Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KEPEPIMPINAN YANG MENGIKUTI JEJAK KENABIAN

Admin - Rabu, 20 Maret 2013 - 08:04 WIB

Rabu, 20 Maret 2013 - 08:04 WIB

1461 Views ㅤ

Oleh : Ali Farkhan Tsani

Editor Mi’raj News Agency (MINA)

Ahmad dan Al-Baihaqi dalam Misykatul Mashabih dari Nu’man bin Basyir menyebutkan lima fase kepemimpinan umat Islam berdasarkan hadits Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam.

Baca Juga: Mensyukuri Rezki dari Allah dengan Berqurban

Pertama, fase nubuwah, ketika umat Islam dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam selama kurun waktu sekitar 23 tahu, yakni 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.

Kedua, fase Khilafah ala minhajin nubuwwah, yakni masa kepemimpinan empat khalifah rasyidah pengikut pola kenabian, selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Sesuai dengan ketetapan Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam, “Kekhilafahan pada umatku tiga puluh tahun, kemudian kerajaan setelah itu.” (HR At-Tirmidzi Kitabul Fitan juz 4 hlm 503 no. 2226, Abu Dawud Kitabus Sunah juz 4 hlm 221 no. 4646-4647).

Mulai dari Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (tahun 11-13 H. / 632-634 M.), Khalifah Umar bin Khattab (tahun 13-23 H. / 634-644 M.), Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H. / 644-656 M.), dan Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H. / 656-661 M.).

Ketiga, fase Mulkan  Adhan, yakni ketika umat Islam dipimpin oleh dinasti kerajaan, dimulai dari Bani Umayah Muawiyah bin Abu Sufyan (tahun 41-61 H. / 661-680 M.) hingga Bani Abbasiyah Abu Abbas As-Saffah (132-137 H. / 750-754 M.).

Baca Juga: Mengapa Koruptor Diibaratkan Tikus? Ini Jawabannya

Keempat, fase Mulkan Jabbariyah, umat Islam dipimpin oleh dinasti kerajaan Sultan Turki Utsmani, sejak Sultan Utsman bin Er-Thaghrol (tahun 1290-1326 M.) hingga Sultan Muhammad VI (tahun 1918-1923 M.).

Dhia’uddin Ar-Rayyis mengungkapkan, adalah Zionisme Internasional ditopang oleh kekuatan-kekuatan lain yang memusuhi Islam berupaya memecah-belah umat Islam dengan target menghancurkan sistem sentral kepemimpinan umat Islam yang telah berlangsung sekitar 1.300 tahun sebelumnya.

Puncak konspirasi Zionisme terjadi pada tahun 1924, yakni ketika dilenyapkannnya sistem sentral kepemimpinan umat Islam dinasti Turki Utsmani tanggal 3 Maret 1924 oleh Mustafa Kemal Pasha.

Dr. Ali Gharishah mengungkapkan, Musthafa Kemal Pasha bergelar At-Taturk (Pembangun Turki) adalah seorang tokoh Free Masonry Gerakan Yahudi Zionis Internasional. Ia berasal dari keluarga muslim yang dibina secara intensif oleh tokoh-tokoh Zionis Internasional, dan kemudian dijadikan pemimpin boneka untuk menghancurkan Islam dari dalam.

Baca Juga: Menjadi Pemimpin Adil, Jalan Mulia Menuju Ridha Allah

Secara formal kekuasaan kerajaan Turki Utsmani mengakhiri kepemimpinan sentral dalam Islam, yaitu pada masa Sultan Abdul Majid yang dihapuskan oleh Nasionalisme Turki di bawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha. Setelah itu kepemimpinan sentral umat Islam yang bersifat universal tidak ada lagi (vakum).

Fase kelima, bangkitnya kembali sentral kepemimpinan umat Islam dalam wujud khilafah ala minhajin nubuwwah, sebagaimana pernah diamalkan empat khalifah rasyidah terdahulu.

Sinyal Kebangkitan

Sinyal kebangkitan kepemimpinan umat islam sebagai usaha penyatuan umat Islam muncul dengan adanya gerakan All Khilafat Conference di India (tahun 1919). Gerakan ini secara tetap mengadakan pertemuan-pertemuan dalam membicarakan dan mengusahakan tegaknya kembali kekhilafahan. Dilanjutkan pertemuan serupa di Karachi, Pakistan (1921).

Baca Juga: Perpecahan Umat, Akibat Langsung dari Tidak Berjama’ah

Tahun 1926 di Kairo diselenggarakan Kongres Khilafah yang diprakarsai para ulama Al-Azhar. Kemudian Kongres Islam Sedunia di Mekkah (1926), Konferensi Islam Al-Aqsha di Yerussalem (1931), Konferensi Islam International kedua di Karachi (1949), Konferensi Islam International ketiga di  Karachi (1951), Pertemuan Puncak Islam di Mekkah (1954), Konferensi Muslim Dunia di Mogadishu (1964), Konferensi Muslim Dunia di Rabat Maroko yang melahirkan OKI (1969), dan Konferensi Tingkat Tinggi Islam di Lahore Pakistan (1974).

Di Indonesia usaha penyatuan muslimin juga dilakukan oleh beberapa tokoh Islam seperti HOS Tjokroaminoto, KH Mas Mansur, KH Munawar Cholil, Dr. Abdul Karim Amrullah, dan Syaikh Wali Al-Fattaah. Dimulai dengan penyelenggaraan Komite Khilafah berpusat di Surabaya (1926). Dilanjutkan dengan Kongres Muslimin Indonesia di Yogyakarta (1949), dan Kongres Alim Ulama Mubalighin Seluruh Indonesia di Medan (1953).

Hingga diamalkannya kembali sistem kepemimpinan berjamaah yang dipimpin Syaikh Wali Al-Fattaah tanggal 10 Dzulhijjah 1372 H. / 20 Agustus 1953 M. (Suara Merdeka Rabu, 12 Agustus 1953, Mimbar Indonesia, Jumat 21 Agustus 1953).

Dalam analisis orientalis Barat sendiri memandang kepemimimpinan umat Islam sebagai raksasa tidur kini tengah mulai menggeliat. Hal ini membuat Barat secara terus-menerus berusaha mencari jalan untuk mendistorsi dan mempolitisir citra Islam yang bersifat rahmatan lil alamin. Mereka coba ciptakan citra negatif yang mengarah pada fundamentalisme, radikalisme, hingga terorisme.* (T/R1/R2).

Baca Juga: Zionisme, Virus Jahat dalam Tubuh Kemanusiaan

Rekomendasi untuk Anda