Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenapa Tingkat Literasi Ibu Penting: Inspirasi dari Rose Kennedy

Farah Salsabila Editor : Arif R - 21 detik yang lalu

21 detik yang lalu

0 Views ㅤ

LITERASI bukan hanya keterampilan membaca dan menulis. Ia adalah pintu gerbang ilmu pengetahuan, keterampilan berpikir kritis, dan kemajuan peradaban. Tingkat literasi yang tinggi pada seorang ibu terbukti berpengaruh signifikan terhadap perkembangan literasi anak, yang pada akhirnya menentukan kesiapan mereka menghadapi dunia pendidikan dan kehidupan.

Islam menempatkan literasi sebagai perintah wahyu pertama. Dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1–5, Allah ﷻ berfirman:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. (QS. Al-‘Alaq: 1)

Baca Juga: Berikut Cara Penggunaan Gadget bagi Muslimah

Perintah Iqra’ bukan sekadar instruksi untuk membaca teks, tetapi juga mengajak manusia memahami tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta. Frasa “Bismi Rabbik” menegaskan bahwa kegiatan literasi harus berlandaskan kesadaran spiritual. Ilmu yang diperoleh dari membaca dan menulis bukan untuk kesombongan atau kepentingan dunia semata, melainkan sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya.

Ayat berikutnya menegaskan:

الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ

Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. (QS. Al-‘Alaq: 4)

Baca Juga: Muslimah Sebagai Penggerak Pembebasan Baitul Maqdis

Menulis adalah sarana penting untuk menyimpan, menyebarkan, dan mengembangkan pengetahuan. Membaca dan menulis merupakan paket syariat yang membangun sebuah peradaban.

عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq: 5)

Ayat ini menunjukkan bahwa belajar adalah proses yang berlangsung sepanjang hayat. Literasi menjadi kunci untuk terus memperluas wawasan, memahami dunia, dan memberi manfaat bagi orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, kewajiban belajar atau menuntut ilmu berlaku sejak lahir hingga ajal menjemput. Maka dari itu diperlukan bekal yang baik dengan mempersiapkannya sedini mungkin.

Baca Juga: Muslimah Modis Tapi Minus Muru’ah: Hijab Bukan Sekadar Fashion

Sosok seperti Shafiyyah, ibunda Imam Ahmad bin Hambal, menjadi teladan luar biasa dalam peran seorang ibu. Meski membesarkan Imam Ahmad seorang diri, ia berhasil menanamkan nilai keilmuan, keteguhan iman, dan kedisiplinan yang kelak mengantarkan putranya menjadi salah satu ulama besar Islam. Demikian pula dengan ibunda Sultan Mehmed II, atau Muhammad al-Fatih, yang memperkenalkan peta dan ilmu geografi kepada Mehmed kecil. Dari pelajaran itu, tumbuhlah rasa ingin tahu terhadap dunia luar, jalur perdagangan, dan lokasi strategis yang kelak menginspirasi cita-cita besar menaklukkan Konstantinopel. Kisah kedua ibu hebat ini menunjukkan bahwa peran orang tua, terutama ibu, sangat menentukan dalam menumbuhkan minat belajar dan literasi anak. Bekal pendidikan sejak dini yang diberikan ibu bukan hanya membentuk pengetahuan, tetapi juga membangun fondasi mimpi besar yang akan mengubah peradaban.

Penelitian modern menunjukkan betapa besar pengaruh literasi ibu terhadap perkembangan bahasa anak. Logan dkk. (2019) menemukan bahwa orang tua yang membacakan satu buku bergambar setiap hari kepada anaknya memberikan paparan sekitar 78.000 kata tambahan per tahun. Dalam lima tahun sebelum masuk taman kanak-kanak, anak dari rumah yang kaya literasi mendengar 1,4 juta kata lebih banyak dibanding anak yang tidak pernah dibacakan cerita.

Paparan kata yang luas ini tidak hanya memperkaya kosakata anak, tetapi juga meningkatkan kemampuan memahami teks, konsentrasi, imajinasi, serta kesiapan akademik. Artinya, setiap halaman buku yang dibacakan adalah investasi masa depan.

Inspirasi Rose Fitzgerald Kennedy

Rose Fitzgerald Kennedy, ibu dari Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy dan delapan anak lainnya, adalah contoh nyata bagaimana literasi ibu dapat membentuk karakter dan kesuksesan anak. Meskipun tidak menulis panduan khusus tentang “cara menumbuhkan minat baca”, gaya pengasuhannya menciptakan lingkungan rumah yang sangat kaya literasi.

