Jakarta, MINA – Ketua Departemen Hubungan Antar Lembaga dan Hubungan Luar Negeri DMI, Hayu S. Prabowo, mengatakan, ada tiga pendekatan masjid saat pandemi.
Pertama idarah (manajemen), kedua imarah (memakmurkan) dan ketiga riayah (penjagaan dan pemeliharaan).
“Masjid adalah benda wakaf, jadi harus kita jaga dan rawat,” kata Prabowo pada Festival Muharram 1443 H yang dilaksanakan secara luring dan daring pada Sabtu (28/8) di Hotel Sofyan Cut Meutia, Jakarta.
“Covid-19 mengingatkan kita agar bijak dalam mengelola sumber daya alam, pentingnya manajemen masjid berkelanjutan melalui peningkatan kapasitas dan jaringan masjid,” tambahnya.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Ia menyebut, dengan adanya covid-19, secara drastis merubah kehidupan umat manusia masuk ke dunia maya yang membawa perubahan pola kerja manusia.
Ia menambahkan, saat pandemi hampir semua masjid-masjid menjadi kosong. Hal tersebut menganggu aktivitas dakwah secara langsung di Masjid.
“Banyak masyarakat akan merasa bosan apabila menyampaikan dakwah secara online. Dakwah itu tidak bisa biasa-biasa saja, kita harus mengerti polaritas masyarakat seperti apa, etika seperti apa yang perlu di bangun,” katanya.
Menurutnya, peran masjid sangat penting di masa pandemi dalam menjaga keimanan.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Selain itu, ia juga berpesan, agar masjid tidak mengabaikan standar layanan, kebersihan, dan kesehatan yanng tinggi. (L/SR/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka