Kemenag: Penggunaan Transliterasi Baca Al-Quran Cenderung Meningkat

(Kemenag)
()

 

Jakarta, 5 Rabi’ul Awwal 1438/5 Desember 2016 (MINA) – Pgs. Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran () Balitbang Diklat Kemenag RI Muchlis M Hanafi mengatakan, penggunaan dalam membaca Al-Quran di Indonesia cenderung meningkat.

Hal ini disampaikan Muchlis saat membuka Seminar Hasil Penelitian Penggunaan Transliterasi dalam Membaca Al-Quran yang diselenggarakan oleh LPMQ di Menara 165 Convention Center, Jakarta, Senin (5/12).

Menurutnya, pada tahun 2011, ada 11 tanda tashih penerbit yang mencetak mushaf Al-Quran lengkap dengan transliterasi. Angka ini meningkat hingga pada tahun 2016 ada 16 tanda tahsis. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan transliterasi dalam membaca Al-Quran masih dibutuhkan.

Meski banyak bermunculan metode baca cepat Al-Quran di era digital, ternyata transliterasi mushaf Al-Quran masih dibutuhkan. Akan hal ini, Kementerian Agama diharapkan dapat terus memfalisitasi keberadaan mushaf Al-Quran yang dilengkapi transliterasi.

Namun demikian, lanjut Muchlis, diperlukan rumusan argumen tentang ini. “Perlu ada kajian yang lebih akademis terkait boleh tidaknya penggunaan transliterasi, selain argumen keagamaan, lalu hasil penelitian digunakan untuk menguatkan transliterasi,” kata Muchlis.

“Seminar ini merupakan puncak perjalanan panjang terhadap penggalian informasi tentang transliterasi dari lapangan. Hasilnya sangat bermakna, karena akan mengkonfirmasi tentang temuan ulama selama ini terkait penggunaan transliterasi. Banyak ulama mengharamkan transliterasi, umumnya negara Arab, termasuk juga Malaysia,” tambahnya.

Muchlis berharap hasil penelitian ini, dapat menjadi dasar penguat argumen kebolehan penggunaan transliterasi di Indonesia.

Koordinator peneliti Ali Akbar menyampaikan, LPMQ pada tahun ini sudah melakukan dua penelitian. Pertama, pembelajaran Al-Quran bagi tuna netra (sudah diseminarkan bulan lalu). Kedua, penggunaan transliterasi dalam membaca Al-Quran.

“Penelitian ini dilakukan di 12 Provinsi dan ingin melihat mengapa transliterasi masih dibutuhkan di tengah masyarakat,” kata Ali Akbar.

Seminar hasil penelitian ini diikuti 80 peserta yang terdiri dari perwakilan pengasuh pondok pesantren, perguruan tinggi, IIQ Jakarta, serta peneliti serta ASN LPMQ. (T/R05/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.