Oleh: KH Bachtiar Nasir
(Da’i dan Ulama’ yang sangat sering mengkaji dan mendalami Ilmu-Ilmu Al-Qur’an.)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ءَامَنَّا بِهِۦ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Katakanlah, “Dialah Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS: Al-Mulk : 29)
Belakangan ini, banyak sekali gerakan yang membuat keyakinan kita pada agama ini menjadi abu-abu. Waspadalah! Iblis sudah menang kalau kita merasa ragu pada keyakinan kita. Kita tidak perlu pindah agama atau murtad tehadap agama kita. Cukup kita merasa ragu akan kebenaran agama ini, maka iblis sudah menang.
Cara yang biasanya digunakan iblis untuk membuat kita ragu pada agama biasanya adalah dengan sinkretisme. Yaitu pencampuradukkan antara satu keyakinan dengan keyakinan lain. Atas nama toleransi, atas nama moderasi, atau tanpa sadar digembar-gemborkan oleh mereka yang hanyut pada riuh rendah sinkretisme akibat ketidakpahaman akan agamanya sendiri.
Misalnya dalam berpakaian. Sebagai simbol moderasi maka jadilah gambar-gambar tempat ibadah yang ada di negara ini disatukan dalam corak batik yang mereka kenakan.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Ada sebuah hadits yang menjelaskan tentang tatacara menggunakan baju baru, “Kenakanlah pakaian baru, hiduplah terpuji atau matilah sebagai syahid.” Pastinya orang yang memiliki misi untuk hidup mulia dan mati syahid akan bertanya sebelum mengenakan sebuah pakaian, “Pantaskah pakaian ini saya kenakan untuk menghadap Allah dan menjawab malaikat di dalam kubur?” Nah, bila pakaian yang dikenakan saja sudah menyimpang dari tauhid, maka tentu tidak pantas dipakai sebagai bekal kematian. Juga tidak pantas untuk dipakai shalat. Sebagian dari ulama sepakat bahwa pakaian yang mengganggu shalat akan berhukum makruh untuk dipakai.
Ilmu Paling Bergengsi
Setiap tindakan dan pilihan kita dalam hidup biasanya didasari oleh berbagai faktor. Ada dua syarat untuk menjadikan apa yang kita kerjakan adalah ibadah:
Pertama, Ikhlas karena Allah Ta’ala. Benar-benar dengan cara Allah dan di jalan Allah.
Kedua, Mengikuti dan meneladani cara Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, baik yang tersurat maupun tersirat.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Orang-orang yang beriman setiap langkahnya tentu selalu didasari dengan ilmu. Ilmu tentang hakikat kehidupan dan kematian. Oleh karena itu, hal yang pertama kali harus kita lakukan adalah kenalilah Allah terlebih dahulu. Milikilah ilmu untuk mengenali Allah Ta’ala terlebih dahulu. Maka, kita akan mengetahui dengan pasti, apa itu hakikat kematian dan kehidupan.
Apabila saya ditanya, apa fakultas yang paling bergengsi dalam sebuah universitas, pasti saya akan menjawab bahwa kita tidak bisa memilih-milih lalu menganggap penting satu jurusan, sementara yang lain tidak penting. Namun, saya akan menjawab dengan tegas bahwa illmu yang paling penting dalam hidup adalah ilmu mengenal Allah Ta’ala. Perbandingan ilmu mengenal Allah dengan ilmu-ilmu lainnya adalah seperti Sang Pencipta dengan yang diciptakan.
Sekali lagi saya tegakan bahwa tidak ada yang salah dengan semua disiplin ilmu yang kita pilih, asalkan itu mendukung dan mendekatkan hubungan kita dengan Allah. Sehingga setiap ilmu membuat kita semakin meyakini kebesaran Allah Azza wa Jalla. Inilah ma’rifatullah.
