Jakarta, 21 Jumadil Akhir 1437/30 Maret 2016 (MINA) – Pendidikan agama yang baik merupakan sarana efektif dalam upaya menangkal radikalisme. Pendidikan agama juga menjadi proses terbaik untuk menanamkan nilai-nilai kesantunan, kedamaian, serta bela negara dan kecintaan kepada Tanah Air.
Pandangan ini disampaikan Kabalitbang-Diklat, Abd. Rahman Mas’ud, saat mewakili Menteri Agama menjadi narasumber pada Seminar Nasional Kurikulum Pertahanan dan Bela Negara Universitas Pertahanan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan RI di Jakarta.
Menhan dan Menristekdikti juga hadir dalam seminar nasional yang diikuit para rektor perguruan tinggi negeri dan swasta. Demikian laman resmi Kemenag yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu.
Menurut Mas’ud, benih-benih munculnya tindakan kekerasan dengan motif agama, berawal dari adanya pemahaman keagamaan yang bercorak literal-skiptural dan cenderung eksklusif.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
“Pemahamaan seperti ini cenderung mengarahkan penganutnya untuk tidak toleran terhadap perbedaan dan kemajemukan. Padahal, Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara yang majemuk dan masyarakatnya dikenal sangat toleran,” katanya.
Mas’ud menilai, langkah konkret yang dilakukan, termasuk oleh Kementerian Agama, dalam rangka kontra-radikalime adalah mengembangkan pendidikan agama yang moderat, rasional, santun, dan berorientasi pada kesadaran bela negara.
Dalam konteks ini, lanjut Mas’ud, pesantren dalam banyak ragamnya merupakan lembaga keagamaan yang dapat menjadi basis utama dalam menanamkan bela negara dengan mengutamakan pembentukan pola pikir berbangasa dan memperkuat ideologi Pancasila.
“Ajaran hubbul watan minal iman: cinta bangsa bagian dari iman cukup mengakar di mainstream dunia pesantren,” tutur pejabat Kemenag itu.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Namun demikian, selain soal kesantunan dan moderatism, Mas’ud menggarisbawahi pentingnya mengkaitkan pendidikan agama dan bela negara dengan common issues yang lebih menyentuh kebutuhan dasar manusia.
Isu-isu strategis seperti kesejateraan ekonomi (entrepreneurship), kesehatan (reproduksi), kesetaraan gender (gender equity), dan kepemerintahan yang baik (good governance), perlu dikaitkan dengan pendidikan agama dan bela negara sehingga lebih kontekstual.
“Termasuk dalam hal ini adalah perlunya rembug bersama para pemimpin agama tentang permasalahan sosial terlebih tentang toleransi dan penghargaan perbedaan,” katanya menegaskan. (T/P006/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain