Ketegangan rasial di Amerika Serikat telah mencapai titik didihnya setelah protes di Charlotte semakin menimbulkan kekerasan yang memaksa Gubernur North Carolina Pat McCrory menyatakan keadaan darurat.
Protes yang dimulai sejak Selasa (20/9/2016) oleh warga kulit hitam terjadi setelah polisi kulit putih menembak mati seorang pria kulit hitam bernama Keith Lamont Scott, 43 tahun.
Kematian Scott mengikuti pembunuhan lain polisi terhadap seorang pria kulit hitam di Tulsa, bernama Terence Crutcher pada Jumat pekan lalu, 16 September 2016.
Protes serupa juga berlangsung di kota Oklahoma.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Seorang demonstran mengalami luka parah tembak dalam protes di Charlotte pada Rabu. Polisi mengatakan bahwa korban yang mereka tidak tahu identitasnya itu, ditembak oleh seorang warga sipil.
Pihak berwenang telah mencoba untuk memadamkan kemarahan publik setelah kematian Scott. Polisi anti-huru-hara menembakkan gas air mata pada demonstran dan menangkap orang-orang yang mereka tuduh melakukan kekerasan.
Mark Thompson, host radio acara Make it Plain, acara yang berfokus pada hak asasi manusia, mengatakan kepada Al Jazeera, “Ini tragis. Ini adalah malam yang sangat menyedihkan bagi orang-orang Charlotte.”
Kepolisian menolak untuk merilis video Scott, sehingga kemarahan warga terbangun dari dua versi yang berbeda tentang status Scott ketika ditembak.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Menurut versi polisi, Scott mengabaikan perintah berulang untuk menjatuhkan senjatanya ketika disergap. Sementara warga lingkungan setempat yang menyaksikan penyergapan itu mengatakan, Scott memegang sebuah buku, bukan senjata, sambil menunggu anaknya turun dari bus sekolah.
“Kami (Afrika Amerika) harus berpikir setiap hari, apakah kami harus di rumah agar aman atau kami akan menjadi korban polisi,” kata Thompson.
Di saat video polisi penembakan fatal terhadap Scott belum dirilis, video yang menunjukkan saat Crutcher tewas ditembak di Tulsa telah dirilis untuk dilihat oleh masyarakat.
“Kita tahu (dari video) tanpa keraguan bahwa Terence Crutcher mengangkat tangannya ke atas,” kata Thompson.
Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman
Protes warga kulit hitam di Charlotte melumpuhkan delapan jalur Interstate 85 dan ada pembakaran isi truk kontainer.
Para medis mengatakan, selain dua orang luka parah, dua orang lainnya dan enam polisi menderita luka ringan.
“Mereka (para demonstran) ingin membuat titik bahwa apa yang terjadi (penembakan polisi pada Selasa) tidak dapat diterima,” kata wartawan Al Jazeera Alan Fisher dari Charlotte.
Keadaan Darurat
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Gubernur North Carolina Pat McCrory mengatakan pada Rabu (21/9) bahwa ia menerima permintaan dari Kepala Polisi Charlotte untuk mengumumkan keadaan darurat dan memanggil Garda Nasional dan polisi negara bagian untuk membantu memulihkan ketertiban dan melindungi pusat kota.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan “Black lives matter” (Kulit Hitam peduli hidup) dan “Hands up; don’t shoot” (Angkat tangan; jangan tembak). Tetapi dalam beberapa bentrokan antara demonstran dan polisi, tampak petugas menembakkan granat cahaya dan demonstran melemparkan kembang api sebagai balasan.
Sementara itu, sebuah video dari aksi protes solidaritas di New York menunjukkan para demonstran meneriakkan slogan-slogan dan membawa spanduk bertuliskan “Black lives matter” dan “Stop the war on black America“.
John Barnett yang menjalankan sebuah kelompok hak-hak sipil bernama True Healing Under God (Penyembuhan Sejati di Bawah Tuhan) atau THUG, memperingatkan bahwa perilisan video penembakan Scott mungkin satu-satunya cara bagi polisi untuk mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Pada Rabu pagi, Kerr Putney, Kepala Polisi Charlotte-Mecklenburg mengatakan bahwa cerita telah berubah dari fakta, sebagaimana telah digambarkan sejauh ini oleh masyarakat, khususnya melalui media sosial.
Putney mengatakan, petugas yang membawa surat perintah penangkapan untuk orang lain, melihat Scott keluar dari kendaraannya dengan pistol.
Putney mengatakan, seorang petugas kulit hitam bernama Brentley Vinson, menembak Scott setelah petugas dan anggota berseragam lainnya dengan “keras dan jelas” memerintahkan Scott untuk menjatuhkan pistolnya.
“Saya dapat memberitahu Anda kami tidak menemukan buku,” kata Putney kepada wartawan Al Jazeera.
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Namun, para tetangga mengatakan bahwa petugas yang melepaskan tembakan adalah polisi kulit putih dan Scott mengangkat tangannya ke atas.
Polisi mengatakan, tiga petugas berseragam yang memiliki kamera tubuh, petugas tidak berpakaian preman.
Tapi Putney mengatakan, dia tidak bisa merilis video penembakan, karena penyelidikan masih berlangsung.
Namun, ada video ponsel muncul di media sosial, seperti yang terjadi dalam kasus-kasus penembakan terhadap warga kulit hitam lainnya di seluruh negeri.
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global
Menurut data surat kabar The Guardian, polisi AS telah menewaskan sedikitnya 194 orang kulit hitam sepanjang tahun ini. Di tahun 2015, polisi menewaskan sedikitnya 306 orang kulit hitam. (P001/P2)
Sumber: Al Jazeera
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim