Sidogiri, Bimas Islam – Pondok Sidogiri, Kota Pasuruan, Provinsi Jawa Timur menjadi inspirasi bagi Kementerian Agama dalam mewujudkan salah satu program strategisnya, yakni kemandirian pesantren.
Hal ini disampaikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat sowan dan bertemu dengan Mas Cholil, putra pertama dari pengasuh PP Sidogiri, almarhum KH Ahmad Nawawi Abdul Jalil, Sabtu (26/6) kemarin.
“Kemandirian dan pemberdayaan Pondok Pesantren Sidogiri menjadi inspirasi bagi kami di Kementerian Agama dalam mewujudkan program kemandirian pesantren,” kata Menag dalam keterangannya.
“Kami menargetkan pada tahun 2024, sebanyak 5.000 pesantren yang tersebar di Indonesia memiliki kontribusi pengembangan ekonomi masyarakatnya,” sambung Menag yang siang itu didampinggi Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin dan Stafsus Menteri Agama.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
Dijelaskan Menag, Kementerian Agama sudah meluncurkan peta jalan kemandirian pesantren. Program ini bertujuan mewujudkan pesantren yang memiliki sumber daya ekonomi yang kuat dan berkelanjutan sehingga dapat menjalankan fungsi pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat dengan optimal.
Mas Cholil mengatakan, saat ini jumlah santri yang mondok di PP Sidogiri sebanyak 11 ribu santri. Mereka tidak hanya dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
“Produk ekonomi yang sudah dihasilkan oleh PP Sidogiri, di antaranya air mineral kemasan dengan merek Santri, kain sarung, dan baju koko,” ujar Mas Cholil.
Ia pun mengakui bila PP Sidogiri yang sudah berumur ratusan tahun tersebut tidak pernah merima bantuan pembangunan sarana dan prasarana baik dari pemerintah maupun pihak swasta.
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta
Operasional pesantren diambil dari hasil usaha kecil menengah dengan melibatkan peran santri PP Sidogiri. Kondisi itulah yang membuat pesantren Sidogiri bisa bertahan hingga saat ini dengan belasan ribu santri.
Hal senada juga disampaikan Had, alumni PP Sidogiri yang kini sudah mengabdi selama 20 tahun sebagai pengawas keamanan pesantren.
“Pesantren kami tidak menerima bantuan baik dari pemerintah dan pihak lain. Kemandirian Pesantren berjalan dengan baik lewat produk yang dihasilkan maupun uang syahriah daripada santri. Di sini juga banyak santri yang tidak mampu dan dibiayai oleh yayasan,” ujarnya.
Terkait dalam penanganan Covid-19, lanjutnya, pihak pesantren sangat membatasi orang keluar masuk di lingkungan pesantren.
Baca Juga: Bulog: Stok Beras Nasional Aman pada Natal dan Tahun Baru
“Untuk masuk pesantren, khususnya bagi orang luar, memang diperketat. Sebab angka penyebaran Covid-19 di sekitar lingkungan pondok sangat tinggi, begitu juga di Kota Pasuruan,” tandasnya.
Kehadiran Menag di Pasuruan selain silaturahim, sekaligus sosialisasi Surat Edaran tentang pengetatan protokol kesehatan dalam penyelenggaraan Salat Iduladha 1442 H demi menekan tingginya lonjakan angka Covid-19 di berbagai daerah.
Menag juga bertemu dengan Walikota Pasuruan Saifullah Yusuf yang akrab disapa Gus Ipul. Menag meminta pemerintah daerah untuk mematuhi protokol kesehatan sesuai surat edaran Menteri Agama No 15 tahun 2021. (L/R2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)