Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Dalam sebuah wawancara ekslusif kepada ARA News yang berbasis di Beirut, Lebanon, Selasa (21/10), seorang anggota militan ISIS yang membelot (sumber tidak menyebut identitas yang seberarnya), memaparkan sesaksiannya.
Dia telah bergabung dengan ISIS pada musim panas 2013 dan telah menduduki jabatan di jajaran kelompok itu di provinsi Raqqa, timur laut Suriah.
Dia mengatakan, pengikut yang bergabung dengan ISIS, mewajibkan anggotanya untuk bersumpah memperjuangkan khilafah. Dan militan ISIS mencoba untuk “mencuci otak” orang-orang yang tersisa di provinsi dengan klaim perlawanan terhadap rezim Assad.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
“Formasi ISIS terorganisir dengan baik dan upaya untuk memaksakan hukum Islam melalui lembaga-lembaga yang baru dibentuk, telah membantu kelompok untuk mendapatkan dukungan dari ribuan warga di daerah yang mereka kuasai di Irak dan Suriah,” katanya.
“Mereka membuat Anda percaya klaim mereka membawa keadilan kepada orang-orang tertindas di Suriah.”
“Ketika rezim Assad sistematis membom kota-kota Suriah dan membunuh ratusan ribu orang, siapa pun dengan sebuah kekuatan yang mengaku menentang rezim ini, akan mudah mendapatkan dukungan orang-orang itu. Inilah yang terjadi di beberapa daerah di Raqqa setelah dikuasai Islamic State (ISIS).”
“Saya bersedia untuk mengangkat senjata dan melawan rezim brutal ini (rezim Assad), dan bergabung dengan jajaran ISIS adalah satu-satunya pilihan saya pada waktu itu.”
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
“Namun, setelah kelompok itu mulai membunuh dan mengusir ribuan warga sipil, serta menyerang markas oposisi bersenjata seperti Tentara Pembebasan Suriah (FSA), saya mulai mempertimbangkan kembali pilihan saya (bergabung ISIS), dan mulai berpikir tentang cara untuk melarikan diri, tapi saya butuh waktu berbulan-bulan sebelum akhirnya saya mendapat kesempatan untuk melakukannya.”
Pembelot ISIS itu mengatakan, persenjataan berat yang dimiliki kelompok, membuatnya menjadi sumber daya tarik bagi banyak pejuang asing. Pejuang asing terbanyak berasal dari Irak dan Arab.
“Setiap hari saya melihat militan muda dari negara asing tiba di Raqqa untuk bergabung dengan ISIS. Saya tidak terkejut, karena kelompok mampu memberikan hak istimewa kepada mereka yang bergabung kejajarannya dan mengibarkan bendera,” katanya.
Mengenai cara ISIS menjalankan lembaga publik di Raqqa, dia mengatakan, “Ada komitmen yang tinggi di antara mereka yang mengelola organisasi kehidupan sehari-hari di bawah klaim Khilafah mereka. Di Raqqa, ada komite yang mengamati semua kegiatan yang terjadi di kota dan sekitarnya. Dengan hukuman dan eksekusi publik, militan ISIS menciptakan kondisi kepanikan di antara penduduk, sehingga warga ragu sebelum melanggar suatu peraturan yang diberlakukan oleh kelompok dalam kehidupan sehari-hari mereka.”
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Pemuda itu menyebutkan tahapan untuk menjadi anggota aktif dalam ISIS, “Mulai dari kuliah agama intensif empat bulan, diikuti dengan pelatihan menggunakan senjata dua bulan, maka komite khusus akan memutuskan apakah menerima atau tidak sebagai anggota baru di ISIS.”
“ISIS mengendalikan seluruh aspek kehidupan di Raqqa,” katanya. “Dengan demikian mereka memonitor tindakan semua orang, yang membuatnya sulit untuk tidak menghadiri pelajaran agama harian yang memperkenalkan dogma kelompok ISIS.”
Pemuda ini menegaskan, operasi bunuh diri diatur dan banyak anggota yang tertarik melakukan operasi tersebut.
“Ada daftar relawan baru, dan kadang-kadang dibutuhkan sebulan sampai Anda memiliki hak istimewa untuk melakukan pemboman diri dalam operasi bunuh diri yang ditetapkan oleh pemimpin kelompok itu,” tegasnya.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Sumber tersebut mengungkapkan, pengkhotbah dan pelatih berpengalaman ISIS dapat menguasai pikiran orang dalam waktu singkat karena mereka memamfaatkan metode pendidikan yang sangat maju.
Berbicara tentang serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) pada kubu ISIS, pemuda itu mengatakan, “Orang-orang ISIS meyakini ada koordinasi antara kelompok dan koalisi internasional, yang membuat serangan udara yang terakhir pada ISIS tidak akurat. (P001/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung