Kashmir, 6 Rajab 1438/3 Maret 2017 (MINA) – Ketegangan di Jammu dan Kashmir kian meningkat dengan terjadinya kerusuhan di saat kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke negara bagian itu.
Kerusuhan dipicu setelah pembunuhan terhadap tiga pemuda Kashmir tak bersenjata oleh pasukan keamanan India.
Wilayah sengketa ini telah dilanda aksi mogok massal selama beberapa hari, saat warga memprotes pembunuhan warga sipil baru-baru ini.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
Tiga pemuda itu tewas pada Selasa, 28 Maret lalu di Chadoora, Distrik Budgam, yang kemudian memicu protes kekerasan.
Warga menyalahkan pemerintah New Delhi karena gagal menahan pasukannya yang “senang” memicu konflik.
Kondisi normal pada hari Ahad (2/4) di Kashmir berubah tegang kembali karena adanya penembakan dari kelompok militan Kashmir terhadap keamanan. Demikian Alwaght.com memberitakan yang dikutip MINA.
Militan menentang kunjungan Perdana Menteri Narendra Modi ke negara bagian itu.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Hari ini Modi mengunjungi Jammu untuk meresmikan Terowongan Chenani-Nashri sepanjang 9,2 km.
Pemisahan India dan Pakistan oleh penjajah Inggris pada tahun 1947 menyebabkan munculnya konflik Kashmir.
Selama era kolonial, Inggris menunjuk penguasa Hindu di wilayah mayoritas Muslim tersebut.
Pada saat kemerdekaan, Kashmir diharapkan secara otomatis akan menjadi bagian dari Pakistan berdasarkan warganya yang mayoritas Muslim. Tapi maharaja Hindu yang berkuasa saat itu menolak bergabung dengan Pakistan, tapi ia ingin bergabung dengan India, mulai saat itulah konflik dimulai dan berlanjut hingga sekarang. (T/RI-1/B05)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)