Jakarta, MINA – Pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tengah merevitalisasi politeknik untuk mengejar ketertinggalan pengembangan perguruan tinggi vokasi.
Revitalisasi bukan hanya dilakukan terkait dengan kurikulum, melainkan juga infrastruktur dan staf pengajar untuk menghasilkan lulusan vokasi berkualitas guna memenuhi tuntutan Revolusi Industri 4.0.
Direktur Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Paristiyanti Nurwardani mengharapkan, revitalisasi menyeluruh ini harus dibarengi dengan kerja kolaboratif perusahaan industri dengan institusi politeknik dalam upaya meningkatkan kualitas keluaran.
Keluaran tersebut baik dalam hal sumber daya manusia lulusan, maupun dalam hal produk atau jasa inovatif dari lingkungan kampus.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
“Upaya revitalisasi ini juga dilakukan dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi luar negeri,” kata Paris dalam diskusi bertema Harmonisasi Pendidikan Politeknik dengan Dunia Industri 4.0 di Jakarta, Rabu (12/12).
Dia mengatakan, selama lima tahun terakhir Kemenristekdikti juga telah bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) dan pemerintah Kanada melalui pembentukan Program Pengembangan Pendidikan Politeknik atau Polytechnic Education Development Project (PEDP).
Program PEDP difokuskan pada peningkatan kapasitas staf pengajar, kurikulum, serta bantuan pengadaan alat guna melatih keterampilan.
“Kami terbuka terhadap pihak yang ingin bekerja sama. Kami berharap politeknik kita semakin berkembang dan siap dengan perkembangan industri,” ujar Paris.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Menurutnya, ada 34 politeknik yang mendapat bantuan PEDP dan 21 di antaranya menjadi model pembelajaran dan percontohan bagi politeknik lainnya.
Sebanyak 3.499 mahasiswa politeknik juga telah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya serta untuk menempuh pendidikan keprofesian dan mengikuti uji kompetensi.
Selain peningkatan kualitas, peningkatan kuantitas lulusan vokasi, terutama politeknik, juga terus ditingkatkan. Hal itu disebabkan berdasarkan studi lembaga riset internasional McKinsey Global Institute, pada 2030 Indonesia diperkirakan membutuhkan 115 juta tenaga kerja terampil, yang merupakan generasi dari bonus demografi.
Lebih jauh, saat ini ada 20 model politeknik di Indonesia yang sedang menerima pendampingan berupa Program Pengembangan Pendidikan Politeknik. Hal ini untuk meningkatkan mutu kualitas politeknik. Menurut Paristiyanti, masih ada 262 politeknik yang kualitasnya dinilai minim.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“Kemungkinan yang sudah bagus 43-50 politeknik yang sudah memadai (kualitasnya). Yang excellent yang 20 model politeknik itu,” imbuhnya
Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Zainal Arief mengungkapkan tentang tantangan politeknik di era industri 4.0 terdiri atas aspek internal dan eksternal.
]Sementara tantangan internal, kata dia melanjutkan, cenderung mudah diatasi karena berkaitan dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang harus dilaksanakan.
“Tantangan eksternal merupakan tantangan terbesar. Karena tidak semua industri bisa mengakomodasi apa yang menjadi kebutuhan politeknik. Sedangkan mahasiswa membutuhkan tempat praktik atau magang sesuai prodi yang ada,” ujar Zainal.(L/R01/P2)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Mi’raj News Agency (MINA)