Jakarta, MINA – Kementerian Luar Negeri RI menggelar pertemuan dengan sejumlah warganet atau netizen untuk berdiskusi mengenai kiprah Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020 di Gedung Pancasila, Jakarta, Jumat (29/11).
Sebanyak 30 warganet berkesempatan berdiskusi dengan Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Febrian Ruddyard dan Komandan Satgas FPU Minusca, AKBP F.X Arendra Wahyudi mengenai peran dan capaian Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB.
Posisi Indonesia dalam pembahasan di DK PBB mempertimbangkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat luas yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung melalui berbagai saluran, termasuk masukan warganet melalui media sosial.
Indonesia memerlukan dukungan semua pihak, termasuk dukungan netizen untuk turut mendiseminasikan perjuangan dan capaian Indonesia di DK PBB.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Perjuangan diplomasi Indonesia tidak hanya dilakukan oleh para diplomat, namun juga seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Febrian menggunakan konsep film Pacific Rim untuk menggambarkan kolaborasi negara-negara yang duduk di DK PBB.
“Jaeger merupakan robot pahlawan yang perlu dipiloti oleh sedikitnya dua orang, tetapi mereka harus saling koordinasi dan melihat tindakan yang akan dilakukan satu sama lain agar bisa menyelamatkan dunia, Ini yang kita lakukan di DK PBB, tetapi melibatkan 15 pilot yang tidak mudah untuk menyatukan pikiran,” jelasnya kepada warganet.
Ia mengatakan, selama hampir 12 bulan duduk sebagai representasi Kawasan Asia di DK PBB, Indonesia telah memenuhi janji kampanyenya untuk menjadi a true partner for world peace, dengan mengedepankan pendekatan konstruktif dan menjadi penghubung negara-negara anggota DK dalam isu-isu yang sensitif.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
Ketika menjabat sebagai Presiden DK PBB selama bulan Mei 2019, Indonesia berhasil menunjukkan esensi kepemimpinan intelektualnya melalui pemilihan tema “Investing in Peace” dan penyelenggaraan 5 signature events.
Presidensi Indonesia telah berhasil mengesahkan empat Resolusi, satu Presidential Statement, tiga Press Statement dan tiga Element to the Press.
Memperkenalkan metode kerja baru yang inovatif, yaitu “Sofa Talk” dan Regional Wrap-up Session.
Menampilkan soft power diplomasi Indonesia, melalui Diplomasi batik, Tari Saman Gayo Aceh, dan lagu lagu khas daerah.
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas
Selain itu, Indonesia secara aktif mendorong pemajuan isu Women, Peace and Security di tingkat kawasan melalui inisiatif penyelenggaraan Regional Training.
Belum lama ini Indonesia berhasil memprakarsai penyelenggaraan pertemuan Retreat DK PBB di Bali tanggal 26-27 November 2019 yang menghadirkan negara anggota tetap DK PBB (P5), negara anggota tidak tetap (E10) dan Incoming 5. (T/Sj/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama