Jakarta, 26 Dzulqa’dah 1437/29 Agustus 2016 (MINA) – Ketua Komisi perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan pendidikan akhlak dan karakter pada anak harus di tanamkan pada masa kanak-kanak agar melekat sampai anak menjadi dewasa.
“Revolusi mental harus dimulai sejak usia dini, dan pendidikan karakter dapat diberikan pada masa anak dalam kandungan, sejak lahir, usia dini, dan anak usia sekolah,” kata Asrorun saat acara Seminar yang bertema “Pendidikan Karakter Untuk Kemajuan Bangsa” di Kampus Pasca Sarjana UI, Salemba, Jakarta, Senin (29/8).
Penyiapan karakter anak dalam kandungan bisa melalui asupan gizi, pemeriksaan kondisi kehamilan, pengkondisian psikis orangtua yang stabil, mendoakan anak, memberikan stimulasi dengan kasih sayang, dan cuti kehamilan.
“Cuti kehamilan dapat dilakukan selama 3-6 bulan, dan setelah kelahiran dapat melakukan cuti lagi. Usahakan asi eksklusif selama 2 tahun,” ujarnya.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Selain itu, lanjutnya, melakukan revolusi karakter bangsa dapat melalui penataan kurikulum, yakni pendidikan kewarganegaraan, sejarah bangsa, patriotisme, bela negara, dan budi pekerti.
Data Badan Peradilan Agama Mahkamah agung (MA), selama 2014 terjadi 382,231 perkara perceraian. Ia juga menambahkan, jika diasumsikan pasangan yang berkasus diatas masing-masing memiliki 1 anak, maka ada 382,231 anak yang terpisah dari orangtuanya.
“Sering kali orangtua berkonflik dan terjadi visualisai di depan anak, hal ini berpotensial terjadi transmisi dan imitasi tindak kekerasan pada anak,” tuturnya.
Selain itu, hadir pula pada acara ini Mas’ud Said Staf ahli Menteri Sosial Republik Indonesia dan Thobib Al Asyhar Dosen Kajian Islam dan Psikologi PSKTTI UI. (L/ima/R02)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)