Ketika Menikah di Al-Aqsha

Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA

Sepanjang tahun 2016 lalu, para dan pemudi banyak memilih di kawasan Masjid dibanding di rumah atau di tempat lain.

Kecintaan, keindahan, bercampur aduk dengan semangat perjuangan untuk menjadi bagian dari penjagaan terhadap kiblat pertama umat Islam itu.

“Pernikahan di wilayah Al-Aqsha, negeri penuh berkah, tasmpat para Nabi berjuang, membawa risalah dawkah, penting sebagai salah satu upaya mencintai dan mempertahankan kehadiran Al-Aqsha” ujar Basem Zidani (29 tahun), salah satu mempelai pria Palestina yang menikah dengan Muslimah pilihannya di negeri yang dibebaskan Khalifah Umar bin Khattab itu. Demikian salah satu laporan media World Bulletin pertengahan 2016 lalu.

Isteri Zidani, Tala Serhan (26 tahun) pun mengatakan serupa, bahwa dirinya sangat senang melangsungkan akad nikah di tempat suci seperti Al-Aqsha.

Walau tentu ia berdua dan keluarga serta sahabat-sahabatnya yang mengiringinya harus melalui proses pemeriksaan ketat pihak keamanan tentara Israel.

Pakaian yang dikenakan pun sederhana, yang pokok adalah sah secara syar’i dan tentu ada saksi.

Justru yang menjadi momen terindah adalah setelah akad nikah, mereka pun berselfi, berfoto ria di kompleks Al-aqsha. Dan tempat yang paling indah sebagai background, tentu di depan Kubah Ash-Shakhrah…

Kubah kuning keemasan, menambah nuansa ceria, serta tiantg-tiang penyangga dan hiasan kaligrafi menambah rona semarak, alami, islami.

Foto mereka pun disebarkan melalui jejaring sosial seperti facebook, twetter atau instagram dan media online.

Basem Zidani dan pasangannya, Tala Serhan, dan pasangan lainnya, melangsungkan pernikahan di Al-Aqsha itu sudah menjadi keperluan untuk mempertahankan tempat suci itu. Mengingatkan agar generasi muda jangan sampai melupakan Al-Aqsha, hak milik kaum Muslimin…

Tak ketinggalan mahasiswa di Palestina pun mengikutinya agenda seperti itu, “Menikah di Al-Aqsha”.

Seperti pasangan mahasiswa-mahasiswi, Rami Majdi Kazzaz (25 tahun) dan Amira Azam Ghaith (20 tahun), keduanya mahasiswa di Universitas Al-Quds.

Foto Rami-Amira pun mereka unggah di jejaring sosial miliknya, dan kata mereka itu adalah salah satu tindakan perlawanan secara romantis. “Melawan dengan cinta dan kedamaian”.

“Saya terinspirasi atas pernikahan kawan di sini, dan memanggil juga teman-teman dari mana saja yang juga hendak menikah, ayo jadikan  Al-Aqsha ini sebagai tempat pernikahan kalian, ya…“ ujar Amira.

Foto mereka, lanjutnya, pun diunggah di akun Facebook, Instagram dan Snapchat.

Dia juga menerima komen bahwa ada temannya yang ingin juga untuk menikah di Al-Aqsha, setelah melihat foto-foto pernikahan mereka.

“Wow keren, cinta dalam perjuangan dan perjuangan dalam cinta, tentunya,” seseorang berkomen.

Setelah akad nikah di Masjid Al-Aqsha yang disyariatkan untuk dikunjungi oleh kaum Muslimin itu, selanujutnya diikuti dengan resepsi perayaan yang lebih besar di rumah atau gedung yang mereka pilih, dengan mengundang karib kerabat dan teman-teman yang lebih banyak lagi.

Foto-foto pernikahan yang mereka abadikan pun tidak hanya ditujukan untuk keluarga dan teman-teman mereka di jejaring sosial. Namun juga dikirim ke media untuk dimuat sebagai sarana menegaskan kehadiran bahwa pemuda Muslim Palestina ada di Al-Aqsha, di tengah kekhawatiran kaun Muslimin kehilangan hak untuk berkunjung ke masjid penuh berkah itu.

Ini juga sebagai bentuk perlawanan pada saat secara masif pemukim ekstrimis Yahudi gencar mempromosikan kunjungan ke situs di kompleks Al-Aqsha dengan alasan ritual keagamaan mereka di sana.

Berharap pula dari langkah awal itu, terlahir generasi pencinta dan pengkhidmat Al-Aqsha seperti para Nabi, mulai dari Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Isa, hingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Juga diharapkan akan menitis ruh para pembebas Al-Aqsha pelanjut perjuangan Khalifah Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al-Ayyubi, serta semangat juang para sahabat yang ikut dalam risalah perjuangan ke Al-Aqsha seperti : Sa’ad bin Abi Waqqash, Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Abu Hurairah,  Abdullah bin Umar, Abdullah bin ‘Abbas, Abu Ubaidah bin Jarrah, Mu’az bin Jabbal, Bilal bin Rabbah,  Abu Dzar Al-Ghiffari, Salman Al-Farisi, Abu Darda, Abu Mas’ud Al-Anshari, Abdullah bin Salam, Said bin Zaid, Murrah bin Ka’ab, Abdullah bin Amr bin Ash, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Auf bin Malik, Ubadah bin Shamit, Sa’id bin Al-Ash, dan Shafiyah isteri Rasulullah.

Demikian pula kalangan tabi’in dan tokoh-tokoh ahli fiqih terkenal pernah berziarah ke Masjid Al-Aqsha, di antaranya Imam Asy-Syafi’i, Imam Al-Ghazali, Sufyan Ats-Tsauri, Rabi’ah Al-Adawiyah, Malik bin Dinar, Uwais Al-Qaruj, Imam Al-Auza’i, Muqatil bin Sufyan, Tsauban bin Yamrad, Dzum Num Al-Misri, Abdul Wahid Al-Hambali, Imam Abu Bakar Al-Thurthutsi, Imam Abu Bakar Al-‘Arabi, Abu Bakar Al-Jurjani, Abu Al-Hasan Al-Zuhri, dan yang lainnya.

Subhaanallaah… Ingin rasanya menikah di Al-Aqsha. Allahu Akbar! (RS-2/RS-3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)