Oleh: Rudi Hendrik, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Mordechai Vanunu, adalah mantan teknisi di pabrik nuklir di Dimona Israel yang mengatakan program nuklir Israel sangat berbahaya bagi dunia.
Vanunu yang dipenjara selama 18 tahun karena membocorkan rahasia yang berkaitan dengan program senjata nuklir yang diakui Israel, memberikan wawancara pertamanya kepada pers dalam bahasa Ibrani pada Jumat, 4 September 2015.
Vanunu mengatakan kepada Channel 2, keputusannya untuk memotret fasilitas nuklir yang sensitif di Dimona untuk mengungkapkan informasi tentang apa yang dirahasiakan sampai saat itu. Tindakan itu dimotivasi oleh keinginannya untuk “menginformasikan kepada warga Timur Tengah, dunia, dan Israel”.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Mantan teknisi ini mengaku secara bertahap telah mengadopsi pandangan sayap kiri selama bekerja di Dimona. Dia merasa ngeri terhadap “bahaya” program senjata nuklir Israel.
Vanunu dipenjara dengan tuduhan “pengkhianat” pada 1986 dan menjalani hukuman 18 tahun. Dia dihukum karena telah mendiskusikan pekerjaannya sebagai teknisi di reaktor nuklir Dimona, Israel, kepada sebuah koran Inggris. Namun wawancaranya menyebabkan para ahli menyimpulkan, fasilitas nuklir Israel telah menghasilkan plutonium untuk 200 hulu ledak atom.
Setelah dibebaskan dari penjara pada 2004, otoritas pertahanan Israel melarang Vanunu bepergian ke luar negeri atau berbicara dengan orang asing. Dia dicurigai memiliki rincian lebih lanjut tentang reaktor atom Dimona untuk bisa dibocorkan.
Pembatasan yang tetapkan oleh Mahkamah Agung Israel itu telah dikecam oleh kelompok hak asasi manusia internasional.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Vanunu telah menyangkal ia menimbulkan risiko bagi keamanan, tetapi dia mengatakan akan aktif dalam kegiatan anti-nuklir dan ingin tinggal di luar negeri.
Di masa lalu, Vanunu telah mengungkapkan data program nuklir Israel kepada wartawan dalam Bahasa Inggris.
“Negara Yahudi ini memiliki 200 atom, bom hidrogen, senjata atom, bom neutron,” katanya. “Mereka tidak bisa mengatakan bahwa mereka memiliki bom, mereka tidak bisa menghancurkan siapa saja.”
Israel tidak mengkonfirmasi atau menyangkal bahwa mereka memiliki senjata atom di Timur Tengah.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Vanunu adalah seorang Yahudi yang menjadi seorang Kristen. Dia berpendapat, dengan menolak inspeksi internasional di Dimona, Israel mengobarkan ketegangan regional dan risiko “Holocaust kedua”.
Dia juga mengatakan, negara Yahudi tidak memiliki hak untuk ada dan ada sedikit simpati publik untuknya di Israel.
Pada tahun 2007, Vanunu dijatuhi hukuman enam bulan penjara karena melanggar “larangan kontak dengan orang asing”.
Menurut Channel 2, Vanunu saat ini tinggal di Yerusalem timur dan menganggur. Ia hanya mendapat sedikit mamfaat dari kontribusi dari para pendukungnya. Awal tahun ini, ia menikahi seorang wanita Norwegia yang nanti dengannya ia ingin meninggalkan Israel dan memulai hidup baru di negara lain.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Dalam wawancara 15 menit, Vanunu mengatakan kepada Channel 2, bahwa dia tidak menyesali tindakannya, meski jika itu harus dibayar mahal dengan menghabiskan 11 tahun tidak boleh berbicara dengan orang asing di penjara isolasi, jauh dari tahanan lain.
“Ini bukan pertanyaan tentang ‘apakah itu layak atau tidak?’,” katanya. “Ini soal ‘apa yang saya lakukan? Apakah itu hal yang baik atau tidak? Dan hukuman yang saya jalani pantas atau tidak?’.”
Vanunu mengatakan ia mengungkapkan informasi yang dia punya di tangannya, karena tidak ada orang lain yang bisa melakukannya.
“Saya telah mencapai kesimpulan bahwa itu adalah tugas saya untuk memastikan masyarakat di Timur Tengah dan di seluruh dunia harus tahu tentang keberadaan tong bahan peledak ini dalam kuantitas dan kualitas,” kata Vanunu kepada Channel 2.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Ketika ditanya apakah ia telah mencapai keuntungan pribadi dari perbuatannya, Vanunu menjawab, “Saya tidak melakukan ini untuk seorang Vanunu. Vanunu pergi dan melakukan ini untuk orang-orang di seluruh dunia, termasuk di Israel.”
