Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepemimpinan Umat Islam dan Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

Widi Kusnadi Editor : Lili Ahmad - Kamis, 5 September 2024 - 15:57 WIB

Kamis, 5 September 2024 - 15:57 WIB

263 Views

Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus, berkunjung ke Indonesia. Menurut agenda, beliau akan berada di Indonesia pada 3 hingga 6 September 2024. Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia disambut dengan sederhana, tetapi terkesan elegan.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menjadwalkan bertemu dengan Sang Pemimpin Spiritual Umat Katolik itu. Pertemuan keduanya digelar di Istana Merdeka, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut. Jokowi memuji Paus atas kepedualiannya terhadap Palestina.

Menurut ajaran Katolik, Paus adalah pemimpin spiritual, pengajar utama, sekaligus sebagai simbol persatuan. Selain memiliki peran spiritual, Paus juga adalah kepala Negara Vatikan, negara terkecil di dunia. Hal itu memberinya peran diplomatik dalam hubungan internasional.

Kemudian, kita sebagai umat Islam, apakah ada pola kepemimpinan seperti halnya Paus bagi umat Katolik? Apakah Islam juga mengenal pola kepemimpinan spiritual seperti itu? Hal ini menjadi perenungan menarik bagi umat Islam. Setidaknya pertanyaan itu beberapa kali ditanyakan kepada penulis.

Baca Juga: Salam Es Teh

Wajibnya Umat Islam Memiliki Pemimpin

Kepemimpinan dalam syariat Islam merupakan hal yang sangat penting. Antara akidah dan kepemimpinan ibarat dua sisi mata uang yang saling terkait dan berkelindan. Keduanya tidak bisa dipisahkan.

Seorang pemimpin memiliki peran menjaga ketertiban, keadilan, dan memajukan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks syariat, pemimpin berfungsi menjaga agar pilar-pilar kehidupan maqasidus syar’aih (tujuan syariat) dapat berjalan dengan baik.

Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا (النسآء [٤]: ٥٩)

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisa [4]: 59)

Dalam tafsir Jalalain dijelaskan, makna kata وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ (dan ulil amri di antara kamu) adalah kepemimpinan khas umat Islam, yakni antara pemimpin dan yang dipimpin semuanya adalah sama-sama umat Islam. Contoh sederhananya adalah antara Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dan para sahabatnya.

Sementara dalam hadits, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:

Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam

لَا يَحِلُّ لِثَلَاثَةٍ يَكُوْنُوْنَ بِفَلَاةٍ مِنَ الْأَرْضِ إلَّا أَمَّرُوْا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ (رواه احمد)

“Tidak halal bagi tiga orang yang berada di sebuah padang pasir, kecuali mereka mengangkat salah seorang di antara mereka untuk menjadi pemimpinnya”. (HR Ahmad dari Sahabat Abdullah bin Amr Radhiallahu anhu)

Ayat dan hadits di atas menunjukkan pentingnya seorang pemimpin bagi umat Islam, bahkan dalam kelompok kecil sekalipun, tetap diperintahkan untuk mengangkat seorang pemimpin demi tetap menjaga ketertiban dan koordinasi.

Kepemimpinan dalam Islam bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang tanggung jawab dan amanah. Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugasnya dengan adil, jujur, dan bijaksana, serta selalu berpedoman pada ajaran Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam.

Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah

Pemimpin Menjaga Maqasidus Syar’iyah

Para ulama menjelaskan, Maqasidus syar’iyah mencakup lima tujuan utama yang harus dijaga oleh seorang pemimpin untuk memastikan kesejahteraan dan keadilan dalam masyarakat.

1. Memelihara Agama (Hifzud-Din)

Pemimpin harus memastikan bahwa ajaran agama Islam dijalankan dengan benar dan dilindungi dari segala bentuk penyimpangan. Ini termasuk menjaga tempat ibadah, mendukung pendidikan agama, dan memastikan bahwa hukum-hukum Islam diterapkan dengan adil.

Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina

2. Memelihara Jiwa (Hifzun-Nafs)

Pemimpin bertanggung jawab untuk melindungi nyawa warganya. Ini bisa dilakukan dengan memastikan keamanan dan ketertiban, menyediakan layanan kesehatan yang memadai, dan mengambil tindakan tegas terhadap kejahatan dan kekerasan.

3. Memelihara Akal (Hifzul-Aql)

Pemimpin harus mendukung pendidikan dan ilmu pengetahuan, serta melindungi masyarakat dari hal-hal yang dapat merusak akal, seperti narkoba dan alkohol. Pendidikan yang baik akan membantu masyarakat untuk berpikir kritis dan membuat keputusan yang bijaksana.

Baca Juga: Lisanmu Adalah Cerminan Iman, Jangan Biarkan Kata-Kata Melukai..!

4. Memelihara Keturunan (Hifzun-Nasl)

Pemimpin harus memastikan bahwa institusi keluarga dilindungi dan didukung. Ini termasuk memberikan perlindungan hukum terhadap pernikahan, mencegah perzinahan, dan mendukung program-program yang membantu keluarga untuk berkembang dengan baik.

5. Memelihara Harta (Hifzul-Mal)

Pemimpin harus memastikan bahwa harta benda masyarakat dilindungi dan digunakan dengan cara yang benar. Ini termasuk menegakkan hukum terhadap pencurian dan korupsi, serta mendukung ekonomi yang adil dan berkelanjutan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa

Bagi umat Islam, kunjungan Paus ke Indonesia hendaknya menyadarkan umat, betapa pentingnya kepemimpinan dalam Islam. Jika umat Katolik saja memiliki pimimpin tertinggi, maka penulis berpendapat, kita umat Islam lebih berhak memlikinya, sebagaimana yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dicontohkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam serta para nabi dan rasul sebelumnya.

Semoga umat Islam memiliki sentral kepemimpinan yang ditaati sehingga mampu membela kaum yang tertindas, terzalimi, dan terjajah, terutama bangsa Palestina dan kaum minoritas lainnya. Sebab, untuk membela mereka, rasanya diperlukan sosok yang mampu menyatukan para pemimpin negeri-negeri Muslim dan seluruh kaum Muslimin di dunia.

Wallahu a’alam bis shawab.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Eropa
Palestina
Internasional
Kolom
Indonesia