DALAM hidup yang penuh dengan ujian, seorang Muslimah sering kali diuji lebih dalam — dari hati yang terluka, impian yang belum tercapai, hingga tekanan peran sebagai anak, istri, ibu, atau pribadi yang berjuang di tengah dunia yang terus berubah. Ketika semuanya terasa begitu berat, sering kali air mata menjadi teman, dan kesepian menyelinap dalam diam. Namun, saat itulah Allah memanggil dengan lembut: “Kembalilah kepada-Ku, bersandarlah pada-Ku.”
Bersandar pada Allah bukanlah tanda kelemahan, tapi puncak dari kekuatan iman. Saat manusia mulai meninggalkan, saat harapan kepada makhluk pupus, di sanalah letak keistimewaan hamba yang memilih bersandar pada Dzat Yang Mahakuat. Muslimah yang menggantungkan hatinya kepada Allah, bukan hanya menemukan ketenangan, tapi juga menemukan jati dirinya yang sejati — sebagai wanita yang mulia dalam pandangan langit.
Ketika seorang Muslimah bersandar pada Allah, dia tidak akan mudah rapuh oleh kata-kata manusia. Ia tidak menggantungkan kebahagiaannya pada validasi dunia, sebab hatinya sudah penuh dengan cinta dan rida dari Tuhannya. Ia memahami bahwa dunia ini tempat ujian, bukan tempat balasan. Maka ia terus melangkah, meski sering tertatih, karena ia tahu Allah melihat setiap perjuangannya.
Tak ada kekuatan yang lebih besar daripada seorang wanita yang meletakkan segala harapannya hanya pada Allah. Ia tidak takut gagal, sebab ia percaya bahwa Allah tak pernah menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Ia tidak takut kehilangan, sebab ia yakin bahwa apa yang hilang digantikan oleh sesuatu yang lebih baik — jika bukan di dunia, maka di akhirat.
Baca Juga: Menjadi Muslimah yang Dicintai Allah
Muslimah yang bersandar pada Allah menjadikan shalat sebagai pelabuhan damai. Di sujudnya ia mengadu, menangis tanpa malu, merangkai doa dari luka-luka hatinya. Ia tahu, tak perlu kuat di hadapan manusia, asal ia kuat di hadapan Allah. Ia tahu, ketika ia rapuh dan tak mampu, justru saat itulah pertolongan Allah paling dekat.
Sungguh, hidup tidak akan selalu mudah. Akan ada kegagalan, duka, dan keletihan yang menguras energi. Tapi semua itu menjadi ringan ketika hati bersandar pada Allah. Ia menjadi sabar bukan karena tak merasa sakit, tetapi karena ia yakin bahwa setiap rasa sakit adalah jalan menuju cinta dan ampunan-Nya.
Betapa banyak Muslimah yang diam-diam menahan air mata demi tetap tampak tegar di hadapan keluarga, pasangan, atau anak-anaknya. Tapi Allah tahu semuanya. Setiap air mata yang jatuh karena-Nya takkan sia-sia. Bahkan Rasulullah ﷺ bersabda bahwa tiada musibah yang menimpa seorang Muslim, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya karenanya, bahkan hanya karena duri yang menusuknya.
Wahai Muslimah, jangan remehkan doamu yang lirih, yang kau panjatkan di malam hari saat dunia terlelap. Jangan pernah anggap kecil harapanmu pada Allah, meskipun terlihat mustahil dalam pandangan manusia. Allah Maha Mendengar, Maha Mampu membolak-balik keadaan. Dalam sekejap, hidupmu bisa berubah — dari gelap menjadi terang, dari derita menjadi bahagia.
Baca Juga: Bangkitlah Muslimah: Allah Selalu Membantumu
Jika saat ini engkau merasa sendiri dalam perjuangan, percayalah bahwa langit sedang mencatat setiap kesabaranmu. Allah tidak pernah tertidur. Ia tahu kapan waktu terbaik untuk menolongmu. Ia tahu apa yang engkau butuhkan lebih dari apa yang engkau inginkan. Maka tetaplah bersabar, dan terus bersandar hanya kepada-Nya.
Muslimah yang bersandar pada Allah akan menjadi pelita dalam kegelapan. Ia menjadi penguat bagi sesama, penyejuk bagi keluarganya, dan teladan bagi lingkungannya. Ia tak sempurna, tapi ia selalu ingin dekat dengan Yang Maha Sempurna. Ia tahu, selama masih ada Allah di hatinya, maka ia tak pernah benar-benar kehilangan arah.
Maka, jadilah Muslimah yang tak lelah bersandar pada Allah. Dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, dalam tawa maupun air mata. Karena saat dunia menjauhimu, Allah justru mendekapmu. Dan ketika semua pintu tertutup, Allah akan membukakan jalan dari arah yang tak disangka-sangka. Inilah janji-Nya: “Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali Imran: 173). []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Berkali-kali Terusir, Berkali-kali Terluka: Kesaksian 77 Tahun Nakba dari Halima Abu Dayya