Quetta, Pakistan, 22 Sya’ban 1437/30 Mei 2016 (MINA) – Keluarga dari seorang sopir Afghanistan yang tewas oleh serangan pesawat drone Amerika Serikat (AS) melaporkan kepada pejabat AS bahwa korban tidak bersalah.
Sopir yang bernama Mohammad Azam tewas pekan lalu ketika drone AS menargetkan pemimpin Taliban Mullah Akhtar Mansoor di kota Ahmad Wal, Pakistan dekat perbatasan Afghanistan.
Para pejabat AS menggambarkan pengemudi mobil itu sebagai pejuang Taliban kedua, tetapi menurut pejabat keamanan Pakistan ia adalah seorang sopir yang bekerja untuk perusahaan rental Al-Habib dari Quetta, kota utama di kawasan itu.
“Kepada para pejabat AS yang namanya saya tidak tahu yang menerima tanggung jawab atas kejadian ini, saya ingin keadilan dan meminta tindakan hukum terhadap mereka yang bertanggung jawab untuk itu,” kata Mohammad Qasim, saudara Azam, dalam sebuah laporan polisi, demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Qasim menegaskan bahwa saudaranya tidak bersalah dan ia sangat miskin. Azam meninggalkan empat anak kecil dan dia adalah pencari nafkah tunggal dalam keluarga.
Polisi dan pejabat pemerintahan lokal pada Ahad menegaskan tuntutan yang diajukan, tetapi menolak untuk mengomentari apa langkah pemerintah yang akan diambil untuk mengejar kasus itu.
Identitas pejabat AS yang terlibat dalam serangan drone tidak diketahui, dan tidak jelas apakah tuntutan itu akan berhubungan dengan orang-orang yang memerintahkan serangan atau prajurit AS yang bertindak sebagai eksekutor.
Serangan drone menjadi bagian utama dari kampanye Presiden Barack Obama terhadap kelompok-kelompok bersenjata di Pakistan.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Perkiraan jumlah korban drone yang telah meningkat bervariasi sejak Obama menjabat pada 2009.
Menurut Biro Jurnalisme Investigasi, korban drone di Pakistan antara 2.499 hingga 4.001 orang dalam 373 serangan dari tahun 2004 sampai 21 Mei 2016, termasuk 424-966 warga sipil.
Pada Oktober tahun lalu, The Intercept menerbitkan delapan bagian penyelidikan yang disebut “The Drone Papers” yang mengungkapkan bahwa setidaknya 90 persen dari mereka yang tewas oleh serangan drone di Afghanistan, Somalia dan Yaman bukan target yang dituju.
Salah satu koran mengungkapkan, dokumen yang diedarkan oleh Intelijen Pentagon, Unit Peninjauan dan Pengawasan tahun 2013 menunjukkan bahwa AS sering membawa laporan serangan drone berdasarkan bukti yang tipis. (T/P001/P2)
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris