Brussels, 7 Safar 1437/19 November 2015 (MINA) – Kelompok HAM telah menyuarakan kekhawatirannya tentang ternodainya isu pengungsi yang mencari perlindungan setelah terjadinya serangan Paris.
Pembunuh 129 orang di ibukota Perancis telah dihubungkan dengan pengungsi Suriah, di mana paspor Suriah ditemukan di dekat salah satu mayat pelaku penyerang Paris. Keamanan Yunani mengatakan, pemilik paspor pernah memasuki Yunani pada awal Oktober sebagai pengungsi.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa serangan itu dapat mempengaruhi kesediaan negara-negara Uni Eropa untuk menerima kedatangan pengungsi.
Namun, keaslian paspor yang ditemukan di lokasi serangan masih harus diverifikasi, sebab beberapa hari setelah serangan di Paris, polisi Serbia menangkap seorang pria yang membawa paspor dengan rincian sama seperti yang ditemukan di dekat mayat, memunculkan kemungkinan bahwa paspor itu palsu.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Joel Millman, Juru Bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), menyuarakan keprihatinannya terhadap sikap kalangan politisi Eropa menyusul serangan tersebut.
“Laporan terbaru yang dibuat oleh beberapa negara Eropa mengenai penutupan perbatasan bagi para pengungsi, benar-benar mengkhawatirkan,” katanya kepada Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Ribuan pengungsi, termasuk perempuan dan anak-anak bisa menghadapi xenofobia selain pembekuan cuaca dingin,” kata Millman.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi juga memperingatkan terhadap “pengkambinghitaman” terhadap pengungsi.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
“Kami sangat terganggu dengan bahasa orang yang membenci pengungsi sebagai sebuah kelompok. Ini berbahaya karena akan muncul xenofobia dan ketakutan,” kata juru bicara Melissa Fleming, Selasa (17/11).
“Pengungsi tidak harus berubah menjadi kambing hitam dan tidak harus menjadi korban sekunder dari peristiwa paling tragis ini,” katanya merujuk serangan di Paris.
Slovakia, Republik Ceko, Hungaria, Rumania, Estonia dan Latvia adalah di antara negara-negara Uni Eropa yang telah menyatakan tidak menerima sejumlah besar pencari suaka.
Rupert Colville, Juru Bicara Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, orang-orang yang paling menderita oleh Islamic State (ISIS/Daesh) adalah Muslim Suriah dan Irak.
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
Lebih empat juta warga Suriah telah melarikan diri dari negaranya sejak perang saudara meletus pada tahun 2011.
Menurut angka PBB, sejauh tahun ini, lebih 819.000 pengungsi telah tiba di Eropa dengan menyeberangi Mediterania. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon