Kesehatan dan Puasa (Oleh: dr Agus Rahmadi, M.Biomed M.A.)

Oleh: dr Agus Rahmadi, M.Biomed M.A
Direktur Utama Klinik Sehat

adalah bulan penuh berkah. Keberkahan dan kebaikan yang ada dalam bulan Ramadhan selamanya tidak akan terkurangi dalam situasi dan kondisi seperti apapun. Termasuk dalam kondisi pandemi global Covid 19 seperti sekarang ini.

Sebagaimana firmankan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surah Al-Baqarah-183, Artinya: “Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu agar kamu bertaqwa.”

Kewajiban berpuasa merupakan wasilah (jalan) yang diberikan Allah agar umat bertaqwa, sebagaimana orang-orang beriman terdahulu. Keimanan untuk taat menjaga diri tidak makan dan minum juga mengendalikan emosi hingga Matahari tenggelam inilah yang akan membentuk ketaqwaan umat.

Ketaatan untuk melaksanakan puasa inilah yang akan membuat orang-orang beriman berguna bagi kesehatannya. Taat pada Allah SWT akan membangun imunitas diri di tengah pandemi Covid 19. Karena itu imun adalah rahasia Allah yang hanya diberikan-Nya pada orang-orang yang benar-benar menggapai taqwa. Inilah letak keberkahan tersebut.

Manfaat

Kemudian, bagaimana sesungguhnya mekanisme yang terjadi hingga puasa dapat meningkatkan imunitas kita? Penelitian di bidang kesehatan membuktikan bahwa puasa dapat menghasilkan kesehatan fisik dan mental.

Secara fisik, puasa dapat memperbaiki kerja Pankreas, memperbaiki dan meningkatkan fungsi organ, mengecilkan lingkar pinggang, memperbaiki kondisi Lambung, dan masih banyak lagi. Hingga puncaknya menstimulasi peningkatan imunitas kita.

Para ahli di Jepang  pernah melakukan uji coba pada tikus. Tikus-tikus tersebut dipuasakan. Pada hari ketujuh, sel darah putih pada tubuh tikus-tikus itu meningkat sebagai indikator bahwa kesehatan tikus-tikus tersebut bertambah.

Akan tetapi, puasa yang dilakukan seseorang juga bisa membawa penyakit. Penyakit ini bukan berasal dari puasanya tetapi berasal dari cara seseorang melakukan puasa. Artinya bagaimana ia melakukan puasa dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah SAW atau tidak kembali kepada perilaku individunya.

Puasa akan berakhir dengan sakit, apabila seseorang melakukan puasa dengan cara yang salah. Misalnya tidur setelah makan sahur. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah ra, “Cernalah makanan kalian dengan (terlebih dahulu) berdzikir kepada Allah SWT dan shalatlah. Janganlah kalian tidur dalam keadaan kenyang karena itu dapat membuat hati menjadi keras.” (HR. Ibnu Suni dan Abu Nu’aim).

Hadits Rasulullah Sholallah Alaihi Wasalam ini selaras dengan fakta medis yang menyebutkan bahwa tidur setelah sahur dapat menyebabkan gangguan asam lambung. Naiknya asam lambung (refluks) yang sedang bekerja mengolah makanan ke kerongkongan akibat pengaruh gravitasi saat kita tidur.

Proses pencernaan juga terhambat akibat dalam keadaan tidur. Sehingga akan terjadi fermentasi di lambung yang akan melepaskan zat-zat toksin yang menyerang hati. Di mana hati dalam hal ini bertugas sebagai penetralisir dan penawar racun. Inilah mengapa Rasulullah melarang tidur dalam keadaan perut penuh.

Perilaku seseorang dalam berbuka puasa juga sangat menentukan kesehatan ketika berpuasa. Dalam keadaan lambung kosong setelah berpuasa seharian, biasanya lambung akan “kaget”, jika dipaksa mencerna makanan dalam jumlah besar secara tiba-tiba. Makanan dalam jumlah besar ini akan memicu produksi asam lambung berlebihan dan mengakibatkan gastritis atau radang lambung.

Hal lain akan mengakibatkan terganggunya kesehatan dalam berpuasa adalah tidak makan sahur. Sahur adalah cadangan energi selama kita menjalankan puasa. Rasulullah bersabda: Agar kita tetap sahur meskipun hanya seteguk air. (HR. Ahmad).

Energi yang diperoleh dari sahur inilah yang membuat tetap beraktivitas dan menjalankan amalan-amalan sunnah yang mendekatkan kepada Allah.

Berkah Meski di Rumah

Amalan-amalan sunnah inilah yang akan menambah ketenangan jiwa. Jiwa yang tenang dan hormon yang bahagia, otomatis akan meningkatkan imunitas. Apalagi di tengah pandemi yang “memaksa” umat Islam untuk tetap berada di rumah. Kebahagiaan dan ketenangan jiwa akan sangat berdampak pada kedekatan dengan anggota keluarga yang selama ini mungkin merenggang akibat padatnya aktifitas mencari nafkah maupun berdakwah.

Inilah arti khusus Ramadhan di tengah pandemi saat ini. Saat menjalani tarbiyah fardhiyyah (pendidikan pribadi) dari Allah agar lebih sehat secara jasmani dan rohani dengan lebih banyak bertafakur dan berdzikir di rumah. Kemudian hasil tarbiyah fardhiyyah tersebut diharapkan mampu menebarkan kebahagiaan kepada keluarga sebagai orang-orang terdekat kita. Orang-orang yang paling dekat hisabnya dengan diri kita di Yaumil Akhir.

Karena itu, meski di rumah saja dan rindu masjid, kita tetap harus mengokohkan niat berpuasa hanya karena Allah dan menaati segala perintah-Nya dalam kondisi apapun. Sedangkan makanan atau herbal yang dapat menunjang kelancaran puasa, terutama adalah makanan yang halal dan thayyib (baik).

Herbal yang sangat dianjurkan sebagai immunoglobulin adalah Habatussauda sebagai penangkal Covid 19. Karena Rasulullah bersabda: terdapat obat bagi setiap penyakit dalam habatussauda kecuali kematian. (HR. Bukhari dan Muslim). Juga akan sangat efektif bila ditunjang dengan makanan yang kaya akan vitamin C dan E.

Berolahraga ringan juga sangat efektif untuk menjaga kebugaran tubuh. Olahraga ringan seperti jalan pagi, treadmill, atau sepeda statis dapat dilakukan bersamaan dengan berjemur di pagi hari.

Akhirnya, apapun alternatif dan solusi yang ditawarkan oleh dunia kesehatan untuk membuat tubuh kita tetap sehat saat berpuasa di tengah pandemi. Ini prinsip utamanya tetap kembali (pulang) pada Allah SWT. Kedekatan kita dengan-Nya, keikhlasan dan kesabaran kita mentaati tuntunan-Nya; sejatinya adalah aliran air yang mengantarkan kita bermuara di telaga keberkahan Ramadhan. (A/R3/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.