Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemuliaan Luar Biasa Seorang Ibu

Ali Farkhan Tsani - Kamis, 22 Desember 2022 - 16:24 WIB

Kamis, 22 Desember 2022 - 16:24 WIB

2 Views

Oleh : Ust. Ali Farkhan Tsani , Da’i Lembaga Bimbingan Ibadah dan Penyuluhan Islam (LBIPI) Ponpes Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar

Di negeri para habib (habaib) Hadramaut, Yaman, ada seorang anak muda datang menghadap Habib Salim atau Habib Sepuh yang ‘alim di wilayah Tarim untuk meminta doanya. Sang Habib lalu bertanya, “Apakah kamu masih memiliki permata di rumahmu, yaitu ibumu?”

Jika jawabannya masih, maka Habib setelah mendoakan kebaikan kepada pemuda tadi, dengan santun berkata, “Tahukah kamu? Bahwa doa ibumu untukmu, jauh lebih mulia dan lebih makbul daripada doa seorang Wali Besar sekalipun.”

Betapa mulianya seorang ibu disebutkan di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Artinya: “Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi kembali menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau pun menjawab lagi, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi, ‘Kemudian ayahmu. (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Terkait hadits ini, Imam Al-Qurthubi menjelaskan, bahwa kecintaan dan kasih sayang anak terhadap seorang ibunya, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayahnya. Ini karena ada tiga masa kesulitan bagi seorang ibu, yaitu saat menghadapi masa hamil sembilan bulan mengandung, ketika melahirkan dengan pertaruhan nyawa, dan pada saat menyusui anak selama masa ideal dua tahun. Itu semua hanya dialami oleh seorang ibu.

Hal-hal besar luar biasa itu semua hanya bisa dialami dan dilakukan oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kesulitan terbesar bagi seorang manusia itu sekaligus kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu. Sementara seorang ayah tidak mengalaminya dan mungkin tidak sanggup menanggungnya.
Pada ayat lain Allah menyebutkan betapa hebatnya peran kedua orang tua itu, terlebih sang ibu dalam sebuah keluarga.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS Al-Ahqaf [46]: 15).

Begitulah, tiada kata lain kecuali adalah dengan kita memuliakan kedua orang tua kita.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memerintahkan agar semua manusia berbuat baik kepada ibu-bapaknya, baik ketika keduanya masih hidup maupun telah meninggal dunia.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Berbuat baik kepada kedua orang tua adalah dengan menghormatinya, memuliakannya, menjaganya, membantunya, melaksanakan arahannya, mendoakannya dan memberi nafkah apabila keduanya sudah tidak mempunyai penghasilan lagi. Sedangkan berbuat baik kepada kedua orang tua setelah mereka meninggal dunia ialah dengan selalu mendoakannya kepada Allah agar diberi pahala dan diampuni segala dosanya, melanjutkan amal-amal baiknya, mewujudkan wasiatnya dan menjalin silaturrahim dengan kerabat dan kawan-kawan almarhum almarhumah semasa hidupnya.

Berbuat baik kepada kedua orang tua termasuk amal yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah. Maka sebaliknya, durhaka kepada keduanya termasuk perbuatan dosa besar.

Di dalam Tafsir Kementerian Agama dijelaskan, pada ayat ini, Allah menerangkan secara khusus mengapa orang harus berbuat baik kepada ibunya. Pengkhususan itu menunjukkan bahwa ketika anak akan berbuat baik kepada orang tuanya, ibu harus didahulukan daripada ayah. Sebab perhatian, pengorbanan, dan penderitaan ibu lebih besar dan lebih banyak dalam memelihara dan mendidik anak dibandingkan dengan perhatian, pengorbanan, dan penderitaan yang dialami oleh ayah.
Pada ayat yang lain Allah menyebutkan :

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS.Luqman/31:14).

Sungguh menjadi kewajiban kita semua untuk memuliakan seorang ibu. Di lisan ibulah mutiara-mutiara kebaikan. Di tindakan ibulah sumber keberkahan. Di doa ibulah kunci kesuksesan.

Jangan biarkan air mata ibu menetes karena ketidaktaatan kita dalam mematuhinya. Tapi biarlah air mata ibu menetes bahagia manakala melihat kita menjadi anak yang berbakti, yang sukses, yang mandiri, yang rajin beribadah dan yang selalu mendoakannya.

Selamat Hari Ibu, kasih sayangmu sepanjang waktu, doaku tiada henti untukmu. (A/RS2/P1)

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Kantor Berita Mi’raj (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Kolom
Kolom
Kolom