, maka rahmat dan kasih sayang Allah akan turun.

بَا رَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيْمِ  وَنَفَعَنِي وَاِيَا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلَا يَا تِ وَذِّكْرِالْحَكِيْم اَقُوْلُ قَوْلِي هَاذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْم لِي وَلَكُمْ وَلِسَا ءِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَا سْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ ِللهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُلَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتَنَانِهِ

أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ

انّ اللهَ وَمَلئِكَتَهُ يَصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْا صَلُّوْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اله و اصَّحَابه وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اَللهُمَّ أَعِزَّاْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُسْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ،

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ،

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِلْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشَكَرْوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ

(A/R8/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.