Gaza, 7 Jumadil Awwal 1437/15 Februari 2016 (MINA) – Kementerian Dalam Negeri Palestina telah mengajukan banding kepada pihak berwenang Mesir untuk memperpanjang pembukaan perbatasan Rafah guna memungkinkan perjalanan penumpang lebih banyak lagi.
Juru bicara kementerian Iyad al-Bazam menyatakan dalam akun halaman Facebook-nya bahwa masih ada ribuan orang dengan kasus kemanusiaan yang harus menyeberang ke Mesir, demikian laporan Palestinian Information Center (PIC) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (15/2).
“Menutup persimpangan hari ini berarti bahwa penderitaan sekitar 24.000 orang dengan kasus kemanusiaan akan terus ada, dan ini akan menimbulkan ancaman bagi kehidupan pasien, dan masa depan pelajar juga pemegang izin tinggal dan paspor asing,” kata Bazam.
Dia menyatakan harapan bahwa kepemimpinan Mesir akan mempertimbangkan kondisi kemanusiaan yang sulit di Gaza dan memperluas pembukaan penyeberangan.
Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan
Pihak berwenang Mesir membuka perlintasan Rafah yang menghubungkan Jalur Gaza diblokade dengan Semenanjung Sinai Mesir di kedua arah selama dua hari pada Ahad-Sabtu (13-14 Februari 2016), untuk pertama kalinya sejak awal tahun ini.
Penyeberangan dibuka pada jumlah terbatas pasien medis Palestina, mahasiswa dan warga Gaza yang membawa paspor asing.
Sejumlah warga Palestina yang terlantar di sisi Mesir dari persimpangan juga akan diizinkan kembali ke Jalur Gaza.
Sejak penggulingan Presiden terpilih Muhammad Mursi pada 2013 dalam kudeta militer yang dipimpin Al-Sisi, Kairo telah membuat perbatasan dengan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas tertutup rapat untuk sebagian besar.
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza
Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri Gaza, sepanjang perjalanan tahun lalu, pemerintah Mesir membuka penyeberangan Rafah hanya 21 hari dengan lalu lintas yang terbatas.
Periode panjang penutupan di persimpangan – yang hanya mewakili satu wilayah Gaza dari akses menuju dunia luar yang tidak di bawah kendali Israel – telah membawa sekitar 1,9 juta penduduk daerah kantong pantai itu diambang bencana kemanusiaan.(T/R05/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel