Peristiwa penguasaan wilayah dan pengambil alihan kepemimpinan oleh Taliban di Afghanistan turut menjadi perhatian lembaga medis kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) di Indonesia.
Ketua Presidium MER-C Dr. Sarbini Abdul Murad menjelaskan rencana MER-C ke depan sebagai sebuah organisasi yang mempunyai pengalaman melakukan misi kemanusiaan di Afghanistan pada tahun 2001 dan 2002.
“Kita ketahui bersama bahwa baru-baru ini Taliban telah menguasai Kabul dan tanggal 31 Agustus Amerika (Serikat) meninggalkan bandara dan praktis pada kesempatan ini semua dikuasai oleh Taliban. Kami perlu memberikan keterangan pers karena MER-C mempunyai pengalaman bekerja di Afghanistan dalam aktivitas kemanusiaan pada tahun 2001 dan 2002,” kata Sarbini dalam pernyataan tertulis, Jumat (3/9).
“Oleh sebab itu, kami akan memberikan beberapa hal penting. Ini adalah masukan untuk kita semua dan kita harapkan Afghanistan lebih bagus, lebih stabil dan lebih berwajah kemanusiaan,” tambahnya.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Sarbini yang pernah bertugas sebagai relawan medis MER-C untuk Afghanistan membahas mengenai stigma yang dilabelkan pada Taliban yang terkesan kurang baik dan menjelaskan pendapatnya mengenai Taliban.
“Perlu diketahui bahwa dunia internasional atau sebagian dari Indonesia melabelkan Taliban dengan stigma yang kurang baik, kurang bagus, dan ada beberapa hal yang menurut pandangan kami Taliban sendiri harus memperhatikan masukan atau kritikan dari dunia internasional atau beberapa pihak,” ujarnya.
Menurutnya, dunia internasional mengkhawatirkan terjadinya diskriminasi terutama pada etnis minoritas, kemudian terjadi penekanan terhadap kebebasan sipil, kebebasan wanita dan demokratisasi.
“Ini yang dikhawatirkan oleh pihak-pihak internasional. Kekhawatiran ini, karena ada trauma sejarah yang dialami sekitar tahun 2000-an dimana ketika Afghanistan dikuasai oleh Taliban terjadi kekerasan. Ini yang menjadi trauma sampai dengan hari ini,” jelasnya.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Lebih lanjut Sarbini menyampaikan bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada Taliban dan menjauhkan framing.
“Kita harus memberikan kesempatan kepada Taliban untuk membentuk pemerintahannya dan kita menjauhkan framing yang seakan-akan Taliban sama seperti yang pernah mereka lakukan pada tahun 2000,” jelasnya.
Ia mengharapkan adanya pemerintahan yang inklusif dengan melibatkan semua pihak, semua tokoh, dan semua etnis, sehingga stabilitas politik, ekonomi di Afghanistan berjalan dengan pemerintahan yang efektif.
Ia juga menyebutkan bahwa Taliban mesti belajar dari Indonesia karena Indonesia mempunyai pengalaman yang cukup dalam melakukan manajemen konflik sehingga menurutnya Indonesia bisa bekerja sama dengan Taliban.
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
“Taliban mesti belajar dari Indonesia. Kita ketahui bahwa Indonesia punya pengalaman yang cukup dalam melakukan manajemen konflik. Saya pikir pemerintah Indonesia bisa bekerja sama dengan Taliban untuk mengirimkan tim asistensi diplomat-diplomat kita yang hebat untuk memberikan masukkan kepada Taliban, sehingga mereka dalam mengelola negara atau mendirikan pemerintahan akan melibatkan semua pihak dan pemerintahan akan berjalan lebih efektif,” paparnya.
Rencana MER-C untuk Afghanistan
Selain itu, Sarbini juga menjelaskan mengenai keikutsertaan dan rencana MER-C ke depan sebagai organisasi kemanusiaan yang pernah bekerja di Afghanistan, siap membantu apabila pemerintahan telah terbentuk dan berjalan efektif.
“MER-C sebagai organisasi kemanusiaan yang pernah bekerja di Afghanistan dan pernah diminta oleh pihak Afghanistan terutama pihak departemen kesehatan untuk mendirikan rumah sakit di Afghanistan, maka apabila pemerintahan telah terbentuk dan efektif, insya Allah MER-C akan membantu Afghanistan di bidang kesehatan, apakah itu ambulans, klinik atau rumah sakit. Insya Allah ini menjadi perhatian MER-C ke depan,” tambahnya. (A/R5/RI-1)
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global
Mi’raj News Agency (MINA)