Ramallah, 25 Sya’ban 1437/2 Juni 2016 (MINA) – Kementerian Informasi Palestina mengeluarkan data terbaru terkait kejahatan Israel sejak meletus Intifadhah Al-Aqsha tahun 2000 lalu, ada sebanyak 2.029 anak Palestina meninggal dunia dan 13 ribu lebih lainnya terluka.
Dalam laporan yang dirilis pada Rabu (1/6) yang ditandai sebagai Hari Anak Dunia itu, terungkap sebanyak 420 anak Palestina saat ini mendekam di penjara Israel, 95% di antaranya mengalami penyiksaan yang beragam selama ditangkap dan ditahan, demikian laporan The Palestinian Information Center (PIC).
Laporan itu menunjukkan, penjajah Israel menangkap sedikitnya 700 anak setiap tahunya di seluruh wilayah Palestina dengan alasan mereka mengganggu keamanan umum dan melempari pasukan penjajah Israel dengan batu.
Diungkapkan pula, pelajar Palestina juga menjadi sasaran pelanggaran di perbatasan di mana banyak pos-pos militer Israel di gerbang-gerbang kota dan desa serta kamp pengungsi.
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza
Anak-anak Palestina dilaporkan juga mengalami masalah kemiskinan karena kondisi ekonomi yang terus memburuk akibat blokade di Gaza, sehingga banyak yang putus sekolah dan memaksa mereka terjun dalam dunia kerja sebelum waktunya.
Sementara itu, Pusat Statistik Palestina menyebutkan, sejak tahun 2013, tingkat anak-anak Palestina yang masuk dalam bursa pasar dari kelompok usia 10-17 tahun mencapai 4,1% dari total penduduk.
Senada dengan itu, laporan terakhir Kementerian Pekerjaan Umum mengungkap sedikitnya ada 102 ribu anak Palestina di bawah 18 tahun masuk dalam pasar kerja dan jumlah mereka di tahun 2011 mencapai 65 ribu.
Kondisi Kritis Anak Al-Quds
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel
Lembaga Hak Warga mengungkap, ada sebanyak 85% anak-anak Al-Quds berada di bawah garis kemiskinan, dari 371.844 warga di Al-Quds. 79% dari keseluruhannya berada di bawah garis kemiskinan akibat kebijakan dan tindakan Israel.
Jumlah anak di Al-Quds tahun 2012 mencapai 88.845 anak, 86.018 di antaranya bisa sekolah. Sementara pelayanan untuk ibu dan anak mengalami kekurangan hingga 40% dari kebutuhan sebenarnya. Di Al-Quds Timur hanya ada 4 pusat pelayanan, sementara di Al-Quds Barat ada 25 pusat pelayanan.
Dengan kondisi itu, banyak pihak menduga, Israel ingin anak Palestina meninggalkan sekolah mereka dan melupakan mimpi mereka dengan bekerja sebelum waktunya. Pekerjaan yang dilakukan anak-anak Palestina itu berdampak buruk bagi pertumbuhan anak-anak Palestina. (T/P011/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia