Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keledai Jadi Penyelamat Warga Gaza di Tengah Perang

Rudi Hendrik Editor : Widi Kusnadi - 21 menit yang lalu

21 menit yang lalu

6 Views

Keledai menarik kereta. (Foto: AA)

Gaza, MINA – Keledai menjadi penyelamat bagi warga Palestina di Jalur Gaza di tengah perang, di saat Israel memblokade wilayah kantong pantai itu sehingga kekurangan bahan bakar.

Dilansir dari Middle East Eye (MEE), Selasa (26/11), seperti Amina Abu Maghasib, warga Gaza yang mata pencahariannya bergantung pada satu hewan, yaitu seekor keledai yang menarik keretanya. Kereta itu ia gunakan untuk mengangkut orang-orang di Gaza, tempat perang selama lebih dari setahun telah menyebabkan kekurangan bahan bakar untuk mobil secara meluas.

“Sebelum perang, saya biasa menjual susu dan yoghurt, dan pabrik biasa mengambil susu dari saya,” katanya dari kota bagian tengah di Gaza, Deir al Balah, sambil memegang tali kekang di satu tangan dan tongkat karet di tangan lainnya yang ia gunakan untuk mengendalikan keledainya.

“Sekarang, saya tidak punya penghasilan selain keledai dan kereta,” katanya.

Baca Juga: AS Tolak Rencana Israel untuk Caplok Tepi Barat yang Diduduki

Kereta yang ditarik keledai merupakan pemandangan yang cukup umum di Gaza sebelum perang. Namun, kurangnya bahan bakar dan kerusakan di daerah kantong yang diblokade sejak dimulainya perang genosida Israel tahun lalu, telah menjadikan kereta itu salah satu dari sedikit moda transportasi yang tersisa.

Warga Palestina yang mengungsi di Gaza yang menyelamatkan diri dari pertempuran atau serangan udara, naik ke atas kereta untuk bergegas menyelamatkan diri dengan barang-barang mereka.

Bagi yang lain, kereta keledai adalah satu-satunya moda transportasi.

Warga lainnya, Marwa Yess, menggunakan kereta keledai untuk bepergian bersama keluarganya.

Baca Juga: Sedikitnya 10.000 Tenda Pengungsi Gaza Rusak Akibat Badai Musim Dingin

“Saya membayar 20 shekel ($5,40) untuk kereta yang akan membawa saya dari Deir al Balah ke Nuseirat. Harganya keterlaluan, tetapi dalam situasi seperti ini, semuanya tampak masuk akal,” katanya. Jaraknya sekitar lima kilometer.

“Saya dulu merasa malu naik kereta keledai di awal perang, tetapi sekarang tidak ada pilihan lain,” kata guru dan ibu tiga anak itu. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: WHO: Serangan terhadap RS Kamal Adwan di Gaza Harus Segera Dihentikan

Rekomendasi untuk Anda