Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepatuhan Berobat Dapat Mencegah Komplikasi Diabetes Tipe 2

Risma Tri Utami - Jumat, 24 Maret 2017 - 13:33 WIB

Jumat, 24 Maret 2017 - 13:33 WIB

355 Views ㅤ

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik dari RS Gading Pluit, Dr. Beny Santosa, SpPD, KEMD. (Foto: Risma/MINA)

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik dari RS Gading Pluit, Dr. Beny Santosa, SpPD, KEMD. (Foto: Risma/MINA)

Jakarta, 25 Jumadil Akhir 1438/24 Maret 2017 (MINA) – Prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 terus meningkat secara global. Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan, populasi penyandang diabetes usia 20-79 tahun akan meningkat tajam, dari 425 juta jiwa pada 2015 menjadi 642 juta jiwa pada 2040.

Dibandingkan negara maju, peningkatan di negara-negara berkembang jauh lebih tinggi. Kawasan Asia Tenggara misalnya; prevalensi diabetes naik dari 78,3 juta jiwa (2015) menjadi 140,2 juta jiwa (2040).

Indonesia menduduki peringkat 7 dengan jumlah penyandang diabetes terbanyak di dunia, dengan sekitar 10 juta orang pada 2015. Peringkat ini diperkirakan naik jadi no. 6 di 2040, dengan 16,2 juta penyandang diabetes.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik dari RS Gading Pluit, Dr. Beny Santosa, SpPD, KEMD, menjelaskan, penyebab komplikasi diabetes di antaranya adalah kontrol glukosa darah, tekanan darah, kadar lemak darah yang buruk, dan ketidakpatuhan dalam berobat.

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

“Ini yang kadang mempersulit pengobatan, pasien sudah merasa lebih baik sehingga merasa tidak perlu lagi mengonsumsi obat. Atau mereka khawatir karena menurut tetangga, teman, atau saudara bahwa obat bisa merusak ginjal atau liver sehingga menghentikan pengobatan, dan lalu menyarankan makan obat herbal yang sebetulnya belum pernah diteliti secara ilmiah,” katanya dalam Diskusi Media ‘Patuh Berobat: Cegah Komplikasi Diabetes’, di Jakarta, Jum’at (24/3).

Data menunjukkan rata-rata setengah pasien menghentikan pengobatan dalam waktu 12 bulan sejak memulai pengobatan. Hal ini masih ditambah dengan malas konsultasi ke dokter untuk sekadar memantau gula darah.

“Ketidakpatuhan pasien dalam berobat inilah yang menjadi salah satu akar masalah yang membuat diabetes jadi tidak terkontrol. Diabetes adalah penyakit kronik, sehingga pengobatannya pun berjangka panjang bahkan harus terus dilakukan seumur hidup,” ujarnya.

Benny menambahkan, obat-obatan bermanfaat membantu mencapai target gula darah. Namun, pengelolaan diabetes harus mulai dari kedisiplinan seorang penyandang diabetes untuk merubah gaya hidupnya (pola makan dan aktifitas fisik) dan didukung oleh obat-obatan untuk mengontrol gula darah, baik oral maupun suntik insulin, sesuai anjuran dokter.

Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka

“Dengan mengatur pola makan dan gaya hidup, diharapkan semakin banyak penderita diabetes yang mencapai target pengobatan dan terhindar dari segala komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes itu sendiri,” tambahnya. (L/R09/01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Guru Tak Tergantikan oleh Teknologi, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tekankan Peningkatan Kompetensi dan Nilai Budaya

Rekomendasi untuk Anda