AKHIR-akhir ini umat Islam dihadapkan pada fenomena yang sangat memprihatinkan: munculnya video viral yang memperlihatkan seseorang menjadikan neraka sebagai bahan candaan. Dalam tayangan tersebut, terdengar nada enteng dan lelucon yang menjadikan neraka sebagai topik lucu, seolah tidak ada rasa takut sedikit pun terhadap azab Allah yang sangat nyata dan mengerikan.
Fenomena seperti ini bukan hanya bentuk kemunduran moral dan spiritual, tetapi juga menunjukkan adanya pelecehan terhadap perkara paling serius dalam ajaran Islam. Ketika neraka—yang merupakan ancaman terbesar bagi manusia durhaka—diolok-olok dan dijadikan bahan guyonan, maka itu menunjukkan betapa hati sudah mulai keras dan iman menjadi rapuh.
Dalam Islam, neraka bukan sekadar simbol penderitaan atau alat menakut-nakuti. Neraka adalah bagian dari rukun iman yang wajib diyakini kebenarannya. Setiap Muslim wajib meyakini adanya kehidupan akhirat, surga, dan neraka.
Neraka adalah tempat azab yang disediakan bagi orang-orang kafir, musyrik, munafik, serta orang-orang Islam yang durhaka dan tidak sempat bertaubat sebelum ajal menjemput. Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tegas menjelaskan dalam firman-Nya, “Maka takutlah kamu kepada neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Qs. Al-Baqarah: 24).
Baca Juga: 58 Tahun Hari Naksah Palestina, Perlawanan Tak Pernah Padam
Dalam ayat ini, Allah bukan hanya menyebutkan neraka sebagai tempat siksaan, tetapi juga menggambarkan kedahsyatan dan kengerian isinya. Api yang menyala dengan bahan bakar manusia dan batu bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh apalagi dijadikan bahan hiburan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah menggambarkan betapa panasnya api neraka. Dalam hadis shahih disebutkan bahwa api neraka itu tujuh puluh kali lebih panas daripada api dunia. Nabi bersabda, “Api kalian yang dinyalakan oleh anak Adam hanyalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari api neraka Jahannam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka jika api dunia saja sudah mampu membakar kulit manusia dan menghanguskan segalanya, bagaimana mungkin manusia berani bermain-main dengan api neraka yang jauh lebih dahsyat?
Menjadikan neraka sebagai bahan candaan menunjukkan kerusakan akidah yang amat serius. Sebab perkara yang seharusnya membuat manusia menangis, justru dijadikan bahan tertawa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling bertakwa kepada Allah, dan beliau sendiri sangat sering menangis ketika membaca ayat-ayat tentang neraka.
Beliau menangis ketika membaca firman Allah, “Maka apakah kamu dapat menyelamatkan orang yang berada di dalam neraka?” (Qs. Az-Zumar: 19). Jika Nabi yang tidak memiliki dosa sampai menangis karena takut akan azab neraka, lalu bagaimana mungkin kita yang penuh dengan dosa dan maksiat justru tertawa dengan membawa nama neraka dalam guyonan?
Baca Juga: Siapa Putra Nabi Ibrahim yang Disembelih?
Allah sangat murka kepada orang-orang yang mempermainkan agama. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan dengan sangat jelas bahwa memperolok Allah, Rasul, dan ayat-ayat-Nya termasuk bentuk kekufuran. Dalam Surat At-Taubah ayat 65-66, Allah berfirman, “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, pasti mereka akan menjawab: ‘Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian selalu berolok-olok?’ Janganlah kalian minta maaf, karena kalian telah kafir setelah beriman.”
Ayat ini turun ketika sebagian orang memperolok ajaran Rasulullah dengan menganggapnya sebagai candaan. Maka Allah menegaskan bahwa guyonan seperti itu bukan lagi perkara kecil. Meskipun niatnya hanya bercanda, tetap saja perbuatannya dianggap sebagai tindakan kufur.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam tidak dikenal istilah “cuma bercanda” ketika menyangkut perkara agama. Bahkan Imam Ibn Taimiyyah rahimahullah dalam kitabnya Al-Fatawa Al-Kubra menyatakan bahwa siapa pun yang memperolok agama, meskipun tanpa niat untuk menghina, maka ia tetap dianggap kafir karena menghina hal-hal yang sakral. Candaan yang menyentuh prinsip-prinsip agama seperti neraka, surga, Allah, Rasul, dan hukum syariat adalah perkara yang sangat sensitif dan tidak bisa dijadikan bahan humor.
