Kemendikbud Gandeng PSSI dan KONI untuk Kompetisi Galasiswa Tingkat SMP

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy. (Foto: Istimewa)

Jakarta, MINA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud) menggandeng Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia () dan Komite Olahraga Nasional Indonesia () Pusat untuk menggelar kompetisi sepakbola .

Kerjasama ditandai dengan penandatangan yang dilakukan di atas Bola oleh Muhadjir Effendy, Ketua Koni Pusat Tono Suratman, Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria, Dirjen PAUD Haris Iskandar, dan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Hamid Muhammad di Jakarta, Senin (13/11) malam.

Mendikbud mengatakan, mengapa memilih cabang olahraga (cabor) sepakbola, karena cabor sepakbola dalam banyak hal memiliki kepribadian yang sangat lengkap.

“Sepakbola adalah yang paling populer di dunia ini, tanpa bermaksud menganggap bahwa cabor lainnya tidak populer dari cabor sepakbola,” tuturnya dalam laman InfoPublik yang dikutip MINA.

Mendikbud ingin melihat sumbangsih kepada bangsa ini dari cabor sepakbola, untuk menyiapkan pemain-pemain berbakat dengan pembinaan yang baik, sehingga kita bermimpi sesuai dengan roadmap PSSI di mana target tahun 2045 Indonesia mencapai semifinal Piala Dunia.

Menurut Mendikbud, pihaknya menggandeng PSSI dan KONI karena merekalah yang paling tahu tentang sepakbola, sedangkan Kemendikbud hanya menyiapkan bahan mentahnya saja. “Silakan diolah oleh PSSI dan KONI, sehingga PSSI dan KONI bisa mencari pemain berbakat dari Galasiswa tingkat SMP ini,” katanya.

Muhadjir menambahkan, Galasiswa tingkat SMP ini akan berlangsung secara kompetisi dan berlngsung sepanjang tahun dan dipersiapakan untuk jenjang level Internasional. “Galasiswa ini dimulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional,” katanya.

Sepakbola, kata Muhadjir, akan menjadi bagian dari hidup bangsa Indonesia, karena di Indonesia sepakbola belum menjadi ‘Agama’ seperti terjadi di beberapa negara Amerika latin.

“Mengapa saya menyelenggarakan Galasiswa untuk tingkat SMP, karena kalau untuk anak SD mereka masih terlalu kecil, sedangkan kalau untuk tingkat SMA, saya kuatir banyak akan terjadi tawuran, sehingga nantinya waktu kita habis untuk mengurus anak berkelahi. Idealnya galasiswa itu dimuali sejak tingkat SD, SMP dan SMA,” tutupnya. (R/R09/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.