Oleh Deni Rahman, S.Sos. I, M.I Kom, Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) STAI Al-Fatah, Cileungsi, Bogor.
Kemerdekaan adalah anugerah besar yang patut disyukuri oleh setiap bangsa. Bagi Indonesia, kemerdekaan yang diraih pada 17 Agustus 1945 merupakan hasil dari perjuangan panjang yang penuh pengorbanan oleh para pahlawan dan seluruh rakyat yang merindukan kebebasan. Dalam perspektif Islam, mensyukuri nikmat kemerdekaan tidak hanya sebatas mengingat jasa para pahlawan, tetapi juga mengisi kemerdekaan tersebut dengan upaya menjaga persatuan dan membangun masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan ajaran Islam.
Allah SWT mengingatkan kita dalam Al-Qur’an:
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Baca Juga: Satu Tahun Genosida di Gaza, Rakyat Palestina tidak Bersama Saudaranya
“Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).
Syukur adalah kunci untuk mempertahankan dan menambah nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, termasuk nikmat kemerdekaan. Syukur atas kemerdekaan tidak hanya diucapkan dalam kata-kata, tetapi juga diwujudkan melalui tindakan nyata yang mendukung kemajuan dan kesatuan bangsa.
Komunikasi menjadi salah satu aspek penting dalam upaya mensyukuri nikmat kemerdekaan. Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, dan agama. Dalam situasi seperti ini, komunikasi yang efektif sangat diperlukan untuk membangun kesepahaman dan keharmonisan antarumat beragama dan antarbudaya. Dakwah, sebagai salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan Islam, memiliki peran penting juga dalam menyatukan umat Islam dan memperkuat persaudaraan di tengah keberagaman.
Dakwah yang dijalankan dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai elemen masyarakat. Melalui dakwah, nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin dapat disebarkan, membawa pesan perdamaian, keadilan, dan persatuan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Baca Juga: Parfum Mawar Untuk Masjid Al-Aqsa
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemerdekaan juga memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk berdakwah secara lebih luas dan bebas. Di era globalisasi dan digital ini, dakwah tidak lagi terbatas pada mimbar-mimbar masjid, tetapi juga bisa dilakukan melalui berbagai platform komunikasi modern, seperti media sosial, blog, dan kanal video. Kemampuan untuk menggunakan teknologi komunikasi secara efektif dalam dakwah merupakan salah satu cara untuk mensyukuri nikmat kemerdekaan. Dengan kebebasan berpendapat yang dijamin oleh konstitusi, umat Islam dapat menyebarkan pesan-pesan Islam yang damai dan toleran ke seluruh penjuru dunia.
Namun, kemerdekaan juga membawa tantangan tersendiri. Globalisasi sering kali membawa arus informasi yang dapat memecah belah umat. Di sinilah pentingnya peran komunikasi yang bijaksana dan dakwah yang menyejukkan. Setiap Muslim harus berkomitmen untuk menjaga persatuan umat, menghindari fitnah, dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak jelas kebenarannya. Allah SWT berfirman:
Baca Juga: Keseharian Nabi Muhammad SAW yang Relevan untuk Hidup Modern
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai” (QS. Ali Imran: 103).
Mensyukuri kemerdekaan juga berarti menjaga amanah yang telah diberikan oleh para pendiri bangsa. Mereka telah mengorbankan harta, jiwa, dan raga untuk kemerdekaan, dan kini tugas kita untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan tersebut dengan hal-hal yang positif. Dakwah yang berbasis pada komunikasi yang baik dan persatuan umat menjadi salah satu cara untuk memastikan bahwa amanah ini terus terjaga. Melalui dakwah yang mencerahkan, kita dapat membangun masyarakat yang lebih baik, yang berlandaskan pada nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
Kemerdekaan yang kita nikmati saat ini juga memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk menjalankan ajaran agamanya tanpa takut akan diskriminasi. Kebebasan ini harus kita syukuri dengan cara terus memperdalam pemahaman agama, mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari, dan menyebarkan kebaikan kepada sesama. Syukur yang benar atas nikmat kemerdekaan juga tercermin dalam upaya kita untuk membangun komunikasi yang positif dan konstruktif di tengah masyarakat yang plural.
Baca Juga: Satu Tahun Badai Al-Aqsa, Membuka Mata Dunia
Dalam konteks dakwah, syukur atas kemerdekaan bisa diwujudkan melalui upaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan iman dan takwa. Setiap Muslim harus merasa terpanggil untuk berperan aktif dalam menyebarkan kebenaran dan keadilan melalui dakwah yang disampaikan dengan santun dan bijaksana. Nabi Muhammad SAW telah memberikan teladan bagaimana dakwah yang efektif dapat menyentuh hati manusia dan membawa perubahan positif dalam masyarakat.
Maka, mensyukuri nikmat kemerdekaan bukan hanya sebatas merayakan hari kemerdekaan dengan berbagai acara seremonial, tetapi lebih dari itu, kita harus mampu menjadikan kemerdekaan sebagai momentum untuk memperkuat komunikasi, memperluas dakwah, dan menjaga persatuan umat. Sebagai Muslim, tanggung jawab kita tidak hanya kepada sesama warga negara, tetapi juga kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kemerdekaan ini. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Satu Tahun Taufanul Aqsa