Jakarta, MINA – Kementerian Agama mengajak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk bersama-sama meninggalkan warisan terbaik dalam bidang produksi Al-Quran. Nantinya warisan itu dilakukan dalam bentuk revitalisasi Unit Percetakan Al-Quran (UPQ) yang modern dan mampu memproduksi Al-Quran dalam jumlah besar.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki semua alasan untuk menjadi pusat peradaban Islam yang sesungguhnya, termasuk di antaranya memiliki percetakan Al-Quran terbesar di dunia.
“Dengan capital social yang dimiliki Indonesia, seharusnya itu menjadi modal untuk membangun percetakan terbaik dunia. Kalau menunggu aggaran agama yang ada, kita harus menunggu ratusan tahun untuk bisa menjadi yang terbaik. Oleh karena itu, harus ada gerakan out of the box,” kata Kamaruddin dalam acara Penyerahan Bantuan Mushaf Al-Quran di Masjid Baiturrahman Komplek DPR/MPR RI, Jakarta, Senin (8/3).
Kamaruddin menerangkan, percetakan Al-Quran merupakan bagian dari ekosistem peradaban Islam. Menurut dia, jika Indonesia bercita-cita menjadi pusat peradaban Islam, maka Indonesia harus memiliki percetakan yang representatif.
“Potensi yang dimiliki percetakan pemerintah ini untuk membangun percetakan berstandar dunia adalah lahan seluas 2 hektare. Anggaran yang dibutuhkan kurang lebih Rp 800 Miliar sampai Rp 1 Triliun yang akan dialokasikan untuk revitalisasi, gedung, mesin dan SDM,” tutur Kamaruddin.
Gagasan revitalisasi Unit Percetakan Al-Quran tersebut disambut baik oleh pihak DPR RI, dalam hal ini Ketua Komisi VIII DPR RI Yandri Yusanto yang mengatakan bahwa kebutuhan Mushaf Al-Quran di Indonesia sangatlah banyak. Menurutnya, ketersediaan produksi yang dimiliki saat ini belum mampu menutupi kebutuhan tersebut.
“Saya kira yang disampaikan Prof. Kamar benar adanya, kebutuhan Mushaf Al-Quran di Indonesia sangatlah banyak, sedangkan ketersediaan tidaklah cukup. Maka, gagasan untuk revitalisasi sangatlah tepat. Tak ada satu alasan pun untuk menolak gagasan besar dari Prof. Kamar. Komitmen kami tidak perlu ditanyakan dan diragukan lagi, kami peduli dunia-akhirat,” ujar Yandi Susanto.
Pada kesempatan tersebut, Yandri menyarankan Kementerian Agama untuk segera mengajukan rencana revitalisasi tersebut terlebih pada periode penyelenggaraan anggaran. Menurut dia, anggaran Rp 8 Miliar, Rp 1 Triliun atau Rp 2 Triliun sangatlah kecil kalau untuk Al-Qur’an yang memang dibutuhkan di Indonesia.
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa
“Maka di Masjid Baiturrahman ini saya sampaikan tidak ada satu alasan pun bagi kami untuk menolak. Legacy yang ingin kita tinggalkan untuk negara ini tidak perlu lama-lama. Kalau tidak dengan rupiah murni, APBN, masih ada SBSN atu sumber dana lainnya. Nanti kita akan coba sisir. Tapi sekali lagi tidak ada alasan revitalisasi ini terhambat karena uang,” urainya.
“Presiden, Menteri, kita semua pasti sepakat. Oleh karena itu, gagasan yang mulia ini dalam waktu dekat harus segera terwujud. Sekali lagi, anggaran Rp 1 Triliun tidaklah banyak untuk percetakan terbaik dunia, kalau niat baik itu masih kita tahan saya khawatir keberkahan tidak akan turun ke Negeri ini. Oleh karena itu usulkan saja, pasti kami terima,” demikian Yandri mengkahiri sambutannya. (L/R2/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kunjungi Rasil, Radio Nurul Iman Yaman Bahas Pengelolaan Radio