Baca Juga: Hijrahmu Viral, Tapi Auratmu Masih Mengundang Dosa

Beberapa pendekatan Rose yang patut ditiru:

  1. Prioritas Pendidikan dan Pengetahuan
    Rose dan suaminya menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama. Rumah mereka dipenuhi buku, koran, dan majalah, menjadikan membaca sebagai aktivitas alami.
  2. Membaca sebagai Hiburan
    Di masa sebelum televisi dan gadget mendominasi, buku menjadi sumber hiburan utama. Rose mendorong anak-anak membaca bukan hanya untuk belajar, tetapi juga untuk kesenangan.
  3. Diskusi dan Debat
    Keluarga Kennedy terkenal dengan diskusi hangat di meja makan. Topik perbincangan sering berasal dari bacaan harian mereka, mendorong anak untuk membaca agar bisa berpartisipasi.
  4. Perpustakaan Pribadi yang Kaya
    Akses mudah ke berbagai jenis buku memudahkan anak-anak memilih bacaan sesuai minat.
  5. Teladan dan Pemantauan
    Rose tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga memantau kemajuan anak, bertanya tentang bacaan mereka, dan memberi dukungan bila ada kesulitan.

Hasilnya, John F. Kennedy tumbuh sebagai pembaca rakus, pemikir kritis, dan komunikator ulung. Kecintaannya pada sejarah, politik, dan humaniora membentuk gaya kepemimpinannya.

Untuk membantu ibu-ibu di Indonesia menumbuhkan budaya literasi di rumah, kita bisa menerapkan empat langkah berikut:

  • Read (Membaca Bersama)

Membaca bersama anak membangun kedekatan emosional sekaligus menambah kosa kata dan wawasan mereka. Sediakan waktu 10–15 menit setiap hari, misalnya setelah shalat Maghrib atau sebelum tidur, untuk membaca buku cerita Islami atau buku bergambar yang sesuai usia. Tidak harus membeli buku baru setiap saat, manfaatkan buku dari perpustakaan masjid, tukar buku dengan tetangga, unduh buku bergambar gratis yang halal isinya, atau gunakan layanan daring gratis dari perpustakaan nasional melalui laman https://www.perpusnas.go.id/.

Baca Juga: Meneladani Khadijah bagi Muslimah Masa Kini

  • Observe (Mengamati dan Mendiskusikan)

Surat Al-‘Alaq mengajak kita mengamati tanda-tanda kebesaran Allah dalam ciptaanNya. Mengamati dan membicarakan isi buku melatih anak berpikir kritis dan memahami makna bacaan. Setelah membaca, tanyakan pertanyaan sederhana seperti, “Siapa tokoh favorit kamu?” atau “Apa yang kamu pelajari dari cerita ini?” Dorong anak untuk mendeskripsikan dan menghubungkan isi cerita dengan pengalaman nyata, misalnya melihat hewan dan tumbuhan di sekitar rumah.

  • Share (Berbagi Cerita dan Pengetahuan)

Ilmu akan semakin melekat jika dibagikan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sampaikan dariku walau satu ayat.” Membiasakan anak menceritakan kembali isi buku melatih keberanian berbicara dan kemampuan menyampaikan ide. Minta anak untuk menceritakan kembali isi buku kepada keluarga dan teman. Bisa juga direkam lewat ponsel dan diputar kembali agar mereka mendengar kemajuan kemampuan bicaranya. Ini dapat menjadi kegiatan keluarga yang menyenangkan sekaligus memperkuat bonding.

  • Explore (Menjelajah Lebih Lanjut)

Ayat-ayat awal wahyu mengajak manusia mengeksplorasi ilmu dengan membaca, meneliti, dan menggunakan akal. Rasa ingin tahu yang terasah sejak kecil akan melahirkan generasi pencinta ilmu. Kembangkan tema dari buku ke aktivitas nyata. Misalnya, setelah membaca buku tentang Nabi Nuh, buat perahu dari kertas atau kunjungi sungai terdekat untuk mengamati air. Setelah membaca tentang hewan, ajak anak ke kebun binatang mini atau pasar hewan untuk melihat langsung. Gunakan momen ini untuk mengaitkan dengan ayat atau doa sederhana.

Islam mengajarkan bahwa pendidikan dimulai di rumah, dan ibu adalah madrasah pertama. Tingkat literasi ibu menentukan kualitas stimulasi bahasa, wawasan, dan pembiasaan membaca pada anak.

Baca Juga: Peran Muslimah dalam Solidaritas Al-Aqsa dan Palestina

Seorang ibu yang gemar membaca dan mampu mengaitkan bacaan dengan nilai-nilai Islam, bukan hanya membangun kecerdasan anak, tetapi juga membentuk akhlak dan keimanan mereka. Literasi yang dibimbing dengan “Bismi Rabbik” akan melahirkan generasi pembelajar yang cerdas dan bertakwa.

Referensi:

Logan, Jessica A. R. PhD; Justice, Laura M. PhD; Yumuş, Melike PhD; Chaparro-Moreno, Leydi Johana. When Children Are Not Read to at Home: The Million Word Gap. Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics 40(5):p 383-386, June 2019. | DOI: 10.1097/DBP.0000000000000657

Baca Juga: Berjilbab Tapi Pacaran, Muruah yang Hilang di Balik Tudung Suci

Rekomendasi untuk Anda