“Saya tahu bahwa saya akan melawan seluruh negeri, melawan Shin Bet, Mossad, IDF, dan mereka akan mengambil langkah-langkah terhadap saya,” katanya.
Vanunu dipekerjakan sebagai teknisi di Dimona pada 1976. Menurut Vanunu, ia mulai memiliki keraguan tentang sifat pekerjaannya.
Vanunu dipecat dari pekerjaannya pada tahun 1985. Dua tahun sebelumnya, Vanunu mengatakan, ia dipanggil ke pertemuan rutin dengan Shin Bet (Badan Keamanan Israel) setelah sadar akan politik sayap kiri radikal.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
“Saya dipanggil untuk memberikan jawaban dalam berbagai interogasi,” katanya. “Mereka ingin saya berhenti dari pekerjaan saya, jadi yang mereka lakukan adalah mengumumkan pemotongan 10 persen dalam angkatan kerja sektor publik. Pada bulan Agustus tahun 1985, saya dimasukkan dalam daftar yang akan kehilangan pekerjaan.”
Sebelum hari terakhir kerja di Dimona, Vanunu memutuskan memotret sejumlah area di dalam pabrik.
Ia berhasil menyelinapkan kamera ke Dimona melalui ransel yang dibawanya secara teratur karena pada saat itu dia juga seorang mahasiswa.
Vanunu mengambil hampir 60 gambar selama rentang dua hari dan ia berhasil tidak diketahui oleh karyawan di pabrik. Foto-foto diambil selama shift malam, ketika aktivitas di pabrik itu berkurang.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Setelah mengundurkan diri dari Dimona, Vanunu melakukan perjalanan ke luar negeri.
Akhir perjalanannya berakhir di London, di mana ia bertemu dengan seorang wartawan The Sunday Times. Dia menunjukkan foto-fotonya kepada editor surat kabar yang juga seorang ahli nuklir. Awalnya sang editor ragu terhadap keaslian foto-foto itu dan kebenaran klaim Vanunu.
Setelah koran itu mencari komentar dari Kedutaan Besar Israel di London, maka tampak jelaslah bagi Israel, bahwa ada seseorang yang telah membocorkan rahasia nuklir negara yahudi itu.
“Itu sebuah perlombaan untuk melihat apa yang akan terjadi pertama,” kata Vanunu. “Apakah Mossad akan mendapatkan saya, atau saya berhasil mempublikasikan foto-foto itu di media.”
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Mossad yang enggan beroperasi di tanah Inggris mengirim seorang wanita yang dikenal sebagai “Cindy” untuk memikat Vanunu menuju Eropa darat, di mana Mossad memiliki pergerakan yang lebih bebas.
Cindy digambarkan sebagai gadis berambut pirang, cantik, dan memiliki aksen Amerika.
Ketika hubungan mereka berkembang, Cindy mengundang Vanunu untuk “mengunjungi adiknya” di Roma, di mana agen Mossad sedang menunggu untuk menangkapnya.
“Mungkin ada banyak wanita di jalan London yang bekerja untuk Mossad pada waktu itu,” kata Vanunu kepada Channel 2.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Setibanya di apartemen Roma, Vanunu dibius dan diculik oleh sekelompok agen Mossad yang mengatur rencana luar biasa untuk menyelundupkan dia keluar dari Italia dengan kapal pesiar di Laut Mediterania.
Setelah penangkapan Vanunu, barulah Sunday Times menyadari kebenaran klaim itu dan menerbitkan laporan bom termasuk foto-foto dari reaktor di Dimona.
Vanunu membantah tudingan jika ia dibayar AS $ 75.000 untuk membocorkan rahasia nuklir itu. Dia menuduh Shin Bet melakukan pelanggaran terhadapnya selama masa penahanan 18 tahun dan 11 tahun di antaranya dihabiskan di sel isolasi.
Vanunu mengatakan, ia tidak lagi berusaha untuk menjadi “pemenang” kampanye melawan program senjata nuklir Israel.
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
“Saya pikir waktunya telah tiba (negara) untuk mengizinkan saya untuk pergi,” katanya. “Saya menikah tiga bulan lalu. Saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan di sini, jadi dia (isteri) pencari nafkah. Saya ingin menjalani hidup saya, memulai hidup saya lagi. Saya selesai dengan seluruh cerita (nuklir) ini, dan saya telah mengatakan ini ratusan kali. Saya tidak punya lagi rahasia untuk diberitahu, dan saya ingin mereka membiarkan saya pergi dan tinggal di luar negeri dengan istri saya, dan itulah akhir ceritanya,” tuturnya. (T/P001/P2)
Sumber: Jpost.com
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)