Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika Jodoh Tak Kunjung Datang, Tapi Usia Terus Bertambah

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 2 jam yang lalu

2 jam yang lalu

6 Views

Menanti calong suami adalah hal yang kadang melelahkan bagi seorang wanita (foto: ig)

USIA terus bertambah, tahun demi tahun berlalu. Teman sebaya telah berganti status, dari gadis menjadi istri, dari istri menjadi ibu. Sementara sebagian wanita lainnya masih berada di simpang penantian. Doa-doa tentang jodoh telah lama dipanjatkan, tetapi jawaban dari langit belum juga datang. Ini bukan perkara tidak percaya pada takdir, tapi tentang rasa sepi yang perlahan mencengkeram hati.

Tidak sedikit wanita yang menangis dalam sujud malamnya, bertanya lirih kepada Allah, “Ya Rabb, sampai kapan aku sendiri?” Ada yang menyalahkan diri sendiri, ada pula yang menyalahkan standar yang terlalu tinggi. Namun, di balik semua itu, ada satu kenyataan pahit: penantian itu melelahkan, dan semakin terasa berat saat usia ikut berbicara.

Allah SWT berfirman,

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat (kebesaran Allah).” (Qs. Adz-Dzariyat: 49)

Baca Juga: Muslimah Pilar Umat

Ayat ini menjadi pengingat bahwa pasangan adalah bagian dari sunnatullah. Namun, kapan pasangan itu hadir—itulah rahasia yang hanya diketahui oleh Sang Mahakuasa. Tak seorang pun bisa memaksa waktu, sebab waktu jodoh telah tertulis bahkan sebelum ruh ditiupkan ke dalam rahim.

Sebagian wanita muslim merasa mereka pantas mendapatkan pasangan yang sempurna—mapan, cerdas, tampan, religius, penyayang. Tidak salah. Namun, yang perlu direnungkan adalah: adakah kita juga memantaskan diri untuk kriteria yang kita minta itu? Jodoh adalah cerminan diri, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an,

ٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِ

“Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (Qs. An-Nur: 26)

Realita Penantian yang Menguji Iman

Bukan sedikit wanita shalihah yang akhirnya dipinang lelaki biasa-biasa saja: tidak tampan, tidak kaya, bahkan tidak memiliki pendidikan tinggi. Tapi mereka memiliki satu hal yang mahal: niat baik dan tanggung jawab. Sayangnya, sebagian wanita menolak bukan karena tidak yakin, tetapi karena terjebak dalam bayangan tentang jodoh yang ideal—yang seringkali lahir dari narasi media dan ekspektasi sosial.

Baca Juga: Hijabmu Menjagamu, Tapi Hatimu Jangan Lupa Dijaga Juga

Ada pula wanita yang terlalu lama menyimpan perasaan lebih tinggi dari calon yang datang. Ia merasa lebih mapan, lebih berilmu, lebih layak mendapatkan lelaki yang lebih tinggi dari segalanya. Padahal, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan,

إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ

“Jika datang kepada kalian seorang laki-laki yang kalian ridai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia…” (HR. Tirmidzi, hasan)

Hadis ini menekankan bahwa agama dan akhlak adalah fondasi utama. Bukan harta, bukan rupa. Namun dalam praktiknya, banyak perempuan mengedepankan logika duniawi daripada cahaya ruhani. Akibatnya, calon-calon yang mungkin layak secara agama justru dianggap tak cukup memenuhi “standar”.

Penantian panjang tanpa jodoh bukan aib. Tapi menjadikan usia sebagai momok, lalu menyesali keputusan yang diambil dulu—itulah kesedihan yang tak perlu. Karena pada akhirnya, jodoh bukan tentang siapa yang cepat menikah, tapi siapa yang menikah dengan keberkahan.

Baca Juga: Resolusi Tahun Baru Hijriyah Untuk Muslimah: Bulan Muharram untuk Berbenah

Berbaik Sangka dan Menata Niat Kembali

Allah SWT telah menetapkan takdir masing-masing hamba-Nya. Termasuk dalam hal jodoh. Jika belum hadir, itu bukan berarti Allah menolak. Bisa jadi, Allah sedang mengatur skenario terbaik agar kelak engkau tidak hanya mendapatkan pasangan, tapi juga sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Allah berfirman,

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu.” (Qs. Al-Baqarah: 216)

Berprasangka baik kepada Allah adalah sebaik-baik penenang hati. Bahkan dalam masa penantian, ada pahala besar bagi wanita yang tetap menjaga kesucian, memperbaiki diri, dan tidak mendekati jalan-jalan maksiat demi menebus rasa sepi.

Baca Juga: 9 Kiat Efektif untuk Orang Tua dalam Menyambut Tahun Ajaran Baru

Jangan pula menyalahkan laki-laki miskin atau kurang tampan. Karena mungkin dari merekalah Allah ingin menurunkan keberkahan untuk hidupmu. Bukankah Rasulullah SAW sendiri menikahi wanita-wanita yang tidak selalu muda dan cantik, tapi memiliki hati dan keimanan yang luar biasa?

Hindari pula menolak karena gengsi. Terlalu gengsi bisa membunuh peluang. Bisa jadi lelaki sederhana itu justru pemimpin sejati yang Allah kirimkan. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)

Baca Juga: Tak Akan Kutukar Iffahku dengan Like dan Followers!

Wanita shalihah akan menjadi perhiasan, bukan hanya dalam rumah tangga, tapi juga dalam kesabaran menanti takdir. Ketika dia mampu berserah, dia sesungguhnya telah memenangkan separuh perjuangan hidup.

Bukan Sekadar Menunggu, Tapi Terus Bertumbuh

Banyak wanita hebat dalam sejarah Islam yang menikah pada usia matang. Bahkan Khadijah RA adalah janda berusia 40 tahun ketika menikah dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang jauh lebih muda. Namun Allah jadikan rumah tangga mereka sebagai contoh paling mulia sepanjang zaman.

Penantian bukanlah ruang hampa. Ia adalah ladang amal. Maka isi waktu tunggu itu dengan kebaikan yang terus bertumbuh. Menjadi muslimah yang cerdas, berilmu, bermanfaat. Karena lelaki shalih juga akan mencari wanita yang pantas, bukan hanya yang cantik.

Terus berdoa dan bertawakkal. Karena jodoh tidak datang karena panik, tetapi karena takdir.

Baca Juga: Jejak Iman dalam Rumah Tangga: Belajar dari Keluarga Hajar dan Sarah di Hari Raya Qurban

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا ۝ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (Qs. At-Talaq: 2-3)

Maka bersyukurlah atas usia yang bertambah. Itu berarti Allah masih memberi waktu untuk memperbaiki diri. Jodoh bisa saja datang terlambat menurut waktu kita, tapi pasti datang tepat menurut waktu-Nya.

Akhirnya, bagi para muslimah yang sedang dalam penantian: Jangan pernah merasa hina karena belum menikah. Yang hina itu adalah saat hati mulai ragu kepada ketetapan Allah. Selama engkau terus memperbaiki diri, bersabar, dan berserah, maka engkau telah berada dalam jalan yang benar.

Baca Juga: Bidadari Dunia: Menjadi Muslimah Tangguh di Zaman Penuh Ujian

Percayalah, Allah Maha Adil. Jika saat ini engkau belum menemukan seseorang yang menggenggam tanganmu, mungkin karena Allah masih ingin menggenggam hatimu lebih erat.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Tips Islami Menjadi Istri Idaman: Menyentuh Surga Lewat Cinta dan Taqwa

Rekomendasi untuk Anda