Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketegangan India-Pakistan Memuncak, Sukamta Serukan Penahanan Diri

Rana Setiawan Editor : Rudi Hendrik - Jumat, 9 Mei 2025 - 18:24 WIB

Jumat, 9 Mei 2025 - 18:24 WIB

18 Views

Anggota Komisi I Sukamta.(Foto: Dok MINA)

Jakarta, MINA – Ketegangan terbaru antara India dan Pakistan kembali menyulut kekhawatiran global. Serangan militer India pada Rabu (7/5/2025) ke sejumlah titik di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan hingga mendekati kota strategis Lahore, menewaskan sedikitnya 31 warga sipil. Situasi tersebut mengundang reaksi berbagai pihak, termasuk dari Indonesia.

Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas eskalasi yang terjadi dan menyerukan kedua negara untuk segera menahan diri guna mencegah konflik berskala besar yang bisa berdampak fatal, baik secara regional maupun global.

“India dan Pakistan adalah negara sahabat bagi Indonesia. Tentu kita sangat prihatin jika konflik bersenjata kembali meletus di antara keduanya,” ujar Sukamta dalam keterangan tertulis kepada MINA, Jumat (9/5).

Menurutnya, konflik seperti itu pasti membawa korban jiwa, menghancurkan infrastruktur sipil, dan mengganggu stabilitas ekonomi Kawasan.

Baca Juga: RA dan MI Al-Fatah Gelar Haflah Akhirus Sanah, Tekankan Pentingnya Bekal Al-Qur’an

“Jika terus meluas, dampaknya bisa meluas ke Asia Selatan dan bahkan dunia,” kata Sukamta.

Meskipun beberapa analisis menyoroti potensi skenario terburuk, yakni kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh kedua negara, Sukamta menilai hal itu masih berada dalam ranah spekulatif dan tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat.

“Kedua negara secara resmi menganut kebijakan no first use terhadap senjata nuklir. Saya percaya para pemimpin India dan Pakistan tetap rasional dan akan mempertimbangkan segala risiko geopolitik yang mungkin terjadi,” jelasnya.

Sukamta menambahkan, sejarah panjang konflik di Kashmir menunjukkan bahwa meski ketegangan kerap meningkat, kedua negara selalu berhasil menarik diri dari ambang perang terbuka dan akhirnya kembali ke meja perundingan.

Baca Juga: Gunung Marapi di Sumbar Kembali Erupsi, Abu Tebal Mengarah ke Timur Laut dan Utara

Sukamta yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR RI mendorong Pemerintah Indonesia untuk tampil lebih proaktif mengambil peran sebagai mediator perdamaian antara India dan Pakistan.

Ia menyebut saat ini adalah momentum yang sangat tepat.

“Hubungan Indonesia dengan kedua negara cukup baik, dan Indonesia memiliki reputasi sebagai negara yang netral serta berpengalaman dalam diplomasi damai,” katanya.

Sukamta juga menyoroti adanya kekosongan diplomatik dari negara-negara besar yang selama ini kerap menjadi penengah.

Baca Juga: TNI AL Gagalkan Penyelundupan 1,9 Ton Narkoba di Perairan Kepulauan Riau

“Amerika Serikat, misalnya, kini sedang dilanda persoalan domestik dan internasional yang kompleks, bahkan posisi Duta Besar AS di India masih kosong sejak Trump kembali menjabat. Di sisi lain, China memiliki hubungan yang kurang stabil dengan India dan dianggap berpihak pada Pakistan,” urainya.

Sukamta menambahkan ini memberikan ruang bagi Indonesia sebagai kekuatan regional Asia untuk tampil lebih aktif di panggung diplomasi, membawa misi perdamaian dan meredakan ketegangan dua negara nuklir tersebut.

Sukamta menegaskan, hanya jalur diplomasi yang bisa mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar.

Ia mengajak masyarakat internasional, khususnya negara-negara Asia, untuk bersama-sama mendorong dialog damai dan menyelamatkan kawasan dari konflik berkepanjangan.

Baca Juga: Hidupkan Tradisi Ilmu: Pesantren Al-Fatah Bogor Gelar Daurah Ushul Fiqih

“Perdamaian bukan sekadar pilihan, tapi kebutuhan bersama. Dunia tidak boleh abai terhadap potensi krisis besar yang sedang berkembang di Asia Selatan ini,” pungkasnya.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Cuaca Jakarta Sabtu Ini Berawan, Ada Potensi Hujan Malam Hari

Rekomendasi untuk Anda