Jakarta, 25 Dzulqa’dah 1435/19 September 2014 (MINA) – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin mengatakan, budaya halal bukan hanya merupakan isu keagamaan. Namun telah menjadi tren global (New Global Life Style).
“Beberapa waktu lalu saya diundang Pemerintah Jepang untuk menjelaskan tentang aspek halal pada “Japan Halal Summit”. Acara tersebut dihadiri 400 pengusaha Jepang dan disponsori oleh Kementerian Pariwisata Jepang,” kata Din dalam Seminar dan Diskusi Nasional tentang Jaminan Produk Halal yang diselenggarakan Ikatan Alumni Lemhanan PPSA XVII bekerjasama dengan Universitas Sahid Jakarta, Rabu.
Din menyampaikan, Menteri Pariwisata Jepang bertekad ingin menjadi ibukota produk halal dunia, seperti dilaporkan MUI dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
Selain Jepang, Din menambahkan, Korea, Taiwan, China, termasuk juga Singapura, dan beberapa negara lain dengan minoritas penduduk Muslim, sangat serius memperhatikan status kehalalan produk yang dihasilkan.
Baca Juga: BPJPH Tegaskan Kewajiban Sertifikasi Halal untuk Perlindungan Konsumen
Mereka seperti berlomba-lomba untuk menghasilkan produk halal dan mengembangkan wisata syariah versi mereka, karena melihat adanya potensi bisnis dan keuntungan yang besar dari status halal produk dalam industrinya.
Tentu menjadi sangat ironis kalau Indonesia sebagai negeri dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, kaidah halal malah dipandang secara negatif, dengan tarik-ulur dan berbagai fenomena yang terjadi.
“Produk halal merupakan kebutuhan umat Islam yang tidak bisa ditawar-tawar lagi,” kata Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Lukmanul Hakim.
Produk halal telah terbukti memiliki berbagai keunggulan komparatif. Terutama dalam menghadapi era pasar bebas ASEAN dan pasar bebas dunia yang segera menjelang, tambahnya, (T/P002/R03)
Baca Juga: BPJPH Tekankan Kembali Wajib Halal Telah Berlaku
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)