Tel Aviv, MINA – Keluarga tawanan Israel di Gaza menuduh Perdana Menteri Benyamin Netanyahu menelantarkan orang yang mereka cintai demi kelangsungan hidup politiknya, Anadolu Agency melaporkan, Rabu, (21/8).
Kritik itu muncul setelah tentara mengatakan, bahwa mereka telah mengevakuasi jenazah enam sandera dari daerah kantong Palestina itu.
Menurut media publik Israel, KAN, keenam sandera itu masih hidup saat dibawa ke Gaza pada 7 Oktober 2023.
“Dia dan semua sandera bisa saja dibawa kembali,” kata Mati Dancyg, yang ayahnya termasuk di antara para sandera yang tewas.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Netanyahu memilih untuk mengorbankan para sandera. Karma akan menghakiminya dan dia akan membayarnya dengan harga yang mahal,” katanya, menuduh Perdana Menteri Israel “memilih untuk meninggalkan para sandera agar dapat bertahan hidup”.
Shahar Mor, yang pamannya juga terbunuh di Gaza, mengatakan pedudukan Israel membuang-buang waktu dan kesempatan untuk menyelamatkannya.
“Darah ada di tangan pemerintah. Demi kelangsungan hidup Netanyahu, paman saya meninggal,” katanya kepada Radio lokal 103FM.
Dalam sebuah pernyataan, keluarga-keluarga tersebut menganggap Netanyahu bertanggung jawab atas kematian para sandera karena keterlambatan dalam mencapai kesepakatan pertukaran dengan Hamas untuk menyelamatkan nyawa para tawanan.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, juga menyalahkan Netanyahu karena menyelamatkan para tawanan dalam kondisi telah tewas.
Israel memperkirakan sekitar 110 warga Israel ditahan di Gaza, dengan Hamas mengatakan bahwa banyak tawanan tewas dalam serangan Israel di daerah kantong itu.
Pada awal Juni, tentara Israel menyelamatkan empat tawanan hidup-hidup dari Kamp Pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, dalam operasi yang mengakibatkan tewasnya lebih dari 210 warga sipil Palestina akibat artileri berat dan serangan udara.
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berupaya mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Namun, upaya mediasi terhenti karena Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menolak memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, serangan Israel di Gaza, yang dimulai setelah aksi perlawanan dengan serangan lintas batas pejuang Gaza pada 7 Oktober 2023 terus berlanjut.
Konflik tersebut telah mengakibatkan lebih dari 40.170 kematian warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 92.740 luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka