Jakarta, 10 Dzulhijjah 1347/12 September 2016 (MINA) – Ketua Bidang Sarana, Hukum, dan Wakaf Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) Natsir Zubaidi mengatakan bahwa renungan Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriyah selalu dirayakan dengan ditandai pelaksanaan puncak ibadah umat Islam yakni ibadah haji dan penyembelihan qurban.
“Kedua proses ritual tersebut merupakan i‘tibar bahwa dalam melakukan Ibadah dan menjalani perjalanan kehidupan didunia setiap muslim harus bersikap ikhlas, tidak berkata kotor (rafats),tidak berbuat maksiat (fusuqa) dan bertengkar (jidal),” kata Natsir kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (12/9).
“Ibadah haji adalah serangkaian prosesi sejak niat, ihram, thawaf, sa’i, wuquf di padang Arafah, dan melempar jumrah,” kata Natsir.
Menurutnya, puncak haji adalah wuquf di padang Arafah sebagai lambang ‘ta”aruf, persatuan, ukhuwah, taqarub ilallah, karena saat itu para jamaah haji yang menjadi tamu-tamu Allah memanjatkan doa secara khusyu’.
Baca Juga: Syaikh El-Awaisi: Menyebut-Nyebut Baitul Maqdis Sebagai Tanda Cinta Terhadap Rasulullah
“Nabi Ibrahim sebagai bapak Tauhid telah memberikan teladan kepada kita keikhlasan dalam beribadah, dan sikap kesediaan berdialog dengan puteranya Ismail, tidak bersikap otoriter terhadap puteranya sendiri,” jelas Natsir.
“Idul Adha telah memberikan pelajaran sangat berharga bagi kita umat manusia, bahwa dalam kehidupan ini harus ada kesediaan berkorban secara ikhlas untuk kemashlahatan umat manusia, dan itu semua dalam rangka qurban (taqarub) kepada Allah ‘azza wa jalla,” tutup Natsir. (L/P002/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: AWG: Daurah Baitul Maqdis, Jadi Titik Balik Radikal untuk Perjuangan Umat Islam