Palangkaraya, (MINA) – Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, Sumpah Pemuda yang diperingati pada 28 Oktober 1928 lalu, adalah titik awal kesadaran kolektif untuk bersatu sebagai bangsa dan negara, menjaga satu tanah air dengan bahasa tunggal yakni bahasa Indonesia.
Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menggelar hari Puncak Sumpah Pemuda Muhammadiyah melalui Apel Kebangsaan Sumpah Pemuda di Universitas Muhammadiyah Kota Palangkaraya-Kalimantan Tengah, yang diikuti oleh lebih dari 5000 Pemuda.
“Namun peringatan Hari Sumpah Pemuda tidak mengabaikan eksistensi identitas etnis dan agama yang berbeda-beda karena semangat etnis dan agama itu yang menjadi jiwa mendorong kemerdekaan,” kata Dahnil dalam Keterangan Tertulis di Palangkaraya, Kalimantan Selatan.
“Jadi, secara filosofis yang dilakukan para pemuda saat itu, bukan upaya membentuk keseragaman dalam satu bangsa dan negara, namun justru memperkuat identitas keberagaman dengan mengakui keberagaman itu akan mampu menyatukan karena nalar sehat keinginan untuk hidup bersama dan saling berbagi dalam satu Indonesia,” terang Dahnil.
Baca Juga: Rekor Baru MURI: 44.175 ASN Jabar Pakai Sarung Tenun, Bukti Cinta Budaya Lokal
Menurutnya, para Pemuda tahun 1928 sejatinya mewariskan semangat dialogis yang kua dalam keberagaman, dimana nalar sehat adalah instrumen utama dalam dialog tersebut, sehingga keberagaman dipahami sebagai pemersatu dan kekuatan bukan kelemahan, ditambah para pemuda saat itu memiliki musuh bersama bernama kolonialisme.
“Nah, saat ini penting kembali merefleksikan nilai dasar sumpah pemuda 1928 itu sebagai, upaya merawat nalar yang menyatukan, dimana penting membangun kesadaran kolektif untuk terus membangun tradisi dialogis diatas keberagaman,” ujar Dahnil.
Dia menambahkan, tantangan generasi milenial adalah sosial media yang justru penuh dengan destruksi yang bukan justru menghasilkan tradisi dialogis namun tradisi monologis, ditambah lagi dengan absentnya akhlak dengan destruksi produksi fitnah-fitnah melalui Hoax yang dilakukan akun-akun anonim yang tidak bertanggungjawab.
Jadi, saat ini dibutuhkan semangat menggembirakan kembali dialog, untuk menjaga keberagaman dan memaknai Indonesia yang satu juga perlu dilakukan untuk mengingatkan bahwa pemuda memiliki musuh yang akan merusak hak masa depan pemuda yakni, kejahatan korupsi dan narkoba.
Baca Juga: Indonesia Dukung Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Bila, dulu kolonialisme merampas masa depan pemuda atas negara yang merdeka, maka kini hak masa depan Indonesia yang bermartabat, cerdas dan sejahtera dirampas dan diancam oleh prilaku korup para politisi rakus, korporasi rakus dan orang-orang yang dengan tega merampas hak-hak masa depan pembangunan dan pelayanan publik untuk kepentingan pribadi dan golongannya.
“Demikian pula dengan narkoba,” ujarnya. “Maka, sikap terang perlawanan terhadap korupsi yang dimulai dari pilihan gaya hidup anti korupsi dan anti narkoba di kalangan pemuda bisa menjadi jalan membangun kesadaran kolektif menyatukan Indonesia melalui tradisi dialog.” (R/R03/RS1)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Gandeng MER-C dan Darussalam, AWG Gelar Pelatihan Pijat Jantung