Islam tidak melarang umatnya untuk bercanda. Bahkan Rasulullah pun sesekali bercanda, tetapi beliau tidak pernah berkata dusta atau menyakiti perasaan orang lain dalam candaan beliau. Bercanda yang baik adalah yang tidak mengandung unsur penghinaan terhadap agama, tidak melibatkan kebohongan, dan tidak menyakiti orang lain.
Baca Juga: Keutamaan Puasa Arafah Dapat Menghapus Dosa Dua Tahun
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku bercanda, namun aku tidak berkata kecuali yang benar.” (HR. Tirmidzi). Maka sangat jelas bahwa bercanda itu boleh selama tetap dalam batas-batas yang dibolehkan syariat.
Namun, ketika seseorang menjadikan neraka sebagai bahan tertawaan dan menyebarkannya ke publik melalui media sosial, maka dosanya menjadi berlipat. Ia bukan hanya berdosa karena mengolok-olok perkara agama, tetapi juga menyebarkan kemungkaran dan memberi contoh buruk kepada umat.
Jika video tersebut ditonton oleh jutaan orang, lalu ditiru dan dijadikan tren, maka pelakunya akan mendapatkan dosa dari semua orang yang mengikuti dan menirunya, sebagaimana sabda Rasulullah, “Barang siapa yang membuat sunnah yang buruk dalam Islam, maka ia mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang mengikutinya setelah itu tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim).
Umat Islam harus berhati-hati dalam berbicara, terutama di zaman media sosial seperti sekarang. Lisan dan jari-jemari kita harus dijaga agar tidak digunakan untuk mempermainkan agama. Banyak orang yang menyesal karena sebuah ucapan kecil yang dianggap remeh, tetapi ternyata menyebabkan ia tergelincir ke dalam neraka.
Baca Juga: Hikmah Wukuf di Arafah, Semua Sama Yang Membedakan Hanyalah Takwa
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya ada seorang hamba yang mengucapkan satu kalimat yang tidak ia pikirkan bahayanya, ternyata karenanya ia tergelincir ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan betapa besar bahaya dari ucapan yang sembrono, apalagi jika menyangkut perkara agama.
Bagi siapa pun yang pernah melakukan tindakan mempermainkan agama, baik dengan candaan tentang neraka, surga, malaikat, ataupun hal-hal gaib lainnya yang disucikan oleh Islam, hendaknya segera bertaubat kepada Allah. Taubat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, menyesali perbuatan, menghentikan perbuatan tersebut, dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
Jika ucapan itu sudah tersebar luas di media sosial, maka wajib baginya untuk menghapusnya, meminta maaf secara terbuka, dan memberi klarifikasi kepada para pengikutnya agar tidak meniru perbuatan yang sama. Ini merupakan bentuk tanggung jawab moral sekaligus usaha untuk memperbaiki kesalahan yang telah dibuat.
Allah Maha Pengampun bagi siapa saja yang benar-benar bertaubat. Seburuk apa pun dosa kita, selama belum mati dan belum dalam sakaratul maut, pintu taubat masih terbuka lebar. Allah berfirman, “Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (Qs. Az-Zumar: 53). Maka janganlah menunda taubat, dan jangan pula menganggap dosa seperti bercanda soal neraka adalah hal remeh.
Neraka bukan tempat lucu-lucuan. Ia bukan tema humor atau bahan hiburan. Neraka adalah tempat penuh siksa, api, azab, dan tangisan tiada akhir. Neraka adalah kenyataan yang sangat mengerikan, dan hanya orang-orang yang hatinya keras sajalah yang berani menjadikannya bahan tawa.
Sementara orang-orang beriman, akan menangis ketika mendengar ayat-ayat tentang neraka, dan berdoa agar dijauhkan darinya. Allah memuji orang-orang seperti ini dalam Al-Qur’an, “Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.’” (Qs. Al-Furqan: 65).
Sebagai penutup, mari kita jaga lisan dan perilaku kita. Jangan biarkan iman kita luntur hanya karena mengejar tawa sesaat. Jangan memperjualbelikan agama demi popularitas atau rating media sosial. Jadikan agama sebagai sumber kehormatan, bukan bahan olokan.
Semoga Allah menjaga kita dari keburukan lisan dan sikap meremehkan agama, serta memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang takut akan neraka dan rindu pada surga.[]
Baca Juga: Kubur Tak Butuh Status, Tapi Amalan Tulus
Mi’raj News Agency (MINA)