Kesehatan dalam Perspektif Islam (Bagian 1) – Oleh : KH. Yakhsyallah Mansur

Firman Allah :

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 31).

Pada pertengahan hingga akhir ayat ini, Allah mengisyaratkan suatu hal yang sangat prinsip dalam yaitu pengaturan pola makan dan minum. Ayat ini digunakan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib untuk menjawab orang Yahudi yang mengatakan kepadanya bahwa dia tidak menemukan satu ayat pun dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kesehatan. Dengan cerdas Ali bin Abi Thalib menjawab, “Untuk menjelaskan tentang kesehatan secara menyeluruh, Allah, Tuhan kami cukup menjelaskan hanya dalam setengah ayat yaitu, “…Makanlah dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A’raf (7): 52).

Menurut referensi yang lain, dialog ini terjadi bukan antara Khalifah Ali dengan orang Yahudi tetapi antara seorang tabib dengan seorang ulama di zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Ibnu Katsir ketika menafsirkan menukilkan hadis yang diriwayatkan Abu Ya’la bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :

“Sesungguhnya termasuk berlebih-lebihan adalah memakan segala makanan yang kau sukai.”

Ibnu Katsir juga menyatakan, sebagian ulama salaf mengatakan, Allah menghimpun semua kebaikan dalam separuh ayat ini, yaitu Firman-Nya “Makanlah dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan.”

Sementara itu Imam Bukhari mengatakan, Ibnu Abbas berkata, arti yang dimaksud ialah makanlah sesukamu dan berpakaianlah sesukamu selagi engkau hindari dua perilaku yaitu berlebih-lebihan dan sombong.

Dari uraian di atas membuktikan bahwa Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah kesehatan karena kini terbukti hampir seluruh penyakit degeneratif bermula akibat makan berlebihan atau pola makan yang buruk.

I. Prinsip Kesehatan Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah

Islam sebagai petunjuk bagi semua fase kehidupan sangat menaruh perhatian terhadap prinsip-prinsip umum tentang medis, hygiene dan masalah lain sehubungan dengan bidang kedokteran, yang dibahas dalam beberapa ayat Al-Qur’an serta banyak ucapan Rasulullah ﷺ
Penyakit seperti kusta, radang selaput dada (pleurisia), radang mata (ophthalmia) disebut oleh Rasulullah ﷺ dan dianjurkan pengobatannya dengan beberapa cara seperti dibalut, ditusuk (fashdu), dibekam (hijamah) dan pemakaian madu.

Kumpulan ucapan Rasulullah ﷺ tentang medis ini disusun secara sistematis oleh para ulama lalu dan dikenal sebagai Thibb an-Nabi (Kedokteran Nabi/Rasul).

Imam Al-Bukhari di awal jilid 4 Kitab Shahihnya telah mengumpulkan sabda-sabda Rasulullah ﷺ tentang penyakit, pengobatannya, orang sakit dan sebagainya. Terdapat pula buku-buku medis lain yang bersifat religius, terutama karya medis yang berasal dari cicit Rasulullah ﷺ dan dianggap Imam ke-6 Syiah, Ja’far Ash-Shadiq.

Karena semua ucapan Rasulullah ﷺ merupakan patokan utama kedua setelah Al-Qur’an bagi kehidupan umat Islam, maka Thibb an-Nabi merupakan buku pertama yang dipelajari umat Islam dalam bidang medis terutama mahasiswa kedokteran sebelum ia memulai tugasnya yaitu menguasai ikhtisar medis yang biasa.

Jadi buku Thibb an-Nabi ini selalu memegang peran penting dalam membentuk kerangka pemikiran calon dokter muslim dalam usaha studi medis sehingga tetap dalam prinsip-prinsip syariat Islam.

II. Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah Tentang Kesehatan

A. Al-Qur’an

Berikut ayat ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kesehatan :

1. Pemberian ASI Eksklusif

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ…

Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna…” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 233).

Manfaat yang diperoleh dari pemberian ASI eksklusif berdasarkan penelitian modern di antaranya:

a. Mencegah diare, pneumonia dan meningitis yang disebabkan gangguan pencernaan yang belum siap mencerna makanan dari luar, seperti susu, pisang, sereal dan sebagainya.

b. Memberikan sistem imunitas pada bayi sehingga tidak mudah terserang penyakit.

c. Mengandung zat-zat nutrisi yang penting dan lengkap untuk pertumbuhan bayi seperti karbohidrat, lemak, vitamin, protein, dan mineral.

d. Membuat ibu lebih sehat karena ASI yang diproduksi dikeluarkan, tidak ditahan.

e. Meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dengan anak.

2. Kebersihan Diri dan Lingkungan
… إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

”Sesungguhnya Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222).

Ayat ini merupakan ujung ayat yang melarang melakukan hubungan seks dengan wanita yang sedang haid (menstruasi).

Menurut pakar seksualitas, melakukan hubungan seks saat haid sangat merugikan kesehatan baik wanita maupun pria, di antaranya:

a. Penyakit Menular Seksual. Ketika sedang haid, leher rahim akan terbuka sehingga mempermudah masuknya kuman dan bakteri. Seks saat menstruasi berisiko membuat tertular hepatitis dan HIV.

b. Infeksi saluran kencing, sperma dan prostat. Normalnya, dinding vagina akan membengkak (inflamasi) saat menstruasi. Saat terjadi inflamasi, lapisan dinding rahim akan luruh bersama keluarnya darah haid. Darah ini akan berpotensi menjadi media pengembangan bakteri dan kuman yang bisa mengakibatkan infeksi saluran kencing, sperma, prostat pada kaum pria.

c. Iritasi Kulit Paparan darah menstruasi. Paparan darah menstruasi menyebabkan iritasi kulit dan peradangan. Kondisi ini bisa meningkatkan kerentanan terhadap berbagai infeksi. Selain itu darah haid juga bisa mencairkan efek dari pelumas alami dan buatan yang bisa meningkatkan resiko kulit robek dan mempengaruhi resiko penyakit kelamin.

3. Pengaruh Jiwa bagi Kesehatan

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Ali Imran [3]: 134).

Ayat ini merupakan salah satu rangkaian ayat yang menginformasikan akhlaq mulia yang membawa seseorang masuk ke dalam surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Di antara akhlaq mulia itu adalah kemampuan menahan amarah dan kesediaan memaafkan kesalahan orang lain. Kedua akhlak mulia ini ternyata memiliki efek yang sangat signifikan terhadap kesehatan.

Hasil penelitian dari University of California tahun 2012 menyebutkan bahwa orang yang dapat menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain memiliki resiko lebih rendah terhadap hipertensi.

Pakar Psikologi di Virginia Commonwealth University Amerika Serikat, Worthington Junior mempublikasikan hasil penelitiannya pada tahun 2005 di Jurnal Ilmiah Eksplore, tentang hubungan antara memaafkan dan kesehatan yang hasilnya adalah sikap memaafkan sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Orang yang tidak memaafkan atau terbawa kemarahan dan dendam ditemukan mengalami penurunan fungsi kekebalan tubuh, tekanan darah lebih tinggi, ketegangan otot dan detak jantung. Sebaliknya sifat memaafkan meningkatkan pemulihan penyakit jantung dan pembuluh darah, mengurangi stress serta hubungan suami istri menjadi lebih baik. (A/Ast/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sri astuti

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.