Hal penting selanjutnya adalah tawakal. Tawakal itu bisa dimulai dari awal pekerjaan, saat, dan setelah sebuah pekerjaan dilakukan. Tawakal artinya mewakilkan. Mewakilkan apa pun yang kita kerjakan kepada Allah, Al-Wakiil. Mewakilkan semua yang kita tidak mampu mengerjakannya. Meski pada hakikatnya, semua yang kita kerjakan tidak akan mampu untuk dikerjakan kecuali berdasarkan rahmat dan pertolongan Allah saja.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Oleh karena itu, menjadi wajib bagi setiap orang, apa pun agama yang dianut orang tersebut, untuk mengenal keesaan Allah Ta’ala. Memahami ketunggalan Allah adalah kewajiban seorang manusia, bukan hanya seorang muslim. Karena Dia Allah, bukah hanya yang menciptakan tetapi juga yang memelihara dan menjaga segala sesuatu yang diciptakan oleh-Nya. Termasuk manusia di jagad alam raya ini.
Allah Ta’ala berfirman:
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ۖ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
هُوَ ٱللَّهُ ٱلْخَٰلِقُ ٱلْبَارِئُ ٱلْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Surat Al-Hasyr ayat 22-24).
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Berbahagialah orang yang tawakalnya sudah mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berbahagialah dia yang sudah mengenal Allah. Yang Maha mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Siapakah Allah Subhanahu wa Ta’ala? Dialah Arr-Rahman dan Ar-rahiim. Al-Malik, Al Qudus, As-Salam, Al-Muhaimin, Al-Aziiz, Al-Jabbar, Al-Mutakabir, Al-Khaliq, Al-Baari’, Al-Mushawir, dan Al-Hakim.
Pahamilah satu persatu Asma Allah, maka akan semakin kuat tawakal kita. Jika setiap perbuatan kita didasari oleh pengetahuan kita akan asma Allah, maka akan semakin tegap langkah kita menapaki apa pun yang terjadi dalam hidup.
Imanilah bahwa Dia selalu bisa mengerjakan apa yang dikehendaki-Nya. Apa yang dikehndakinya pasti akan terjadi dan apa yang tidak dikehendakinya pasti tidak akan pernah terjadi. Inilah kekuatan dan kemenangan tersendiri manakala seseorang mengenal Allah Ta’ala.
Kenalilah Allah dari Sumber yang Benar
Ibnul Qayyim mengatakan apa yang disampaikan oleh Ibnu Taimiyyah bahwa, “Tidak mungkin Anda belajar tentang ilmu tawakal kepada para filosuf yang hanya menyandarkan jiwanya pada hal yang terjangkau oleh akal yang terbatas saja. Kita juga tidak bisa percaya pada kaum Qodariyah yang mengatakan bahwa Allah terkadang menciptakan segala hal yang tidak dikehendakinya. Bagaimana mungkin mereka mengatakan bahwa mereka bertawakal kepada Allah, sementara mereka tidak mengenal Allah?
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Kita juga tidak pernah bisa belajar dari kaum Jahmiyah yang menafikkan sifat-sifat Allah sebagai Rabbun, pencipta, pengatur, dan pemelihara; untuk bisa membuat kita bertawakal kepada Allah. Anda tidak pernah bisa bertawakal kecuali dengan belajar pada orang-orang yang percaya pada sifat Allah yang ada dalam asmaul Husna dan bertawakal kepada-Nya.
Bagaimana kita bisa bertawakal kepada Allah, kalau kita tidak meyakini bahwa Allah berbuat segala sesuatu itu atas kehendak-Nya, sesuai dengan kemauan-Nya, dan Dia Yang Maha Kuasa untuk mengadakan-Nya. Tidaklah mungkin tawakal kita menjadi kuat kalau pemahaman kita kepada Allah masih rancu. Karena itu, tawakal seseorang tidak akan benar-benar bertawakal kalau dia belum mengenal asma Allah.
Inlah akidah terkait dengan asmaul husna yang pada satu sisinya yang sangat terkait dengan tawakal. Sebab, tawakal sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Dan, seseorang tidak akan bisa bertawakal dengan benar manakala dia tidak mengenal asmaul husna.
Ingatlah bahwa orang yang paling berbahagia dan merasa aman adalah dia yang bertawakal dan bersandar pada yang hidup dan tidak pernah mati. Sementara orang yang bersandar kepada orang yang sudah mati atau yang nantinya akan mati dengan perantara benda mati maka celakalah keyakinan orang tersebut. Karena itu, kenalilah Allah melalui asma-Nya, maka kita akan berpegang pada tali yang kokoh; yang akan mengikat kuat dan menjaga kita hingga ke surga. (A/R4/P1)
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Mi’raj News Agency (MINA)