KERABAT KORBAN PENEMBAKAN CHAPEL HILL KRITIK NEGARA MUSLIM

Shaza Barakat, mantan relawan kemanusiaan Perang Irak dan Kapal Kemanusiaan Mavi Marmara. (Foto: AA)
Shaza Barakat, mantan relawan kemanusiaan Perang Irak dan Kapal Kemanusiaan Mavi Marmara. (Foto: AA)

Istanbul, 25 Rabi’ul Akhir 1436/15 Februari 2015 (MINA) – Shaza Barakat, kerabat salah satu mahasiswa Muslim (AS) di yang menjadi korban penembakan, Deah Barakat, mengkritik sikap tidak bersatunya dunia Muslim mendukung umat Islam.

Aktivis Muslimah itu mengungkapkan kegembiraannya atas sikap terhadap kematian Deah dan istrinya Yusor Mohammad Abu-Salha serta adik iparnya Razan Muhammad Abu-Salha, Anadolu Agency melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.

Sebelum Presiden Serikat Barack Obama mengecam pembunuhan tiga mahasiswa Muslim itu, Presiden Erdogan mengkritik diamnya Obama dan pemerintahannya atas kasus itu.

Obama mengecam pembunuhan itu baru tiga hari setelah kejadian, dengan menyebutnya “brutal dan keterlaluan”, Jumat (13/2).

“Deah adalah warga Amerika yang lahir di sana dan menjadi korban rasisme karena dia seorang Muslim,” kata Shaza.

“Para wanita Muslim di AS merasa tidak aman -terutama mereka yang mengenakan jilbab- dan bertanya pada dirinya sendiri, apakah mereka mungkin memiliki nasib yang sama seperti Yusor dan adiknya Razan,” tambahnya.

Sedangkan menurutnya, Muslim di negara lainnya tetap diam tentang insiden penembakan di Chapel Hill, North Carolina itu.

tidak memiliki sikap bersatu mendukung umat Islam. Sayangnya, negara-negara Muslim tidak melakukan reli untuk darah Muslim di Suriah atau anak-anak di Gaza, Damaskus, Ghouta, Aleppo atau Homs. Tapi mereka justeru mengirim pesawat tempur koalisi internasional untuk membunuh anak-anak,” ujar Shaza merujuk keterlibatan beberapa negara Arab dalam koalisi pimpinan AS.

Shaza juga mengecam pernyataan Amerika yang menggambarkan pembunuhan itu dipicu dari sengketa parkir.

“Mungkinkah ada kasus konyol seperti membunuh seluruh keluarga untuk sengketa seperti itu? Direncanakan, pembunuh bersikeras melakukan pembunuhan,” tambahnya.

Shaza menyalahkan media Barat dan kebijakan luar negeri Amerika dan Barat yang menunjukkan Muslim dengan citra buruk.

Shaza berasal dari Idlib, Suriah, bekerja sebagai relawan kemanusiaan sejak perang di Irak dan juga di kapal Mavi Marmara untuk mematahkan blokade Israel di Gaza. Setelah revolusi Suriah dimulai, dia pergi ke dan bekerja sebagai guru bahasa Arab. Anaknya dibunuh oleh rezim Suriah.

Orang tua Deah Barakat adalah sepupunya yang pindah ke AS sejak 23 tahun yang lalu. (T/P001/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0