“Bangsa Indonesia perlu mengembangkan karakter dan moral sebagai ciri khas bangsanya untuk dapat bersaing dengan bangsa lain. Oleh karenanya ICMI hadir sebagai bagian dari pengembangan karakter tersebut,” kata Marwah pada saat silaturahim ICMI di Jakarta, Senin malam (22/7).
Marwah juga menyatakan bahwa saat ini ICMI telah mengambil bagian dalam upaya pembangunan karakter itu. “Salah satunya dengan dibentuknya Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) yang banyak mewarnai kegiatan perekonomian nasional,” papar aktivis kelahiran Soppeng, Sulawesi Selatan itu.
Tujuan utama dari ICMI saat ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan keadilan ekonomi bangsa Indonesia yang selaras dengan Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, organisasinya itu kini membangun jaringan dan program untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Baca Juga: Kota Semarang Raih Juara I Anugerah Bangga Berwisata Tingkat Nasional
“ICMI akan mengerahkan seluruh potensi dari seluruh anggotanya di beberapa wilayah di Indonesia. Kami yakin dengan ijin dan pertolongan Allah SWT kita bisa melakukan perubahan untuk bangsa kita,” ungkapnya.
Marwah yang merupakan lulusan dari Pennsylvania University dan American University, Amerika Serikat itu menegaskan salah satu program ICMI dalam jangka pendek adalah melakukan audit ke seluruh provinsi dan ke luar negeri untuk mengetahui kuantitas dan kemampuan para cendikiawan muslim Indonesia.
Peran Marwah dalam ICMI
Marwah Daud Ibrahim yang dikenal sebagai tokoh pembawa perubahan bagi rakyat Indonesia. Dengan kecerdasannya, ia dipercaya oleh pemerintah untuk menangani beberapa program dalam upaya peningkatan kualitas SDM rakyat Indonesia.
Baca Juga: Banjir Rob Jakarta Utara Sebabkan 19 Perjalanan KRL Jakarta Kota-Priok Dibatalkan
Di jajaran birokrasi, ia dipercaya untuk melakukan sosialisasi peran Iptek dalam pengembangan masyarakat dan kemajuan peradaban. Ia pun Mengajak Eros Djarot, Christine Hakim, Emha Ainun Nadjib berdialog tentang budaya dan teknologi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Kemudian bersama Taufiq Rahzen, Ismet Hasan Putro dan Amanda N. Katili pergi ke beberapa wilayah di Jawa Timur. Difasilitasi oleh Adil Aminullah dan Yusron, Marwah bersama Makmur Makka dan Wardiman Djojonegoro melakukan program berkeliling ke pesantren untuk dialog dan sosialisasi manfaat Iptek.
Mahasiwa Malang, Erick Salam, Ali Mudakkir, Mohammad Zaenuri, Awang Surya dan Mohammad Iqbal membawa gagasan mengadakan simposium yang kemudian menjadi titik awal pembentukan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) pada tahun 1990.
Tahun 1990 diwarnai oleh kesibukan luar biasa pembentukan ICMI, Marwah bersama Amin Rais, Nurcholis Madjid, Imaduddin Abdurrahim, Dawam Raharjo, Muslimin Nasution, Bintang Pamungkas, Watik Pratiknya, Bambang Sudibyo, Amin Azis, Natsir Tamara, Fadel Muhammad, dan banyak lagi lainnya, mempersiapkan simposium yang dibuka oleh Tri Sutrisno, ditutup oleh presiden Indonesia saat itu, Soeharto yang kemudian menjadi proses kelahiran ICMI.
Baca Juga: Banjir Rob Rendam Sejumlah Wilayah di Pesisir Jakarta Utara
Di ICMI berbagai gagasan dan program juga dikembangkan, antara lain pengembangan Yayasan Amal Abadi Beasiswa Orbit, Majelis Sinergi Kalam, pengembangan Desa Berbasis Sarjana di Bukit Sutra, Luwu Sulsel. Dan sekarang ini fokus pada pengembangan desa mandiri dengan mengembangkan beberapa model program di Natuna untuk ikan dan kelapa, dan di Papua dan Garut berupa pengembangan bio-ethanol dan tepung lokal. Dan Program pengembangan unggulan desa lainnya seperti: kakao, itik, bambu dll. (L/P04/P02/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Amnesti ke 44 Ribu Narapidana