Jakarta, MINA – Kepala Unit Percetakan Al-Qur’an (UPQ) Jamaluddin M. Marki menilai, ketersediaan jumlah mushaf Al-Qur’an dapat memengaruhi indeks literasi Al-Qur’an. Hal ini disampaikan Jamaluddin saat mengisi Obrolan Seputar Soal Islam (OBSESI) yang digelar Ditjen Bimas Islam.
“Kami melihat bahwa jumlah ketersediaan jumlah mushaf Al-Qur’an itu berpengaruh pada tingkat literasi Al-Qur’an. Wilayah dengan jumlah mushaf Al-Qur’an yang cukup memiliki persentase buta huruf Al-Qur’an yang rendah,” kata Jamaluddin, Senin (29/8).
“Meski ada faktor-faktor lain misalnya guru ngaji, ketersediaan lokasi mengaji, dan sebagainya. Tapi fokus kita adalah, ternyata jumlah mushaf Al-Qur’an itu juga memengaruhi,” tambah Jamaluddin dalam OBSESI bertema ‘Urgensi Pemenuhan Kebutuhan Mushaf sebagai Upaya Peningkatan Literasi Al-Qur’an di Indonesia’ ini.
Menurut Jamaluddin, wilayah dengan tingkat literasi Al-Qur’an yang tinggi salah satunya karena jumlah ketersediaan mushafnya cukup. Dia mencontohkan wilayah Jawa Timur di mana angka buta huruf Al-Qur’an di bawah 50 persen karena jumlah ketersediaan mushaf mencukupi.
“Tingkat buta huruf Al-Qur’an di Jawa Timur itu tidak sampai 50 persen, atau tepatnya 46,88 persen. Ini tergolong rendah salah satu alasannya karena ketersediaan mushaf Al-Qur’an di provinsi itu mencukupi,” katanya.
Jamaluddin mengungkapkan, sejak 2016 sampai 2021, UPQ terus mengupayakan pencetakan dan pendistribusian mushaf Al-Qur’an yang merata ke seluruh wilayah Indonesia. Tercatat, kata dia, UPQ mencetak lebih dari 2 juta mushaf Al-Qur’an dalam berbagai jenis sejak tahun 2016 sampai 2021.
“Sejak 2016 sampai dengan 2020, UPQ telah mencetak Al-Qur’an sebanyak 1.705.000 dalam berbagai jenis. Untuk tahun 2021, UPQ mencetak sebanyak 400 ribu mushaf ditambah 20 ribu Al-Qur’an dan terjemahnya. Total UPQ mencetak sejak 2016 sampai 2021 mencapai 2.125.000,” katanya. (L/R2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar