Ankara, MINA – “Kemenangan,” kata Turki setelah negara itu dan Amerika Serikat, Kamis (17/10) sepakat untuk gencatan senjata di Suriah timur laut, sesudah Turki melakukan serangan besaran-besaran ke wilayah itu dengan alasan menggempur Kurdi teroris dan mengamankan wilayah perbatasannya.
Penyerbuan Turki itu mengundang reaksi keras terutama dari Presiden Donald Trump yang sepekan sebelumnyua menarik pasukan dari wilayah yang dikuasai Kurdi, yang di lain fihak secara efektif membuka jalan bagi operasi militer Turki.
Kesepakatan gencatan senjata dihasilkan dalam pembicaraan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence yang secara khusus menemui Presiden Turki Recep Yayyip Erdoğan di Ankara pada Kamis (17/10). VoX melaporkan.
Namun ketentuan-ketentuan gencatan senjata masih belum jelas, seperti bagaimana sebenarnya akan dilaksanakan.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Atas kesepakatan itu, Turki tidak menyebutnya sebagai gencatan senjata, tapi menyebutnya sebagai kemenangan.
Menurut Pence, Turki telah menyetujui gencatan senjata 120 jam (lima hari), di mana YPG Kurdi Suriah yang didukung AS akan menarik diri dari “zona aman” 20 mil di dekat perbatasan Turki.
Perjanjian tersebut juga mengharuskan YPG untuk menyerahkan persenjataan beratnya dan membongkar bentengnya.
Sebagai gantinya, Amerika Serikat tidak akan menjatuhkan sanksi lagi pada Turki, dan jika gencatan senjata permanen diberlakukan, maka AS akan menghapus sanksi dan hukuman yang sudah diberikan pada Turki.
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
“Kami mendapatkan apa yang kami inginkan. Namun ini bukan gencatan senjata. Kami akan menghentikan operasi kami,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu.
Belakangan ini Turki dan AS sering berbeda sikap tentang berbagai masalah terkini di Timur Tengah, namun keduanya adalah sekutu dekat sama-sama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Tidak jelas apakah Kurdi Suriah diajak berkonsultasi tentang pengaturan ini, dan sejauh mana mereka akan mematuhinya.
Komandan Mazlum Abdi dari Pasukan Demokrat Suriah mengatakan mereka akan menerima gencatan senjata. Namun, ia menetapkan bahwa “gencatan senjata ini adalah untuk wilayah di mana pertempuran sedang berlangsung saat ini,” di daerah antara kota Ras al-Ayn dan Tal Abyad, dan mengatakan bahwa” gencatan senjata tentang daerah lain perlu dibahas.”
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon
Pence mengatakan AS telah menerima “jaminan dari YPG bahwa mereka akan menyetujui gencatan senjata.”
Namun tampaknya ada beberapa perbedaan antara apa yang dikatakan AS dan Turki dan apa yang dikatakan oleh Kurdi ketika menyangkut gencatan senjata.
Baik Trump maupun Erdogan mengklaim ini sebagai kemenangan yang merupakan masalah penting. Kesepakatan akan memberi Trump kesempatan untuk mengklaim kesuksesan. Sementara Erdogan mendapatkan semua yang ia inginkan, termasuk menghilangkan beberapa tekanan sanksi AS terhadap negaranya. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang