Muslimah adalah pribadi yang dimuliakan dalam Islam, diberikan hak dan tanggung jawab yang seimbang dengan fitrahnya. Islam memandang wanita sebagai tiang agama dan masyarakat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah pepatah Arab, “Wanita adalah tiang negara. Jika baik wanita, maka baiklah negara tersebut.” Kemuliaan seorang Muslimah bukan hanya terlihat dari status sosialnya, tetapi lebih kepada bagaimana ia menjalankan peran dan kewajibannya dalam kehidupan sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Kemuliaan seorang Muslimah berawal dari keimanannya yang kokoh. Keimanan adalah pondasi yang menuntun wanita Muslimah untuk mengarungi kehidupan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik…” (Qs. An-Nahl: 97). Ayat ini menunjukkan bahwa amal saleh seorang wanita memiliki nilai yang sama di sisi Allah dengan amal saleh seorang pria, asalkan dilandasi keimanan.
Wanita beriman memahami bahwa kemuliaannya terletak pada ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan ini tidak berarti hilangnya kebebasan atau hak, melainkan menunjukkan keharmonisan hidup seorang Muslimah dengan syariat. Sebagai contoh, menjaga hijab bukan sekadar kewajiban, tetapi simbol kehormatan dan perlindungan diri dari pandangan yang tidak semestinya. Allah memerintahkan hijab dalam firman-Nya: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’…” (Qs. Al-Ahzab: 59).
Kemuliaan seorang Muslimah juga tercermin dalam perannya yang serba guna, baik sebagai anak, istri, ibu, maupun anggota masyarakat. Sebagai anak, ia adalah perhiasan keluarga, sebagaimana Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mengurus dua anak perempuan hingga baligh, maka ia akan datang pada hari kiamat bersama aku (seperti ini),” sambil beliau merapatkan jari-jarinya (HR. Muslim). Hal ini menunjukkan Islam memberikan penghormatan besar terhadap pendidikan dan kasih sayang kepada anak perempuan.
Baca Juga: Muslimat Pembebas Al-Aqsa: Peran dan Keutamaannya
Sebagai seorang istri, Muslimah memiliki posisi istimewa dalam rumah tangga. Islam mengajarkan bahwa hubungan suami istri adalah hubungan yang saling melengkapi, bukan hubungan hierarkis semata. Dalam Qs. Ar-Rum: 21, Allah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya…” Ayat ini menggambarkan peran istri sebagai pelengkap kehidupan suami, memberikan ketenangan dan kebahagiaan.
Sebagai ibu, seorang Muslimah adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dalam Islam, mendidik anak adalah salah satu tugas mulia seorang ibu. Rasulullah bersabda, “Ibu adalah sekolah; jika engkau mempersiapkannya, berarti engkau telah mempersiapkan bangsa yang baik.” Oleh karena itu, seorang Muslimah memiliki tanggung jawab besar untuk membentuk generasi yang kuat secara spiritual, intelektual, dan moral.
Selain itu, Muslimah juga memiliki peran dalam masyarakat. Islam tidak membatasi wanita untuk berkontribusi dalam berbagai bidang, asalkan sesuai dengan syariat. Wanita seperti Khadijah binti Khuwailid, seorang pengusaha sukses, dan Aisyah binti Abu Bakar, seorang ulama besar, adalah contoh Muslimah yang berperan aktif dalam masyarakat. Dengan keimanan dan ilmunya, Muslimah dapat menjadi pilar perubahan yang positif.
Islam menekankan pentingnya ilmu bagi setiap Muslimah. Rasulullah bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah). Ilmu adalah kunci yang akan membuka kemuliaan seorang Muslimah, baik dalam memahami agamanya maupun dalam menjalani perannya di dunia. Dengan ilmu, seorang wanita dapat menjadi sosok yang kuat, bijaksana, dan berpengaruh dalam lingkungan sekitarnya.
Baca Juga: Mencari Ridha-Nya: Peran Muslimah dalam Membentuk Generasi Islami
Kemuliaan seorang Muslimah juga terwujud dalam akhlak mulianya. Akhlak adalah cerminan keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya terhadap keluarganya.” (HR. Tirmidzi). Akhlak mulia seorang Muslimah menjadikannya teladan dalam keluarga dan masyarakat, membawa kedamaian dan keharmonisan dalam setiap interaksi.
Namun, kemuliaan Muslimah tidak berarti tanpa ujian. Kehidupan dunia adalah ladang ujian, dan seorang Muslimah yang beriman akan menghadapi berbagai tantangan, baik dari lingkungan, masyarakat, maupun dirinya sendiri. Ujian ini adalah sarana untuk meningkatkan derajatnya di sisi Allah, sebagaimana firman-Nya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sementara mereka tidak diuji?” (Qs. Al-Ankabut: 2).
Islam memberikan panduan lengkap bagi seorang Muslimah untuk tetap berada di jalan yang benar meskipun menghadapi berbagai tantangan. Panduan ini termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadis, yang menjelaskan bagaimana seorang wanita dapat menjaga keimanan, kehormatan, dan perannya dalam setiap aspek kehidupan. Dengan mengikuti petunjuk ini, seorang Muslimah akan terus dimuliakan, baik di dunia maupun di akhirat.
Kemuliaan seorang Muslimah tidak hanya diukur dari pandangan manusia, tetapi terutama dari pandangan Allah. Oleh karena itu, jalan hidup seorang wanita beriman adalah jalan pengabdian kepada Allah, yang berlandaskan keimanan, ilmu, dan akhlak mulia. Jalan ini adalah bukti nyata bahwa seorang Muslimah adalah mutiara yang berharga dalam Islam, yang pantas mendapatkan kedudukan tinggi di dunia dan akhirat.
Baca Juga: Muslimah dan Kecantikan Hakiki: Menemukan Keindahan dalam Ketaatan
Akhirnya, seorang Muslimah adalah cerminan keindahan ajaran Islam. Dengan memegang teguh nilai-nilai Islam, ia tidak hanya menjadi sosok yang mulia di mata Allah, tetapi juga menjadi teladan yang menginspirasi di tengah masyarakat. Semoga setiap Muslimah senantiasa berjalan di atas jalan yang diridhai Allah, meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Muslimah Visioner, Menggapai Cita-Cita dengan Keimanan yang Kokoh